Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kain Tenun Tembe Nggoli produk unggulan dari Kota Bima
Slamet Adi Priyatna
Rabu, 29 September 2021   |   5231 kali

Kesempatan perjalanan dinas kali ini, digunakan oleh penulis untuk menggali potensi unik tradisi dan keanekaragaman adat budaya kota Bima di Nusa Tenggara Barat. Perjalanan menuju kota Bima ditempuh selama 3 jam dari kota Denpasar dengan jalur pesawat. Setelah sampai di Bandara Sultan Muhamad Salahudin, penulis melanjutkan perjalanan dengan menggunakan mobil menuju Kampung Cempaka Indah. Di Kampung Cempaka ini, terkenal akan kain tenun tradisional yang sudah turun temurun. Kain tersebut dinamai dengan Tembe Nggoli adalah kain tenun sarung khas Bima,  yang terbuat dari benang kapas atau katun. Kain tenun sarung ini memiliki beragam warna yang cerah dan bermotif khas sarung tenun tangan. Keistimewaan lain yang dimiliki oleh Tembe Nggoli, berbahan halus, tidak mudah sobek, dan dapat menghangatkan tubuh. Tembe Nggoli memiliki keunikan, bila dipakai saat cuaca dingin akan hangat, begitupun saat dipakai saat cuaca panas akan terasa dingin.

        Berdasarkan fungsi, Tenun Tembe Nggoli ini dibagi menjadi beberapa jenis. Tembe Songke atau Sarung sebagai tenun unggulan, Sambolo (Destar) atau ikat kepala yang bisa dipakai kaum laki-laki yang memasuki usia remaja. Weri atau ikat pinggang yang terbuat dari Malanta Solo, Baju Mbojo dan Syal atau selendang yang biasa dipakai kaum pria Bima sebagai hiasan saat menghadiri pesta atau sebagai selempang bagi para wanitanya. Waktu pembuatannya pun bervariasi, ada yang bisa jadi dalam waktu tiga bulan, ada juga yang sampai setahun. Kain-kain itu dijual dengan harga mulai dari Rp 150.000 sampai Rp 500.000 ke atas.  

        Kain tenun ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari produk unggulan NTB yang kini tengah dipersiapkan memasuki tahapan industrialisasi untuk meningkatan nilai tambah ekonomi. Saat ini, Tembe Nggoli semakin langka, karena penenun Tembe Nggoli semakin berkurang. Mengingat proses menenun Tembe Nggoli yang cukup sulit dan masih menggunakan peralatan menenun yang tradisonal, sehingga jarang ada anak-anak zaman sekarang yang mau belajar menenun.  Selain itu, proses pengerjaan yang lama serta penuh kesabaran ini membuat nilai dari sehelai kain tenun Bima ini tidak hanya dilihat dari nominalnya, tetapi dari makna setiap untaiannya pula Oleh karena itu, mari kita lestarikan warisan budaya ini dengan baik sehingga dapat diturunkan ke anak cucu kita. Salah satu caranya yaitu dengan mengikutsertakan dan memperkenalkan melalui kedai lelang UMKM. Harapannya, agar kain tenun ini bisa lestari dan dikenal masyarakat luas serta menjadi bagian budaya tradisi luhur turun temurun masyarakat Bima.

Foto Terkait Berita
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini