Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Hari Kelahiran dan Hari Ibu
N/a
Senin, 22 Desember 2014 pukul 15:48:56   |   7672 kali

Menyambut datangnya hari kelahiran disikapi secara berbeda oleh masing-masing orang. Ada yang merayakannya dengan membuat acara pesta, baik yang meriah maupun sederhana, ada yang menjadikannya sebagai hari berbagi rezeki kepada orang-orang yang tidak mampu, dan ada yang menjadikannya sebagai penutup lembaran lama dan titik awal dalam memulai sesuatu yang baru. Namun, ada juga yang menganggapnya sama saja dengan hari lain, mungkin dikarenakan getirnya kehidupan sehingga tidak pernah lagi merasakan kegembiraan dalam menjalani hari-harinya. Bahkan lebih aneh lagi, ada juga yang melupakannya dengan berbagai alasan, karena sibuk atau kurang bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya. Dengan kata lain, ada yang menyikapinya dengan perasaan gembira, namun ada juga yang sedih bahkan tidak peduli.

Terlepas dari berbagai sikap kita dalam menyambut datangnya hari kelahiran tersebut, sadarkah kita ada suatu kejadian penting dan genting yang tanpa kita sadari telah kita lupakan? Kejadian itu adalah momen dimana ibu kita sedang meregang nyawa, berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan kita. Maka, jika memang ada yang harus dirayakan di hari kelahiran, maka itu adalah perayaan penghormatan dan terima kasih kepada ibu tercinta, dan walaupun kita sedih dan tak peduli akan hari kelahiran, kita harus menyadari bahwa hari kelahiran ternyata bukan semata-mata tentang kita.

Bagi kita yang berulang tahun hari ini, namun ibunda telah tiada, mari luangkan waktu sejenak, melihat fotonya yang bahagia di samping ayahanda, membayangkan senyumnya, mengingat kembali sentuhan lembut dan kesabarannya, setelah itu barulah kemudian mendoakannya dengan segenap hati, ”Semoga Ibunda diterima di sisi-Nya.”

Bagi yang ibundanya masih ada, namun terpisah jarak yang jauh, tidak usah berpikir lagi, secepatnya ambil telepon dan hubungi ibundamu. Katakanlah, “Mother, how are you today? Ini hari ulang tahunku, karena itu ku ucapkan, ‘Terima kasih, Mama’”.

Bagi yang tinggal satu kota, segera raih kunci kendaraanmu, janganlah lupa singgah membeli sesuatu yang menjadi kesukaan ibunda, kemudian pacu lagi kendaraanmu menuju rumah ibunda. Sesampainya di sana, sambil tersenyum katakanlah, “Surprise untuk Emak.”

Bagi yang masih sekolah, salam dan peluklah ibundamu seraya ucapkan, “Terima kasih, Bunda. Aku janji patuh kepada Bunda dan tidak nakal lagi.”

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai Sang Surya menyinari dunia

Syair lagu itu secara sederhana namun lugas menegaskan kepada kita bahwa cinta dan kasih ibu kepada anak-anaknya suci dan murni, serta tak akan pernah lekang oleh waktu. Namun, cinta dan kasih kita kepada ibunda tidaklah demikian. Seiring berjalannya waktu, dengan segala suka dan duka dalam mengarungi hidup, dapat saja rasa kasih dan sayang terhadap ibunda menurun kualitasnya. Oleh sebab itu, mari jadikan hari kelahiran kita sebagai momentum untuk me-refresh, menge-charge, dan menguatkan kembali rasa sayang kita kepada ibunda.

Memang benar setiap tanggal 22 Desember kita peringati sebagai Hari Ibu, namun tentunya tidak salah bila kita berimprovisasi dengan menjadikan hari ulang tahun kita menjadi hari istimewa bagi ibunda, ibu, bunda, inang, mama, mamak, omak, emak, mami, ina, atau apa saja cara kita memanggilnya, sebagai ekspresi terima kasih kita kepada ibunda dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kita ibu sebagai karunia yang sangat luar biasa. And I think thats a very good thing, but if you want a greater thing, from now on, lets make everyday is mothers day. Terima kasih, Mak! I love u, Mak!

Mbojo, 19 Desember 2014

Amiruddin Daulay
KPKNL Bima

 

Edited: Achie - Humas DJKN

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini