Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Allah Tidak Melihat Rupa dan Fisik Tetapi Amal
Fahmi Fauzi Indarto
Rabu, 29 September 2021   |   14693 kali

Di setiap komunitas atau masyarakat, tentunya ada berbagai cara untuk mengukur dan menilai satu sama lain. Kita umumnya menilai seseorang dengan mengukur berapa banyak uang yang dihasilkan, kekayaan berupa mobil, rumah, tabungan, aset, dan sebagainya.

Ukuran lain yang kerap menjadi penilaian ialah penampilan fisik dan karakteristik etnis, seperti tinggi badan, berat badan, usia, asal muasal, bahasa, warna kulit, atau budaya. Namun, manusia tentunya memiliki sedikit kendali dan tidak bisa memilih di mana tempat kelahiran mereka, warna kulit, atau kekayaan mereka.

Bagaimana sikap kita sebagai manusia beriman dan hidup di negara yang ber “Bhinneka Tunggal Ika”, maka sikap kita bisa diuraikan sebagai berikut:

1.     Menjalin hubungan dengan Tuhan

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa negara kita mengakui "Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia meyatakan dengan ini kemerdekaannya." Kemudian dalam sila pertama  Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Menjalin hubungan dengan Allah adalah kebutuhan yang paling utama dalam hidup di dunia.

Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang harus selalu mengingat akan Sang Pencipta. Menjalin hubungan yang baik dapat dilakukan dengan cara menaati segala aturannya dan menjauhi segala larangannya. Kita juga dapat menjalin hubungan dengan Allah melalui ibadah, doa-doa yang kita panjatkan dan juga selalu mengingat Allah. Berdoa itu sama saja dengan kita menjalin komunikasi dengan Yang Maha Kuasa dan juga ketika kita senantiasa mengingat Allah maka kita akan senantiasa mendapatkan kedamaian hati dalam menjalani setiap langkah kehidupan.

Kita adalah mahkluk ciptaan-Nya dan tidak mungkin kita tidak menjalin hubungan dengan pencipta kita, dan apapun yang kita lakukan bergantung pada kehendak-Nya.  Hubungan dengan Allah akan mempengaruhi hubungan kita  dengan sesama manusia. Kehidupan manusia tidak akan berubah ketika tidak melibatkan Allah dalam kesehariannya di dunia.

2.     Hubungan dengan diri sendiri.

Hubungan antar diri sendiri diwujudkan dalam bentuk rela, menerima, sabar, memahami diri, dan mencintai diri. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki akal, rasa, dan kehendak sehingga mempunyai tujuan hidup yang berbeda-beda. Tujuan hidup yang sama adalah untuk mencapai kebahagiaan hati bersama. Sedangkan kebahagiaan hati bersama dapat tercapai apabila sudah mendapatkan kebahagian pribadi. Kebahagiaan pribadi terlaksana apabila manusia mampu menerapkan sikap rela, menerima, dan sabar. Sikap rela/sanggup untuk melepaskan seperti melepaskan hak milik. Sikap menerima segala apapun yang menimpa kita, tanpa memberikan protes. Kita perlu memahami hubungan antar sesama diri sendiri agar bisa menjalin hubungan antar sesama manusia. Jika kita belum bisa memahami diri sendiri, apalagi memahami orang lain yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

3.     Hubungan antar sesama manusia.

Hubungan antar sesama manusia dapat diartikan sebagai komunikasi antar pribadi. Komunikasi yang telah memasuki tahap psikologis yang komunikator dan komunikasinya saling memahami pikiran, perasaan, dan tindakan yang dilakukan juga didasarkan atas kebersamaan.  Apabila kita ingin menciptakan komunikasi yang akrab dengan orang lain, maka dapat didahului oleh pertukaran informasi tentang identitas maupun mengenai masalah pribadi yang bersifat sosial. Kita harus memahami hakikat manusia. Bagaimana kita mampu menerima orang lain diluar diri kita dengan apa adanya.  Bagaimana kita mampu bersikap profesional dalam melakukan apapun yang kita kerjakan.

4.     Hubungan dengan negara

Negara dan warga negara identik dengan adanya hak dan kewajiban, antara warga negara dengan negaranya ataupun sebaliknya. Negara memiliki kewajiban untuk memberikan keamanan, kesejahteraan, perlindungan terhadap warga negaranya serta memiliki hak untuk dipatuhi dan dihormati. Sebaliknya warga negara wajib membela negara dan berhak mendapatkan perlindungan dari negara. Mengutip  dari Mantan Presiden Amerika Serikat, John F Kennedy : " Jangan Tanyakan Apa yang Negara Berikan Kepadamu Tapi Tanyakan Apa yang Kamu Berikan Kepada Negaramu", akan menggugah hati ditengah berbagai permasalahan di negara ini.

5.     Hubungan dengan lingkungan sekitarnya

Lingkungan merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Fakta menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi,  relatif mudah untuk ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun tanah (kerusakan lingkungan) sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan. Lingkungan yang tercemar akan berdampak negatif pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Lingkungan hidup perlu dikelola / ditingkatkan mutunya untuk menanggulangi dampak negatif.

Oleh karena itu, penting bagi seseorang untuk selalu memperhatikan keadaan hatinya. Sudahkah hatinya diisi dengan keikhlasan dalam beramal semata-mata karena Allah akan membersihkannya dari segala bentuk niat yang salah? Karena melalui hati itulah Allah menilai baik buruknya seseorang, bukan melalui fisik, rupa, dan berbagai tolak ukur keduniawian lainnya. Dan hendaknya seseorang mengarahkan kelebihan yang ia miliki dari perkara duniawi untuk meraih keridhaan Allah. Hanya dengan begitulah predikat takwa bisa diraih dan bernilai kemuliaan di sisi Allah.

Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat fisik dan harta kalian, tetapi Ia melihat hati dan amal kalian." (HR. Bukhari).

Penulis: Fahmi Fauzi Indarto (Bidang KIHI Kanwil DJKN Jateng dan D.I. Yogyakarta)


Sumber:

1.       https://www.republika.co.id/Allah tidak Melihat Rupa, tetapi Amal

2.       https://www.mutiara islam.net/allah tidak memandang rupa dan fisikmu

3.       https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/tuhan tidak melihat rupa.html

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini