Jakarta – Kanwil DJKN DKI Jakarta mengadakan Workshop
Transformasi Pelayanan Publik “Etika
Berinteraksi dengan Pengguna Layanan dari Difabel Tuli“ pada hari Selasa, 22
Juni 2021 pukul 08.00 s.d. pukul 11.00 WIB. Workshop kali ini menghadirkan beberapa
narasumber yaitu Laura Lesmana Wijaya, Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia
(Pusbisindo), Adhi Kusuma Baroto, peneliti pada Laboratorium Riset Bahasa Isyarat
(LRBI) UI dan anggota Komunitas Handal Tuli. Direktur Jenderal
Kekayaan Negara, Rionald Silaban, turut hadir dalam acara kali ini sebagai Keynote
Speaker sekaligus membuka acara kali ini. Acara ini terselenggara
dengan kerja sama antara Sekretariat DJKN, Kanwil DJKN DKI Jakarta, dan Yayasan
Jalin Mimpi.
Pembawa acara, Setiarini, membuka acara dengan
mengumandangkan lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Sebelum acara dimulai
dilakukan doa bersama terlebih dahulu dipimpin oleh Muhammad Junaidy Efendy. Acara
dimulai dengan penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan oleh
Salbiah, Plt. Kepala Kanwil DJKN DKI Jakarta. Salbiah juga menyampaikan dalam kesempatan
tersebut bahwa sumber daya manusia (SDM) Kementerian Keuangan harus memahami
etika berinteraksi dengan berbagai pengguna jasa. Salbiah juga menyampaikan
bahwa dengan meningkatnya awareness kepada pengguna jasa difabel tuli
dapat membantu mewujudkan Indonesia yang ramah terhadap difabel.
Kemudian acara dilanjutkan dengan penyampaian keynote
speaker oleh Rionald Silaban, Direktur Jenderal Kekayaan Negara. Rionald
menyampaikan bahwa rekan-rekan difabel berhak atas semua pelayanan publik yang
negara sediakan. Kemudian Rionald menyampaikan bahwa pelayanan publik berasaskan
antara lain kesamaan hak, persamaan perlakuan, serta fasilitas dan perlakuan
khusus bagi kelompok rentan. Lalu, acara berlanjut kepada penyampaian materi oleh
narasumber dengan moderator, Paquita Aleysandra dari
Yayasan Jalin Mimpi.
Penyampaian materi dari narasumber dimulai dari pengenalan
tentang Pusbisindo, tujuan pendirian, mitra
dan relasi, latar belakang pendirian, visi dan misi, tentang bahasa isyarat di
Indonesia, dan lokasi cabang-cabang pusbisindo di seluruh Indonesia saat ini. Kemudian
narasumber menyampaikan terkait manfaat yang diperoleh dengan mempelajari bahasa
isyarat serta bentuk dukungan yang diperlukan demi keberlangsungan perkembangan
dan aplikasi dari Bahasa isyarat ini sendiri. Dilanjutkan dengan penjelasan
terkait kekeliruan persepsi yang biasa terjadi terkait bahasa isyarat dalam
masyarakat.
Penjelasan dari narasumber dilanjutkan dengan pengenalan
komunitas Handai Tuli, visi dan tujuannya, pengenalan tentang budaya tuli (deaf
culture) serta perbandingannya dengan budaya dengar. Kemudian pada pengujung
acara, diberikan pengajaran singkat cara menggunakan bahasa isyarat langsung
oleh salah satu pengajar bahasa isyarat dan sesi tanya jawab interaktif antara
narasumber dan peserta.