Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Kesalehan dan Integritas
N/a
Selasa, 28 April 2015 pukul 13:21:17   |   4904 kali

“SDM berintegritas harus dimulai dari keluarga!”: tegas Busro Muqoddas, mantan komisioner KPK ketika memberika “gizi” terkait materi integritas bagi peserta Diklat Kepemimpinan IV angkatan 187 Balai Diklat Kepimimpinan (BDK) Magelang. Pria sederhana berkacamata ini tampil sebagai tamu yang menularkan pengalamannya sebagai mantan komisioner lembaga anti rasuah di negeri ini.

Integritas, sebuah kata singkat yang mudah diucapkan namun susah diimplementasikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integritas diartikan : mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yg memancarkan kewibawaan; kejujuran. Sedangkan dalam nilai-nilai kementerian keuangan, integritas diartikan berpikir, berkata, berperilaku dan bertindak dengan baik dan benar serta memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral. Intigritas mempunyai kedudukan yang begitu penting, tidak terkecuali di kementerian keuangan sehingga dimasukaan di nomor wahid nilai-nilai kementerian keuangan.

Integritas adalah hal yang sangat penting dalam perilaku berorganisasi. Integritas yang tinggi akan membawa pada kesalehan pegawai, apapun agama yang dianutnya. Ataupun sebaliknya. Kesalehan seorang akan membentuk pribadi yang berintegritas. Walaupun dalam kondisi terkini adanya fakta yang cukup menohok publik, ketika ada insiden adanya orang-orang yang pada tataran dan pandangan umum terlihat saleh, namun justru terlibat dalam masalah hukum, korupsi misalnya. Tentunya insiden tersebut tidak bisa digenarisasikan, karena masih banyak figur-figur yang saleh berbanding lurus dengan integritasnya.

Saleh menurut KBBI adalah : (1) taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah; (2) suci dan beriman; sedangkan kesalehan adalah ketaatan (kepatuhan) dalam menjalankan ibadah; kesungguhan menunaikan ajaran agama. Lebih lanjut, kesalehan dibagi menjadi dua yaitu kesalihan pribadi dan kesalihan sosial.  Pembagian ini didasarkan pada efek yang ditimbulkan dari kesalehan tersebut.

Dalam teologi Islam, kesalehan mencakup hubungan baik dengan Allah (hablumminallah), hubungan baik dengan sesama manusia (hablum minan nas), dan hubungan baik dengan alam (hablum minal alam). Kesalehan tidak hanya dilihat dari ketaatan dan kesungguhan seseorang dalam menjalankan ibadah ritual, karena ini sifatnya hanya individual dan sebatas hubungan dengan Allah (Hablum minallah) tetapi kesalehan juga dilihat dari dampak kongkretnya dalam kehidupan bermasyarakat. Kesalehan sangat tergantung pada  tindakan nyata seseorang, dalam hubungannya dengan sesama manusia (Hablum minan nas) dan juga sangat tergantung pada sikap serta prilakunya terhadap alam, baik hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sebagainya (hablum minal alam) (sumber : https://www.blogger.com/profile/04613159150146321466 dikutip pada tanggal 28 April 2015).

Antara kesalehan dan integritas ada suatu pendekatan yang sama yaitu adanya keharusan dicontohkan sedari dini dan dari lingkungan yang terkecil dalam Negara yaitu keluarga. Sebagai Negara yang berdasar atas Pancasila dengan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila pertama dan menjadi ruh dari sila-sila yang lainnya, kedudukan keluarga sebagai tempat pendidikan (tarbiyah) menjadi sangat vital dalam menentukan wajah Negara di kemudian hari. Penanaman kesalehan dan integritas adalah keharusan untuk harapan negera yang beradab di kemudian hari. Seorang filsuf besar Islam, Imam Ghozali dalam karya monumentalnya menarasikan dengan apa yang sekarang dikenal dengan nama pendidikan dengan ketauladanan (learning by doing) untuk membentuk kesalehan dan integritas manusia (muslim).

Kesalehan dan integritas tinggi tidak jatuh dari langit tapi perlu pembiasaan dan contoh dari orang-orang terdekat kita. Ketika, seorang ayah menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik kesalehannya tidak cukup dengan perintah saja, tapi harus dituntun ke tempat ibadah untuk bersama-sama untuk menuaikan kewajiban kepada Tuhan Yang Maha Esa, misalnya. Keteladanan dan pembiasaan sedari dini dan dari hal-hal yang kecil adalah keniscayaan untuk mencapai kesalehan dan integritas dalam kehidupan sehari-hari, tidak terkecuali di instansi kemenkeu yang kita cintai.

Magelang, 13 April 2015
Abdul Khalim, Kepala Seksi Informasi Kanwil DJKN Papua dan Maluku

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini