Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
KPKNL Bukittinggi: Family Gathering, Tausyiah, dan Buka Bersama
N/a
Rabu, 29 Juni 2016 pukul 18:00:44   |   553 kali

BUKITTINGGI – Dalam suasana penuh keberkahan di Bulan Suci Ramadhan, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Bukittinggi mengadakan Family Gathering di Ruang Serbaguna (28/06). Hadir dalam acara tersebut suami, istri, dan anak-anak pegawai KPKNL Bukittinggi. Acara yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahim di antara keluarga besar pegawai KPKNL Bukittinggi ini dikemas dengan sederhana dalam suasana buka bersama.

Acara dimulai dengan pembacaan ayat-ayat suci Al-Quran yang dilantunkan oleh Mulyadi dengan suara merdu angin ketika membelai dedaunan sehingga menghanyutkan perasaan pendengarnya. Setelah itu Kepala KPKNL Bukittinggi Syukriah memberikan kata sambutannya, antara lain mengingatkan kepada jajaran pegawainya untuk mempererat tali silaturahim, saling mengenal keluarga pegawai, demi kebersamaan dan sinergi. Acara kekeluargaan yang penuh keakraban ini diselingi oleh tangisan bayi dikarenakan sebagian dari pegawai membawa anak bayinya ke acara.

Setelah sambutan singkat Kepala Kantor, acara dilanjutkan dengan tausyiah yang disampaikan oleh Ustadz Hidayatullah. Tausyiah yang disampaikan mengambil tema Hikmah Puasa Ramadhan. “Pada saat kita sendirian, meskipun kita bisa membatalkan puasa, kenapa kita tidak membatalkan puasa?” demikian pertanyaan Hidayatullah kepada hadirin. Pertanyaan retorika ini dijawab sendiri olehnya, “Karena pada saat itu kita merasa diawasi oleh Allah.”

“Orang yang puasa seharusnya tidak melalaikan sholatnya,” kata Hidayatullah. Kemudian dia menjelaskan bahwa perintah sholat itu datang dari Tuhan Yang juga memerintahkan puasa, bahkan perintah sholat itu lebih utama. Lebih lanjut Hidayatullah juga memaparkan bahwa Tuhan Yang memberi perintah puasa juga memerintahkan para wanita muslimah untuk menutup auratnya. “Orang yang puasa seharusnya juga menutup auratnya.”

Hikmah terpenting dari puasa, masih menurut Hidayatullah, adalah membangun perasaan senantiasa dilihat, diawasi, dan diperhatikan oleh Allah. Puasa adalah ibadah rahasia yang hanya Tuhan dan sang pelaku puasa saja yang tahu, karena seseorang yang berpuasa bisa saja sewaktu-waktu membatalkan puasanya tanpa diketahui orang lain. Jika semangat puasa ini dibawa dalam kehidupan sehari-hari, kata Hidayatullah, maka orang tersebut tidak perlu diawasi lagi oleh cctv, dipantau oleh pimpinan, karena dari ibadah puasa dia telah belajar ikhlas dan ihsan.

“Perasaan merasa di lihat Allah ini membangun keikhlasan dalam beramal,” kata Hidayatullah lagi. Dia akan bekerja meskipun sendirian, sekalipun tak dilihat oleh teman-teman kerjanya. “Kenapa negeri ini tidak makmur? Itu karena manusianya tidak merasa dilihat oleh Allah!" imbuh Hidayatullh tegas dan tandas. "Jangankan di kantor, sekarang di masjid saja apa yang tidak hilang? Bahkan kotak infak pun bisa hilang… Itu karena manusianya sudah tidak merasa dilihat oleh Allah!”

Tausyiah diakhiri menjelang dibunyikannya sirene tanda berbuka. Setelah terdengar lengkingan sirene dari pengeras suara masjid terdekat, para hadirin segera membatalkan puasanya dengan memakan buah-buahan dan minuman segar es buah yang disediakan. Tak lama kemudian diadakan sholat Maghrib berjamaah di tempat yang sama, dan dilanjutkan dengan makan malam bersama.

(Teks: Hakim SB Mulyono, Foto: Muhammad Ilham Aldavi)

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini