Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Apakah Anda Seorang Boss atau Seorang Leader?
N/a
Jum'at, 19 Juni 2015 pukul 10:17:34   |   43406 kali

Organisasi adalah Suatu kerangka hubungan yang berstruktur yang di dalamnya berisi wewenang, tanggung jawab dan pembagian kerja untuk menjalankan sesuatu fungsi tertentu. (Max Weber)

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Tidak ada seorang pun manusia yang dapat hidup seorang diri. Dalam hidup, setiap manusia memiliki sesuatu yang ingin dicapainya. Dari sekian banyak manusia, beberapa orang yang memiliki tujuan yang sama kemudian berkumpul dan berinterkasi. Berbagi tugas dan pekerjaan, dan membagi tanggung jawab berdasarkan kemampuan masing-masing, yang kemudian disebut sebagai organisasi.

Dalam mencapai tujuannya, sebuah organisasi haruslah memiliki seorang pemimpin. Jika dianalogikan sebagai sebuah pohon, maka pemimpin adalah akar. Bagian terpenting yang menentukan seluruh organisasi akan tetap berdiri tegak atau tumbang.

Kita tentunya mengenal sebutan “Boss” atau “Leader” bagi seorang pemimpin. Banyak yang menganggap keduanya sama, meski memang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keduanya memiliki arti yang sama, yaitu Pemimpin. Namun kenyataannya, jika dilihat dari sudut pandang bawahan, kedua kata tersebut memiliki citra yang berbeda.

Lolly Daskal Presiden sekaligus CEO dari Lead From WithinTM (sebuah perusahaan konsultan global yang mengkhususkan diri dalam kepemimpinan dan pengembangan kewirausahaan.Red) menyatakan bahwa terdapat beberapa point yang dapat menjadi pertimbangan dalam membedakan “Boss” dan “Leader”, yakni:

  1. A boss drives others; a leader coaches them toward their best performance.
  2. A boss instills fear; a leader inspires enthusiasm.
  3. A boss blames others; a leader works to help repair the damage and understand what happened so it won't occur again.
  4. A boss thinks in terms of him or herself; a leader thinks in terms of we.
  5. A boss knows how it's done; a leader shows how it's done.
  6. A boss depends on his or her own authority; a leader depends, along with the entire team, on mutual accountability and trust.
  7. A boss uses people; a leader is interested in helping them grow and develop.
  8. A boss takes the credit; a leader gives credit to others.
  9. A boss is a commander; a leader is more concerned with asking and listening.
  10. The boss says Go!; the leader says Let's go!

Dari kesepuluh point di atas sudah sangat jelas perbedaan antara “Boss” dan “Leader”. Meski sama-sama seorang pemimpin, seorang “Leader” memiliki penilaian yang baik dari para bawahannya. Kita sebagai seorang manusia yang pada dasarnya diciptakan sebagai seorang pemimpin baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, sudah menjadi tugas kita untuk memilih menjadi seorang “Leader” –kah? Atau malah menjadi seorang “Boss”?

Namun bagi beberapa orang pemimpin yang terlanjur mendapatkan image sebagai seorang “Boss”, Gina Folk, seorang penulis dan ahli kepemimpinan, telah melakukan penelitian dan kemudian menyimpulkan bahwa setidaknya terdapat 7 cara yang dapat dilakukan untuk berubah dari seorang “Boss” menjadi seorang “Leader”, yaitu Love People; Guide, don’t control your team; Be adaptable; Delegate; Give credit, accept blame; Practice risk acceptance; dan Motivate.

  1. Love People

lakukan apa yang kamu sukai/cintai, jika tidak bisa, maka sukai/cintai apa yang kamu lakukan’. Seorang pribadi yang baik haruslah dapat mencintai setiap pekerjaan yang dia lakukan. Tak terkecuali seorang pemimpin. Tidak ada seorang pun yang dapat memimpin sebuah organisasi kecuali dia benar-benar mencintai pekerjaannya dan menikmati bekerja bersama orang-orang dalam organisasi tersebut. Semakin berkembangnya ilmu manajemen berdampak positif terhadap perlakuan organisasi kepada para pegawainya. Kini manusia (pegawai) tidak lagi dianggap sebagai beban oleh organisasi, masing-masing mereka adalah individu dengan kepribadian, sifat, dan bakat yang unik yang sudah sepatutnya dianggap sebagai aset oleh organisasi. Seorang “Leader” tidak akan menjadikan bawahannya menjadi apa yang dia inginkan melainkan akan membantu mereka menjadi lebih baik dan sukses sesuai dengan keunikan yang dimiliki masing-masing.

  1. Guide, don’t control your team

Apakah kita termasuk tipe pemimpin yang senang memerintah? Apakah kita termasuk pemimpin yang selalu mengatur setiap langkah yang akan diambil oleh bawahannya? Jika memang ya, maka tidak diragukan lagi kita adalan seorang “Boss”. “Boss” selalu merasa harus mengatur setiap langkah yang akan dilakukan kelompok (bawahannya). Namun berbeda dengan seorang “Leader”, “Leader” tahu bahwa kelompoknya akan dapat menyelesaikan hal besar jika mereka menerima bimbingan dan dukungan daripada pengaturan.

  1. Be adaptable

Jabatan bukanlah alasan bagi seorang pemimpin untuk tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan organisasi atau bawahannya. Tidak seperti seorang “Boss” yang cenderung kaku dalam caranya menyelesaikan sesuatu, seorang “Leader” mengerti bahwa untuk kepentingan organisasi dia harus menyesuaikan gaya kepribadiannya dengan kebutuhan setiap bawahannya. Dia mengerti dan menghargai setiap kepribadian bawahannya, dan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi oleh organisasi, “Leader” akan menyesuaikan pendekatan kepemimpinannya sebagaimana yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dari bawahannya.

  1. Delegate

Seorang “Boss” yang pada dasarnya tidak percaya ada orang lain yang dapat menyelesaikan suatu pekerjaan sebaik yang bisa dia lakukan, tidak pernah bisa melimpahkan wewenang dan tanggung jawab secara penuh kepada bawahannya. Berbeda dengan seorang “Leader” yang melimpahkan wewenang dan tanggung jawab secara keseluruhan. Dia menetapkan tugas-tugas/pekerjaan, dan kemudian melepaskannya (meskipun dia tetap mengawasi untuk memastikan bahwa bawahannya tetap berada pada jalannya dalam mencapai hasil yang diinginkan).

  1. Give credit, accept blame

Keberhasilan dan kegagalan, setiap pribadi secara alami akan merasakan kedua hal tersebut. Banyak quotes menarik tentang kegagalan dan kesulitan. Bahkan dalam QS. Al- Insyirah ayat 6 Allah berfirman bahwa “sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kamudahan”. Kesulitan dan kemudahan yang dimaksud ayat tersebut dapat juga diartikan sebagai kegagalan dan keberhasilan. Boleh jadi kita harus merasakan kegagalan terlebih dahulu untuk mendapatkan keberhasilan yang sempurna. Seorang “Leader” tahu bahwa keberhasilan datang dari usaha yang tak hanya darinya tapi juga dari bawahannya. Dia akan memberikan penghargaan kepada bawahannya ketika berhasil, dan dia akan menerima tanggung jawab secara pribadi ketika dia gagal.

  1. Practice risk acceptance

Kebanyakan “Boss” berusaha menghindari risiko dengan cara apapun – dia lebih suka bermain aman. Tapi seorang “Leader” tahu bahwa keberhasilan terbesar datang ketika seorang berani mengambil risiko yang ada. Tidak hanya memberi arahan, seorang “Leader” juga mendorong bawahannya untuk mencoba hal-hal baru, dan mereka mengerti setiap kesalahan atau kegagalan sebagai kesempatan untuk membuat perbaikan.

  1. Motivate

Cara memotivasi dari seorang “Boss” berasal dari ketakutan para bawahannya. Tak jarang meski suatu pekerjaan dapat diselesaikan, kinerja yang dilakukan oleh bawahannya bukanlah kinerja yang terbaik. Ketakutan yang berasal dari tekanan/ancaman yang diberikan oleh seorang “Boss” untuk memotivasi bawahannya hanya akan menghentikan perkembangan kinerja bawahannya. Namun seorang “Leader” memotivasi dengan cara yang berbeda. Dia mencari tahu apa yang memicu bawahannya masing-masing untuk dapat menampilkan potensi terbaik yang mereka miliki. “Leader” akan menjadi teladan bagi bawahannya, memberi contoh menjadi pribadi yang baik, sehingga bahkan dengan tanpa pengawasannya, bawahannya akan tetap berkerja dengan kinerja terbaik dalam setiap perkerjaan yang dibebankan kepadanya.

Jadi apakah kita sudah pantas disebut sebagai seorang “Leader”? Ataukah hanya sebatas sebagai seorang “Boss”? Manakah yang harus kita pilih? Semua kembali kepada diri kita masing-masing. Kitalah yang dapat menilai diri kita secara menyeluruh. Karena setiap manusia bersama dengan keunikannya masing-masing. Ada yang dapat mencapai kinerja terbaiknya ketika hanya seorang diri, ada pula yang dapat mencapai kinerja terbaiknya hanya ketika dia bekerjasama dengan orang lain. Dan bagi organisasi, semua pihak terkait harus menentukan mana yang menjadi prioritas. Kepentingan pemimpin kah? Kepentingan pegawai (bawahan) kah? Atau kepentingan organisasi? Apapun itu, organisasi tidak akan menjadi baik jika pemimpin dan bawahannya tidak menjadi baik pula. (Yusef Hasannudin/Kanwil DJKN Kalimantan Barat)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini