Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
Mantapkan Nilai-Nilai Kemenkeu Guna Mendukung Transformasi Kelembagaan DJKN
N/a
Kamis, 30 Januari 2014 pukul 14:36:20   |   553 kali

Jakarta“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswatun hasanah (suri teladan yang baik) bagimu” (QS. Al-Ahzaab: 21). Mungkin sepenggal ayat Al-Qur’an tersebut cocok untuk menggambarkan sekilas acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung di Aula Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Gedung Syafruddin Prawiranegara II lantai 5, Jakarta, Rabu (29/1). Acara yang diselenggarakan oleh pengurus pembinaan mental (Bintal) DJKN ini mengangkat tema “Keteladanan Rasulullah SAW Mantapkan Nilai-Nilai Kemenkeu Guna Mendukung Transformasi Kelembagaan DJKN.” Sebelum acara tersebut berlangsung, dilakukan shalat ‘ashar berjamaah bersama para pejabat dan pegawai Kantor Pusat DJKN yang diimami oleh Ustadz Ahzami Samiun Jazuli.

Sekretaris DJKN Dodi Iskandar mewakili Direktur Jenderal Kekayaan Negara yang berhalangan hadir, membuka acara tersebut. “Kita tentunya mengenal Rasulullah dengan sifat-sifatnya dan pasti hal yang baik ada di beliau, Nilai-Nilai Kementerian Keuangan tentunya juga ada di kehidupan sehari-hari beliau,” ujarnya di sela-sela sambutan.  Ia juga menyampaikan bahwa pengajian akan selalu dilakukan sebagai bentuk capacity building di lingkungan DJKN.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan pemberian tausyiah oleh Ustadz Ahzami Samiun Jazuli. Pria yang juga berprofesi sebagai dosen ini menyampaikan bahwa kebaikan negara sangat tergantung kepada pengelolaan kekayaan negara. Dalam mengelola Negara ada syarat yang harus dimiliki. Pertama, memiliki keistimewaan atau nilai lebih, karena tidak mungkin rakyat akan meneladani pemimpinnya apabila tidak mempunyai nilai lebih. “Bagaimana mempersiapkan seseorang agar memiliki nilai lebih? Yakni dengan mendidik dirinya agar mempunyai semangat kemandirian sejak awal,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa tidak ada kisahnya Rasulullah berhutang pada Romawi, Persia, dan Yahudi, karena Rasul memberikan contoh pada umatnya bahwa kemandirian adalah modal yang utama dalam mengelola negara. Kedua, integritas. Alumnus program doktoral Universitas di Saudi ini bercerita tentang kisah Nabi Muhammad SAW yang melarang cucunya, Hasan dan Husein saat mengambil kurma yang akan dibagikan kepada para mustahiq  untuk zakat. Hal ini mencerminkan ajaran Rasulullah SAW yang melarang manusia mengambil sesuatu yang bukan haknya. Terakhir, Nabi membangun kelembagaan yang kokoh, bukan pada kekuatan pemimpin.  “Rasulullah SAW dalam membangun negaranya tidak sendirian, Beliau membangun bersama jamaah dan diantara jamaah itu ada orang yang kuat-kuat (ahli-red) ” ungkapnya. “Keberkahan itu adalah ketika kinerja kita secara kelembagaan bukan individualis, karena kesolehan seseorang, meskipun dia adalah seorang pemimpin, tidak akan memproduksi kebaikan jika tidak dilakukan secara kelembagaan,” tutupnya.

Para jamaah yang mengikuti acara maulid ini terlihat begitu khidmat dalam mendengarkan tausyiah. Sebelum acara berakhir, dilakukan sesi tanya jawab kepada para jamaah yang kemudian ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Ahzami.

Teks : Pandu/Putra/Arf

Foto  : Qori/Yudi

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini