Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Hal yang Hilang Saat Kamu Memilih Korupsi di Kantormu
Wisnu Herjuna
Senin, 19 Februari 2024   |   39 kali

Ketidakseimbangan adalah hal yang menyebabkan ketidakutuhan dalam berfikir dan bertindak. Begitupun pula ketika korupsi menjadi solusi atas semua masalah, itu sebuah ketidakseimbangan dalam berfikir sehingga memilih jalan salah nan penuh risiko. 

Ada banyak argumentasi pembenaran yang dapat kamu buat sebagai landasan untuk melegitimasi tindakan korupsi. Namun diam-diam pasti kamu gelisah, hati kecilmu yang fitrahnya suci itu tak pernah dan tak akan pernah mentolerir hal-hal yang sebenarnya tidak pada tempatnya. 

Kita sepakat korupsi sesuaatu yang tidak keren dan merusak, namun bila kamu tetap ingin korupsi baik itu dengan penuh kesadaran atau atas dasar paksaaan atau tidak ada pilihan lain, maka akan ada hal-hal yang hilang dari dalam dirimu ketika kamu melakukan itu :  

  1. 1. Daya Juang dan Kebahagiaan Menurun 

Korupsi pada sebagian orang menjadi cara pintas untuk mendapatkan sesuatu dengan usaha yang minimalis. Jadi, ketika kamu korupsi setidaknya kamu kehilangan daya juang untuk mendapatkan sesuatu yang kamu idamkan. Dulu dengan menabung atau mengerem beberapa kebutuhan tertentu, kamu baru dapat mendapatkan sesuatu yang kamu idamkan itu. Daya juang yang tinggi linier dengan angka kebahagiaan dan rasa Syukur. Mendapatkan sesuatu dengan mudah tentunya akan mengurangsi rasa kebahagiaan yang didapat dan rasa Syukur yang dipanjatkan. 

  1. 2. Kehilangan Akal Sehat 

Melegitimasi korupsi agar menjadi hal yang dapat dimaklumi itu membutuhkan argumentasi yang kuat dan otak atik logika yang rumit. Kamu mencoba berbagai premis agar dapat diterima di logika masyarat umum setidaknya teman-temannmu. Tentu, argument dan premis-premis yang dibuat akan bertentangan dengan akal sehat dan jauh dari kebenaran. Semakin sering dirimu membuat argument dan premis yang melegitimasi korupsi kamu semakin kehilangan akal sehat dalam landasan berfikir; 

  1. 3. Menjadi Kikir dan perhitungan 

Sudah barang tentu kalau kamu mudah untuk mendapatkan uang (korupsi) maka kamu mudah juga untuk menghamburkannya, misalnya untuk kepentingan sosial atau aktualisasi diri di lingkungan. Karena selalu menganggarkan kepentingan sosial  dengan uang korupsi maka lama-kelamaan kamu akan sangat perhitungan untuk menggunakan uang pribadi untuk menutup kepentingan tersebut. Dirimu akan menjadi orang yang kikir apabila berbicara terkait penggunaan uang pribadi. Istilahnyakegiatan sosial libur dulu ya, karena belum ada uang korupsi minggu ini”. 

  1. 4. Hidup hanya untuk uang 

Dengan intensitas korupsi yang terus kamu lakukan, membuat jalan pikiranmu menjadi sering jalan ditempat dan cenderung mensimplifikasikan semua hal. Semua hal terkait pekerjaanmu hanya akan kamu simpulkan bahwa tujuannya hanya untuk uang. Padahal uang seharunya hanya menjadi dampak atau akibat dari tanggungjawab dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Uang jangan dijadikan perbincangan utama dalam pelaksanaan tugas. Fokus kita adalah bagaimana bekerja sebaik mungkin dan menemukan nilai-nilai dalam bekerja sehingga dapat menikmati dan mencintai pekerjaan.  

Tentu banyak hal lain yang akan hilang bila kamu masih mau nekat untuk melakukan korupsi. Bayang-bayang rasa bersalah dan hukuman disiplin harus kamu perhitungkan benar-benar. Tidak ada hal menarik dari korupsi selain euforia kebahagian yang singkat dan datar-datar saja.  

Jadi menjadi jujur mungkin sekarang bagimu kurang menarik, tapi cobalah paksakan dan biasakan, sampai kamu dititik menjadi jujur itu membahagikan. 

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini