Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Kilas Peristiwa DJKN
Buka Puasa Bersama KPKNL Makassar
N/a
Kamis, 17 Juli 2014 pukul 15:00:14   |   630 kali

Makassar - mengusung tema “Melalui Puasa Ramadhan 1435 H Kita Wujudkan Pegawai yang Jujur Dalam Memberikan Pelayanan Berkualitas”, Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Makassar mengadakan buka puasa bersama.  Acara pada Selasa, 15 Juli 2014 (hari ke-17 Ramadhan) ini selain dihadiri oleh keluarga besar pegawai KPKNL Makassar, hadir pula keluarga besar Kanwil Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Sulawesi Selatan, Tenggara, dan Barat (Sulseltrabar), serta pensiunan DJKN yang ada di Makassar.

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Quran dan sari tilawah. Kepala KPKNL Makassar Chairiah berkesempatan membuka acara yang diadakan di Aula KPKNL Makassar ini.  “Acara ini untuk mempererat tali silaturrahim antara pegawai KPKNL Makassar, Kanwil DJKN Sulseltrabar, serta pensiunan DJKN yang ada di Makassar,” kata Chairiah. Chairiah menambahkan bahwa acara ini juga merupakan implementasi dari nilai-nilai Kementerian Keuangan, salah satunya adalah Sinergi.

Kegiatan buka puasa bersama yang sudah rutin dilakukan setiap tahun ini diisi dengan siraman rohani oleh Ustadz H. Muhammad Syar’ie, S.Ag, M.Ag. Mengawali tausiyahnya, Muhammad Syar’ie mengajak untuk senantiasa meningkatkan kualitas keimanan dan ibadah kepada Allah SWT. “Sebagai seorang pegawai, harus dicamkan bahwa bekerja itu adalah ibadah,” kata Syar’ie. “Apalagi pekerjaan kita itu memudahkan orang dengan memberikan pelayanan yang baik, sungguh luar biasa pahala yang didapatkan terutama di bulan suci Ramadhan ini,” tambahnya.

Bulan Ramadhan merupakan momentum untuk selalu berbuat baik dan memperbaiki diri. Mengutip surat Al Hasyr ayat 18 “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah, dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok”. Ayat ini menyerukan agar manusia selalu mengevaluasi diri atas apa yang telah dan akan dilakukan untuk selalu lebih baik, sehingga menjadi golongan orang-orang yang beruntung.

Muhammad Syar’ie menyampaikan perumpamaan untuk mengevaluasi diri dalam beberapa tingkatan sebagai seorang pegawai. Syar’ie memberi perumpamaan tingkatan tertinggi adalah pegawai yang ‘wajib’. “Pegawai/karyawan yang wajib, adalah mereka yang kehadirannya sungguh sangat dinantikan dan ketidakhadirannya sungguh sangat disayangkan,” jelas Syar’ie. Apabila ia hadir, orang-orang di sekitarnya merasa nyaman. Ketika ia mendapatkan tugas, dia tidak merasa itu beban, dan ketika ia meminta orang untuk melaksanakan suatu tugas, orang yang ditugasi juga tidak merasa terbebani untuk menjalankannya, demikian tambah Ustadz berkacamata ini.

“Yang kedua adalah  pegawai yang sunnah,” lanjutnya. Syar’ie mengatakan bahwa pegawai “sunnah’ ini kehadirannya dinantikan, namun jika tidak ada, tidak membawa pengaruh. “Kalau kita masuk seperti ini, seharusnya kita merasa rugi dan sebaiknya kehadiran kita itu dinantikan,” ungkap Muhammad Syar’ie.

Pegawai yang ketiga diibaratkan pegawai yang ‘mubah’, dimana ada atau tidak hadirnya itu tidak berpengaruh. Tingkatan yang berikutnya adalah, pegawai yang ‘makruh’, atau kehadirannya ini biasa tidak diharapkan. Sedangkan yang terakhir adalah, pegawai yang ‘haram’. “Tingkatan ini paling parah, kalau dia ada rusak semua,” kata sang Ustadz diikuti gelak tawa para hadirin.

“Pada golongan mana kita, mari kita renungkan sendiri,” ajak Syar’ie. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib manusia, sampai ada usaha maksimal darinya. “Untuk menjadikan diri lebih baik, maka yang dilakukan adalah meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dengan melaksanakan 5 M,” ungkapnya.

5M yang harus dilakukan menurut Muhammad Syar’ie adalah:

1.   Muahadah, dengan mengingat perjanjian kita dengan Allah SWT dan diri sendiri, dengan kewajiban untuk berbuat yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar;

2.   Muraqabah, artinya merasa dekat dengan Allah. Dengan perasaan ini, kita akan senantiasa mawas diri, selalu merasa diperhatikan oleh Allah, dan menumbuhkan sikap ikhlas. Pekerjaan, pelayanan yang kita berikan tidak lagi menjadi beban karena berlandaskan ikhlas;
Barang siapa yang memudahkan urusan Saudaranya, maka Allah SWT akan memudahkan urusannya. Apabila ditempat kerja kita memberikan pelayanan yang maksimal, kita ikhlas karena Allah, kita tidak usah berharap balasan dari manusia, tetapi Allah SWT sudah berjanji untuk itu dengan memberikan kebaikan kepada kita;

3.   Muhasabah, selalu mengevaluasi, apakah sudah melakukan sesuatu yang terbaik atau maksimal hari ini, atau masih ada kekurangan, baik ibadah kepada Allah (mahdhah), juga ibadah muamalah kepada sesama manusia;

4.   Muaqabah, memberikan sanksi bagi diri kita. Misalnya ketika kita berbuat kesalahan, jangan sampai kita larut dalam kealpaan, kelupaan, dan perbuatan dosa yang kita lakukan. Yang terbaik adalah senantiasa memberikan sanksi atas kesalahan kita dengan bertaubat dan berbuat kebajikan;

5.   Mujahadah, kesungguhan. Rasulullah SAW memberi rambu-rambu tentang kesungguhan “Ketahuilah bahwa yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan yang di antara keduanya adalah hal yang meragu-ragukan...”, maka tinggalkanlah yang meragu-ragukan. Ketika kita mencari rezeki dengan sungguh-sungguh, maka carilah dengan cara yang halal dan baik.

 

​Setelah menyampaikan tausiyahnya, Ustadz Muhammad Syar’ie memimpin Zikir dan doa, dilanjutkan shalat maghrib berjamaah dan buka puasa bersama. (Teks & Foto : Nanang Ansari/Edit:Uun)

Foto Terkait Kilas Peristiwa
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini