Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Tembang "Lir-ilir" Sarat Makna, Menjadi Inspirasi Dalam Kehidupan Kita
Hendro Nugroho
Kamis, 29 April 2021   |   3251 kali

Makassar- Untuk mengimplementasikan kompetensi sosial kultural yang wajib dimiliki oleh Aparatus Sipil Negara, Kanwil DJKN Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat menyelenggarakan kegiatan Sambung Rasa seluruh pejabat dan pegawai Kanwil dengan tema “Tembang Lir Ilir, Inspirasi Kehidupan” yang dilaksanakan Selasa (27/04) di Aula A’Bulo Sibatang dengan dihadiri seluruh jajaran pegawai pada Kanwil DJKN Sulseltrabar serta tetap menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19.

Kegiatan yang dilaksanakan secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) tersebut dipandu secara menarik oleh Pegawai Kanwil DJKN Sulseltrabar yaitu Yuhar Lelo Ganjaran Samudra dan Sitti Khadijah sebagai representasi perpaduan antara Jawa Tengah dengan Sulawesi Selatan. Pembawa acara dengan dialog bertemakan akulturasi budaya dengan diselingi humor ringan berhasil menarik perhatian seluruh pegawai yang hadir langsung maupun melalui zoom meeting.

Dalam acara inti, sesuai dengan tema kegiatan yaitu “Tembang Lir Ilir Inspirasi Kehidupan”, pembawa acara mempersilahkan Kepala Kanwil DJKN Sulselterabar, Ekka S. Sukadana untuk menyampaikan makna dari Tembang Lir Ilir yang sarat akan makna kehidupan. Ekka menyampaikan merupakan lagu Jawa Tengah dan diciptakan oleh Sunan Kalijaga, yang masih dapat diimplementasikan serta diambil makna dan pelajarannya hingga saat ini. Seiring dengan diputarnya tembang Lir Ilir, Ia menjelaskan makna dari bait-bait tembang tersebut kepada seluruh pegawai Kanwil DJKN Sulseltrabar yang terus menyimak penjelasannya.

Ekka membuka dengan penjelasan bahwa makna bait pembuka Tembang Lir Ilir, kita dituntut untuk bergerak dan bangun serta berubah demi kebaikan. Kemudian bait lagu “Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi” yang mempunyai makna anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing. Buah belimbing memiliki lima sisi berbentuk bintang. Lima sisi tersebut apabila dikaitkan anak gembala sebagai pemimpin, maka lima merupakan gambaran dari Pancasila. Anak gembala atau pemimpin diingatkan untuk selalu “memanjat pohon” atau selalu menggali ilmu dengan lima yang menggambarkan Pancasila, apabila dikaitkan dengan ibadah adalah lima waktu ibadah. Ibadah tidak terbatas pada satu agama tertentu namun setiap agama terdapat ajaran untuk beribadah menuju kesempurnaan.

Bait “Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro”, berarti meskipun susah atau licin, tetaplah dipanjat untuk terus mencari ilmu untuk membasuh atau membersihkan kehormatan dan martabat. Bait selanjutnya adalah “Dodot iro-dodot iro kumitir bedhah ing pinggir” berarti pakaian kita sering terkoyak di bagian samping yaitu dalam kehidupan kita sering terjadi kendala, adakalanya menghadapi kondisi hambatan yang membuat pekerjaan tidak selalu lancar.

Dalam bait “Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore”, Ekka menjelaskan bahwa jahitlah dan benahilah pakaian yang terkoyak melalui perbaiki pribadi, memperbaiki ibadah oleh pemimpin sesuai dengan bidang tugasnya sebelum berakhir masa tugasnya atau masanya di dunia. Bait selanjutnya adalah Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane yang berarti perbaikilah sebelum gelap, selagi masih bersinar, selagi masih lebar jangkauan kita, selama kita masih berkarya, bekerja, dan berdedikasi kepada pekerjaan kita.

Kita harus bersiap diri senantiasa untuk melangkah ke seluruh sisi sebelum kembali ke Sang Khalik. Inti dari Tembang Lir Ilir ternyata adalah bekal kita untuk selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa dan selalu ingat atas nikmat yang telah diberikan kepada kita yaitu nikmat sehat dan nikmat lainnya. Ekka mengingatkan untuk selalu beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing, dan senantiasa berkorban untuk memberi manfaat kepada yang lain. Hal tersebut diharapkan dapat diimplementasikan dalam pekerjaan yaitu berkorban dan bermanfaat bagi rekan kerja maupun orang lain. Selanjutnya dalam sikap dan ucap tidak cukup hanya ‘baik dan benar’, tetapi mestinya juga ‘indah’ menurut etika dan estetika masyarakat setempat.

Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk memutuskan penyebaran Covid-19 melalui pelarangan mudik, diharapkan seluruh pegawai untuk sabar dan mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Ekka berharap dalam pertemuan tersebut, dapat bermanfaat bagi seluruh pegawai. Ia berpesan kepada seluruh pegawai untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan keluarga atau memenuhi work life balance. Tujuan dari kehidupan juga harus dapat dinikmati oleh seluruh pegawai secara pribadi. Seluruh pegawai diharapkan dapat mengembankan kegiatan untuk membahagiakan diri sesuai kemampuan untuk mendukung work life balance.

Ekka sangat mengapresi kehadiran seluruh pejabat dan pegawai dalam pertemuan Sambung Rasa, baik daring maupun luring, dan berharap agar pandemi Covid-19 agar segera berakhir serta dapat melalukan aktivitas dengan normal. Ekka juga berharap seluruh pegawai dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan dilakukan dengan niat untuk mendapatkan makna yang lebih baik pada mental dan akhlak, serta mendapat rahmat serta kasih sayang dari Tuhan YME. Selanjutnya puasa menjadi ampunan atas kesalahan kesalahan kita di masa lalu. Ekka menutup acara dengan ajakan untuk menciptakan karya-karya baik dengan memperhatikan aturan dan estetika. (Teks/Foto: Bidang KIHI Kanwil DJKN Sulseltrabar).

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini