Setiap manusia itu unik.
Seperti halnya sidik jari, karakteristik manusia tidak memiliki kesamaan yang mutlak. Mungkin kita dapat memberikan pendapat bahwa karakter manusia dengan yang lainnya memiliki kemiripan, namun tetap saja, mirip tidak berarti sama. Penelitian untuk mengenali karakter manusia telah banyak dilakukan. Seperti halnya yang pernah dituangkan dalam teori kepribadian bernama Tipologi Hippocrates-Galenus yang membagi karakter manusia ke dalam empat golongan:
Namun, apakah penggolongan tadi kemudian dapat menentukan
secara pasti karakter manusia?
Kevin N. Laland, dalam bukunya Darwin's Unfinished
Symphony: How Culture Made the Human Mind, menuliskan bahkan Darwin pun telah mencoba
meneliti tentang karakter manusia sejak ±150 tahun lalu, namun berakhir dengan kesimpulan imperfect
dan fragmentary. Kevin N. Laland juga menyatakan bahwa pencapaian
manusia didapat dari kemampuannya memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari
orang lain. Hal tersebutlah yang kemudian dikembangkan manusia untuk
berevolusi.
Lalu bagaimana hubungan karakter manusia tersebut dengan
sebuah organisasi?
Kita semua pasti pernah mendengar istilah Added Value.
Added Value atau nilai tambah secara sederhana diartikan sebagai pengembangan
atau tambahan terhadap sesuatu yang dapat memberikan nilai lebih. Dalam
ekonomi, Added Value adalah margin antara harga sebuah produk atau jasa dengan
biaya untuk memproduksinya. Harga sendiri biasanya ditentukan dari tingkat
keinginan konsumen untuk membayar sebuah produk atau jasa (perceived value).
Jadi, added value atau nilai tambah bisa diartikan nilai lebih sebuah produk
atau jasa yang dieksploitasi oleh produsen terhadap kelebihan-kelebihan berupa
atribut sebuah produk atau jasa, diatas garis limitasi yang konsumen dapat
terima.
Disini, kelebihan dari atribut yang dimiliki adalah
titik krusialnya. Atribut-atribut tadi, ataupun yang kita kenal sebagai fitur,
adalah pembeda, yang meski terlihat kecil, dapat memberikan keuntungan lebih
besar kepada produsen. Seth Godin dalam bukunya Purple Cow, menulis bahwa tidak
ada orang yang bicara tentang berat atau ukuran sapi, tapi semua orang bicara
tentang adanya sapi berwarna ungu. Sebuah metafora yang menjelaskan bahwa orang
cenderung memberikan perhatian yang lebih tentang sebuah hal yang berbeda dalam
lingkungan yang homogen. Jika dilihat dari konteks Added Value, maka penjelasan
tadi juga menggambarkan bagaimana sebuah produk atau jasa yang memiliki atribut
pembeda, akan lebih diingat (dan kemudian dipilih) oleh konsumen dibandingkan
produk atau jasa yang serupa.
Dalam sebuah organisasi, yang kita asumsikan merupakan
produsen, dengan kompetensi pegawai yang homogen, atribut pembeda yang bernilai
lebih dapat memberikan manfaat dalam skala apapun. Dalam skala kecil, atribut
atau kelebihan yang berbeda tersebut dapat menonjolkan individu dalam
lingkungan homogen. Atribut tadi dapat
membantu peningkatan kompetensi lebih lanjut ataupun peningkatan karir seorang
pegawai. Dalam skala yang lebih besar, atribut pembeda tadi bisa menjadi kunci
keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan bersama, baik dari efektivitas
ataupun efisiensi yang dihasilkan dari atribut pembeda seorang pegawai.
Added Value merupakan tindakan yang dilakukan seseorang
sebagai fitur pembeda dibandingkan orang lain namun memiliki nilai lebih yang
bermanfaat. Added Value dalam konteks kepribadian manusia apabila disandingkan
dalam definisi awal berarti fitur pembeda yang dimiliki dalam tiap manusia yang
dapat meningkatkan kemampuan organisasi diatas limitasi penerimaan
stakeholdernya. Sebagai contoh, dalam sebuah tim sepakbola, setiap orang adalah
pemain sepakbola. Namun, dalam sepakbola modern sekarang, tiap-tiap pemain
memiliki spesifikasi khusus, mulai dari goalkeeper, centre back,
wing back, midfielder, playmaker hingga striker.
Midfielder tidak hanya bertugas menyalurkan bola, namun telah
dikategorikan dalam jenis-jenis yang berbeda seperti holding midfielder,
playmaker, box to box midfielder, ball winning midfielder, yang tiap-tiap
tugasnya memiliki atribut yang berbeda.
Jika diasumsikan bahwa sebuah organisasi adalah tim,
maka tiap-tiap orang seharusnya memiliki kelebihan masing-masing yang dapat
memaksimalkan kemampuan yang ada untuk kemajuan bersama. Akan ada pegawai
dengan kelebihan dalam perencanaan, atau pengolahan data, atau memitigasi
risiko ataupun pegawai yang memiliki kemampuan eksekutor di lapangan, yang
keseluruhannya apabila digabungkan dengan sinergi yang baik, akan memajukan
organisasi. Dan tidak hanya sampai disitu, kemajuan organisasi tersebut tidak
hanya untuk mencapai target yang ditetapkan, namun melampauinya.
Menemukan added value-mu tentu sejalan dengan Core Value
di Kementerian Keuangan, yaitu Adaptif, dimana pegawai Kementerian Keuangan
diharapkan dapat terus berinovasi dan antusias dalam menggerakkan serta
menghadapi perubahan, cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus
berinovasi dan mengembangkan kreativitas, serta bertindak proaktif. Selain itu,
juga selaras dengan habituasi budaya positif Kementerian Keuangan yang
bertujuan menumbuhkan dan memperkuat sikap dan perilaku pegawai yang sesuai
dengan Nilai-Nilai Kementerian Keuangan dan Core Values ASN BerAKHLAK dalam
rangka meningkatkan kapasitas para pegawainya.
Pertanyaan berikutnya, apakah kalian bisa menentukan Added Value-mu?
Penulis : Akbar Swandana Putra (Pelaksana Seksi Piutang Negara II)
(Disarikan dari berbagai sumber)