Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Energi Pembaharuan
N/a
Rabu, 26 November 2014 pukul 17:59:05   |   1303 kali

Energi Pembaharuan
Oleh : Tri Wibowo
Pelaksana KPKNL Jambi

Lebih dari lima tahun penulis bekerja di perusahaan Jepang (jaringan Toyota) sebelum akhirnya bergabung dengan Kementerian Keuangan khususnya di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara pada tahun 2014. Merupakan waktu yang cukup untuk mengenal dan menjiwai budaya kerja perusahaan Jepang yang sangat menjunjung tinggi kedisiplinan dan inovasi. Sistem yang diterapkan profesional dan partisipasi karyawan sangat dihargai. Sebagai jaringan perusahaan Toyota, tentunya juga menerapkan “The Toyota Way” yang merupakan filosofi manajemen Toyota dan banyak dijadikan referensi oleh perusahaan lain.

Menjadi bagian dari Kementerian Keuangan merupakan kebanggaan dan berkat tersendiri. Sebuah kementerian yang menekankan pada filosofi manajemen yang hampir sama dengan perusahaan swasta. Nilai-nilai Kementerian Keuangan dan Budaya Kementerian Keuangan yang selalu ditekankan kepada seluruh jajaran pegawai merupakan salah satu upaya membangun budaya kerja positif di tengah opini miring masyarakat tentang kinerja instansi pemerintah.

Hari pertama masuk ke kantor baru merupakan hari penuh semangat dengan harapan dapat mengimplementasikan budaya kerja Toyota di lingkungan Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Keselarasan antara filosofi Toyota Way dengan nilai-nilai dan budaya Kementerian Keuangan itulah yang membuat saya semakin optimis untuk menjadi energi perubahan di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Namun kenyataan di lapangan cukup berbeda dengan apa yang penulis bayangkan. Nilai dan budaya Kementerian Keuangan belum begitu melekat pada sebagaian pegawai Kementerian Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Opini negatif masyarakat mengenai kinerja instansi pemerintah memang masih penulis lihat pada sebagian unit kerja DJKN saat ini. Budaya kerja positif di perusahaan swasta masih dapat menjadi contoh perbaikan di DJKN. Memang terkesan terlalu idealis, tetapi pada dasarnya kondisi ideal harus diupayakan. Inilah situasi sebenarnya yang harus dihadapi. Dihadapkan pada pillihan, untuk terbawa arus atau membawa arus.

Tiga bulan sudah berada disini, penulis memutuskan untuk membawa arus baru. Sejenak mengikuti arus yang ada agar semakin cepat memahami situasi, namun tetap berpegang pada prinsip untuk membawa perubahan positif. Prinsip yang harus selalu dipegang bahwa kita berada di suatu tempat dan dalam sebuah situasi bukanlah suatu kebetulan, tetapi selalu ada misi yang harus diemban dan dipertanggungjawabkan. Butuh kecerdikan untuk dapat menyiasati situasi agar misi dan apa yang kita harapkan dapat terwujud.

Sebuah keyakinan bahwa sejatinya pada setiap pribadi terdapat motivasi dan potensi yang dapat dikembangkan, tak terkecuali pada pegawai yang terkesan kurang produktif. Saat ini sudah tidak jaman lagi untuk melontarkan kritik terhadap situasi tanpa diikuti aksi perbaikan. Kita harus mau untuk terlibat dalam pemberdayaan seluruh pegawai di jajaran Direktorat Jenderal Kekayaan Negara.

Mengoptimalkan potensi dan kinerja setiap pegawai bukan hanya menjadi tanggung jawab pimpinan kantor atau kepala bagian/seksi tertentu, namun ini menjadi tanggung jawab kita semua yang telah memutuskan untuk berkarya di tempat ini. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara mempunyai tanggung jawab yang besar dalam penyelenggaraan negara khususnya melalui pengelolaan kekayaan negara. Masih banyak potensi kekayaan negara yang belum dikelola optimal. Dengan wilayah kerja yang sangat luas, seharusnya setiap kantor vertikal mampu optimal dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi. Saatnya kita turun tangan menjadi energi pembaharuan yang nyata. Berfikir positif, berjiwa optimis, bertindak kreatif !! bow_fx

 

Sekedar Catatan (di luar isi artikel) :

Tujuan saya menulis artikel ini adalah :
1. Menunjukkan kepada pembaca, pegawai Kemenkeu khususnya DJKN bahwa Kemenkeu mempunyai filosofi yang luhur dan sangat wajib untuk dijiwai oleh setiap pegawai.
2. Mengajak seluruh pegawai DJKN untuk terlibat dalam upaya memberdayakan pegawai lainnya. Karena menurut penilaian penulis, pegawai-pegawai yang kurang produktif (kurang mahir bekerja ) cenderung diabaikan dan pegawai yang malas-malasan terkesan dibiarkan. Disayangkan karena potensi mereka tidak berdayaguna. Kondisi ini sudah disadari oleh hampir seluruh pegawai, namun masih diperlukan aksi nyata untuk perbaikan. Berfikir positif dan tetap respect.
3. Tersirat, penulis ini menyampaikan kepada pegawai baru, khususnya yang memiliki pengalaman kerja di luar instansi pemerintahan. Terdapat banyak budaya positif  yang dapat diadopsi dan diterapkan di instansi pemerintahan demi terwujudnya kinerja DJKN yang lebih baik.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini