Di setiap komunitas atau
masyarakat, tentunya ada berbagai cara untuk mengukur dan menilai satu sama
lain. Kita umumnya menilai seseorang dengan mengukur berapa banyak uang yang
dihasilkan, kekayaan berupa mobil, rumah, tabungan, aset,
dan sebagainya.
Ukuran lain yang
kerap menjadi penilaian ialah penampilan fisik dan karakteristik etnis, seperti
tinggi badan, berat badan, usia, asal muasal, bahasa, warna kulit, atau budaya.
Namun, manusia tentunya memiliki sedikit kendali dan tidak bisa memilih di mana
tempat kelahiran mereka, warna kulit, atau kekayaan mereka.
Bagaimana
sikap kita sebagai manusia beriman dan hidup di negara yang ber “Bhinneka
Tunggal Ika”, maka sikap kita bisa diuraikan sebagai berikut:
1. Menjalin
hubungan dengan Tuhan
Dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 bahwa negara kita mengakui "Atas berkat rahmat
Allah Yang Maha Kuasa dan dengan
didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas,
maka rakyat Indonesia meyatakan dengan ini kemerdekaannya." Kemudian dalam
sila pertama Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Menjalin
hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama dalam hidup di dunia.
Manusia
adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta.
Menjalin hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara menaati segala
aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat menjalin hubungan
dengan Allah melalui ibadah, doa-doa yang kita panjatkan dan juga selalu
mengingat Allah. Berdoa itu sama saja dengan kita menjalin komunikasi dengan
Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita senantiasa mengingat Allah maka kita akan
senantiasa mendapatkan kedamaian hati dalam menjalani setiap langkah kehidupan.
Kita
adalah mahkluk ciptaan-Nya dan tidak mungkin kita tidak menjalin hubungan
dengan pencipta kita, dan apapun yang kita lakukan bergantung pada
kehendak-Nya. Hubungan dengan Allah akan mempengaruhi hubungan kita
dengan sesama manusia. Kehidupan manusia tidak akan berubah ketika tidak
melibatkan Allah dalam kesehariannya di dunia.
2. Hubungan
dengan diri sendiri.
Hubungan antar
diri sendiri diwujudkan dalam bentuk rela, menerima, sabar, memahami diri, dan
mencintai diri. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki akal, rasa, dan
kehendak sehingga mempunyai tujuan hidup yang berbeda-beda. Tujuan hidup yang
sama adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama. Sedangkan kebahagiaan hati
bersama dapat tercapai apabila sudah mendapatkan kebahagian pribadi.
Kebahagiaan pribadi terlaksana apabila manusia mampu menerapkan sikap rela,
menerima, dan sabar. Sikap rela/sanggup untuk melepaskan seperti melepaskan hak
milik. Sikap menerima segala apapun yang menimpa kita, tanpa memberikan protes.
Kita perlu memahami hubungan antar sesama diri sendiri agar bisa menjalin
hubungan antar sesama manusia. Jika kita belum bisa memahami diri sendiri,
apalagi memahami orang lain yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.
3. Hubungan
antar sesama manusia.
Hubungan antar
sesama manusia dapat diartikan sebagai komunikasi antar pribadi. Komunikasi
yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikasinya saling
memahami pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukan juga didasarkan atas
kebersamaan. Apabila kita ingin menciptakan komunikasi yang akrab dengan
orang lain, maka dapat didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas
maupun mengenai masalah pribadi yang bersifat sosial. Kita harus memahami
hakikat manusia. Bagaimana kita mampu menerima orang lain diluar diri kita
dengan apa adanya. Bagaimana kita mampu bersikap profesional dalam
melakukan apapun yang kita kerjakan.
4. Hubungan
dengan negara
Negara dan warga
negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara warga negara dengan
negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan
keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki
hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara
dan berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Mengutip dari
Mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy : " Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan
Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu", akan menggugah hati ditengah
berbagai permasalahan di negara ini.
5. Hubungan
dengan lingkungan sekitarnya
Lingkungan
merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,
termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Fakta
menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan
cenderung makin meninggi, relatif mudah untuk ditemukan. Berita
tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun
tanah (kerusakan lingkungan) sudah merupakan bagian yang tidak dapat
dihindarkan dari kegiatan pembangunan. Lingkungan yang tercemar akan berdampak
negatif pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan,
serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Lingkungan hidup perlu
dikelola / ditingkatkan mutunya untuk menanggulangi dampak negatif.
Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk selalu
memperhatikan keadaan hatinya. Sudahkah hatinya diisi dengan keikhlasan dalam
beramal semata-mata karena Allah akan membersihkannya dari segala bentuk niat
yang salah? Karena melalui hati itulah Allah menilai baik buruknya seseorang,
bukan melalui fisik, rupa, dan berbagai tolak ukur keduniawian lainnya. Dan
hendaknya seseorang mengarahkan kelebihan yang ia miliki dari perkara duniawi
untuk meraih keridhaan Allah. Hanya dengan begitulah predikat takwa bisa diraih
dan bernilai kemuliaan di sisi Allah
Dari Abu
Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya
Allah tidak melihat fisik dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal
kalian." (HR.
Bukhari).
Penulis: Fahmi Fauzi Indarto (Bidang KIHI Kanwil DJKN Jateng dan D.I. Yogyakarta)
Sumber: