Makassar- Untuk mengimplementasikan kompetensi sosial
kultural yang wajib dimiliki oleh Aparatus Sipil Negara, Kanwil DJKN Sulawesi
Selatan, Tenggara, dan Barat menyelenggarakan kegiatan Sambung Rasa seluruh
pejabat dan pegawai Kanwil dengan tema “Tembang Lir Ilir, Inspirasi Kehidupan”
yang dilaksanakan Selasa (27/04) di Aula A’Bulo Sibatang dengan dihadiri
seluruh jajaran pegawai pada Kanwil DJKN Sulseltrabar serta tetap menerapkan
protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19.
Kegiatan yang dilaksanakan secara dalam jaringan (daring)
dan luar jaringan (luring) tersebut dipandu secara menarik oleh Pegawai Kanwil
DJKN Sulseltrabar yaitu Yuhar Lelo Ganjaran Samudra dan Sitti Khadijah sebagai
representasi perpaduan antara Jawa Tengah dengan Sulawesi Selatan. Pembawa
acara dengan dialog bertemakan akulturasi budaya dengan diselingi humor ringan
berhasil menarik perhatian seluruh pegawai yang hadir langsung maupun melalui zoom
meeting.
Dalam acara inti, sesuai dengan tema kegiatan yaitu
“Tembang Lir Ilir Inspirasi Kehidupan”, pembawa acara mempersilahkan Kepala
Kanwil DJKN Sulselterabar, Ekka S. Sukadana untuk menyampaikan makna dari
Tembang Lir Ilir yang sarat akan makna kehidupan. Ekka menyampaikan merupakan
lagu Jawa Tengah dan diciptakan oleh Sunan Kalijaga, yang masih dapat
diimplementasikan serta diambil makna dan pelajarannya hingga saat ini. Seiring
dengan diputarnya tembang Lir Ilir, Ia menjelaskan makna dari bait-bait tembang
tersebut kepada seluruh pegawai Kanwil DJKN Sulseltrabar yang terus menyimak
penjelasannya.
Ekka membuka dengan penjelasan bahwa makna bait pembuka
Tembang Lir Ilir, kita dituntut untuk bergerak dan bangun serta berubah demi
kebaikan. Kemudian bait lagu “Cah angon-cah angon penekno blimbing kuwi” yang
mempunyai makna anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing. Buah
belimbing memiliki lima sisi berbentuk bintang. Lima sisi tersebut apabila
dikaitkan anak
gembala sebagai pemimpin, maka lima merupakan gambaran dari Pancasila. Anak
gembala atau pemimpin diingatkan untuk selalu “memanjat pohon” atau selalu
menggali ilmu dengan lima yang menggambarkan Pancasila, apabila dikaitkan
dengan ibadah adalah lima waktu ibadah. Ibadah tidak terbatas pada satu agama
tertentu namun setiap agama terdapat ajaran untuk beribadah menuju kesempurnaan.
Bait “Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro”,
berarti meskipun susah atau licin, tetaplah dipanjat untuk terus mencari ilmu
untuk membasuh atau membersihkan kehormatan dan martabat. Bait selanjutnya adalah “Dodot iro-dodot iro kumitir bedhah ing
pinggir” berarti pakaian kita sering terkoyak di bagian samping yaitu dalam
kehidupan kita sering terjadi kendala, adakalanya menghadapi kondisi hambatan
yang membuat pekerjaan tidak selalu lancar.
Dalam bait “Dondomono jlumatono kanggo sebo mengko sore”,
Ekka menjelaskan bahwa jahitlah dan benahilah pakaian yang terkoyak melalui
perbaiki pribadi, memperbaiki ibadah oleh pemimpin sesuai dengan bidang
tugasnya sebelum berakhir masa tugasnya atau masanya di dunia. Bait selanjutnya
adalah “Mumpung
padhang rembulane, mumpung jembar kalangane” yang berarti perbaikilah sebelum
gelap, selagi masih bersinar, selagi masih lebar jangkauan kita, selama kita
masih berkarya, bekerja, dan berdedikasi kepada pekerjaan kita.
Kita harus bersiap diri senantiasa untuk melangkah ke
seluruh sisi sebelum kembali ke Sang Khalik. Inti dari Tembang Lir Ilir
ternyata adalah bekal kita untuk selalu ingat kepada Yang Maha Kuasa dan selalu
ingat atas nikmat yang telah diberikan kepada kita yaitu nikmat sehat dan nikmat
lainnya. Ekka mengingatkan untuk selalu beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing, dan
senantiasa berkorban untuk memberi manfaat kepada yang lain. Hal tersebut
diharapkan dapat diimplementasikan dalam pekerjaan yaitu berkorban dan bermanfaat
bagi rekan kerja maupun orang lain. Selanjutnya dalam sikap dan ucap
tidak cukup hanya ‘baik dan benar’, tetapi mestinya juga ‘indah’ menurut etika
dan estetika masyarakat setempat.
Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk memutuskan
penyebaran Covid-19 melalui pelarangan mudik, diharapkan seluruh pegawai untuk
sabar dan mematuhi ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah. Ekka berharap
dalam pertemuan tersebut, dapat bermanfaat bagi seluruh pegawai. Ia berpesan
kepada seluruh pegawai untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dengan kehidupan
keluarga atau memenuhi work life balance. Tujuan dari kehidupan juga harus dapat dinikmati oleh
seluruh pegawai secara pribadi. Seluruh pegawai diharapkan dapat mengembankan
kegiatan untuk membahagiakan diri sesuai kemampuan untuk mendukung work life
balance.
Ekka sangat mengapresi
kehadiran seluruh pejabat dan pegawai dalam pertemuan Sambung Rasa, baik daring
maupun luring, dan berharap agar pandemi Covid-19 agar segera berakhir serta
dapat melalukan aktivitas dengan normal. Ekka juga berharap seluruh pegawai
dapat menjalankan ibadah puasa dengan baik dan dilakukan dengan niat untuk
mendapatkan makna yang lebih
baik pada mental dan akhlak, serta mendapat rahmat serta kasih sayang dari
Tuhan YME. Selanjutnya puasa menjadi ampunan atas kesalahan kesalahan kita di masa
lalu. Ekka menutup acara dengan ajakan untuk menciptakan karya-karya baik dengan
memperhatikan aturan dan estetika. (Teks/Foto: Bidang KIHI Kanwil DJKN
Sulseltrabar).