Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Membangun Model Bisnis pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
N/a
Rabu, 18 Desember 2013 pukul 14:26:33   |   3919 kali

Dalam era globalisasi saat ini, sebuah organisasi mau tidak mau harus bergerak cepat untuk merespon segala kejadian yang berhubungan langsung atau tidak langsung deng kepentingan organisasi. Baik organisasi publik atau pemerintah maupun organisasi bisnis atau swasta benar-benar memperhatikan hal-hal yang itu agar tidak mengalami kegagalan dalam merepospon setiap kejadian yang ada. Terlebih dalam hal ini organisasi publik atau pemerintah harus mulai merubah paradigma dalam mensukseskan program-program yang dia lakukan semisal pelayanan kepada masyarakat. Untuk itu perlu adanya permodelan bisnis yang benar untuk menghadapi segala kejadian yang ada di organisasi publik atau pemerintahan.Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan memberikan dan menangkap nilai (Osterwalder dan Pigneur, 2010:14).

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) merupakan salah satu organisasi pemerintah di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia yang memiliki visi menjadi pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Dalam menjalankan strategi visinya DJKN didukung berbagai komponen seperti sumber daya manusia yang profesional dan kompeten, standar kerja yang teratur, sarana dan prasaran yang berada di seluruh wilayah Republik Indonesia dan juga dukungan anggaran yang memadahi. Untuk mensinergikan semua aspek komponen tersebut guna mencapai visi DJKN maka perlu adanya model bisnis yang tepat.

Untuk mendapatkan model bisnis yang tepat dapat dilakukan mulai dari awal yang sama dan pembicaraan tantang sesuatu yang sama yaitu pencapaian visi DJKN. Hal ini bisa dikembangkan pada saat diskusi, rapat atau workshop yang dilandasi pemahaman yang sama tentang bagaimana model bisnis bisa dikembangkan dalam sebuah organisasi.  Tantangan pembentukan model bisnis adalah konsep ini harus sederhana, relevan dan mudah dipahami oleh semua pegawai.

Salah satu konsep model bisnis yang dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mendeskripsikan dan memaparkan visi DJKN adalah model bisnis kanvas. Konsep model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur ini, berhasil mengubah dari sebuah model bisnis yang rumit menjadi sebuah model bisnis yang sederhana. Karena kesederhanaannya, model bisnis kanvas dapat menjadi motivasi semaksimal mungkin kepaga pegawai untuk terlibat dalam pengembangan model bisnis DJKN. Model bisnis ini bagaikan sebuah cetak biru sebuah strategi yang diterapkan melalui organisasi, proses dan sistem.

Model bisnis kanvas dapat dijelaskan dengan sangat baik melalui sembilan blok bangunan dasar yang memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah organisasi bekerja untuk mencapai visinya. Adapaun sembilan blok model bisnis canvas tersebut terdiri dari Customer Segment, Value Proposition, Channel, Customer Relationship, Revenue Stream, Key Resourcess, Key Activities, Key Partnership dan Cost Structure. Pada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sembilan blok model bisnis kanvas dapat dijelaskan sebagai berikut :

Customer Segment

Elemen pertama dari model bisnis kanvas, yaitu Customer Segment. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, pertama-tama organisasi harus menetapkan siapa yang harus dilayani. Organisasi dapat menetapkan untuk melakukan pelayanan kepada satu atau lebih segmen. Penetapan segmen ini akan menentukan komponen-komponen lain karena ini merupakan inti dari semua model bisnis. Untuk memuaskan segmen-segmen yang dilayani organisasi harus mengelompokkan mereka berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku dan atribut lain.

Dalam menjalankan kegiatannya DJKN juga menetapkan segmen yang dilayani. Terdapat dua segmen kelompok yang dilayani DJKN yaitu institusi atau lembaga baik lembaga publik maupun swasta dan individu. Semua lembaga pemerintah pusat dilayani oleh DJKN terutama dalam penatausahaan Barang Milik Negara (BMN), DJKN juga melayani institusi swasta seperti bank terutama dalam pengurusan piutang dan lelang. Sedang  segmen individu dilayani oleh DJKN dalam pengurusan lelang.

Value Proposition,

Elemen yang kedua dari bisnis model kanvas adalah Value Proposition. Value Proposition adalah manfaat yang ditawarkan organisasi kepada segmen yang dilayani. Proposisi nilai dapat memecahkan masalah segemen yang dilayani atau memuaskan kebutuhan segemn tersebut. Setiap proposisi nilai berisi gabungan produk dan atau jasa yang melayani kebutuhan segmen yang spesifik. Dalam hal ini, proposisi nilai berisi kesatuan manfaat yang diberikan organisasi kepada segmen yang dilayani.

Sebagai salah satu unit kerja dari Kementerian Keuangan, DJKN memiliki salah satu fungsi yaitu pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Dari fungsi tersebut jelas DJKN sangat memilki peran yang strategis dalam penatausahaan dan pengelolaan kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Adanya bimbingan teknis dan evaluasi akan memberi manfaat yang sangat besar kepada pemangku peran terkait kekayaan negara seperti satuan kerja (satker) yang tersebar di wilayah Indonesia, piutang negara seperti para penyerah piutang (seperti Kementerian/Lembaga) dan juga lelang seperti Kementerian/Lembaga dan pihak swasta.

Proposisi nilai dapat berupa kepuasan atas pelayanan yang diberikan. Proposisi nilai juga didapat berupa pemahaman terhadap suatu standar dan atau aturan pelaksanaan kegiatan yang terkait kekayaan negara, piutang negara dan lelang sehingga akan mempermudah menyelesaikan suatu pekerjaan. Tujuannya akan tertanam suatu proposisi nilai kepada pelanggan DJKN.

Channel

Elemen ketiga model bisnis kanvas, yaitu Channels. Channels  merupakan sarana bagi sebuah organisasi berkomunikasi dengan segmen yang dilayani dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai. Channel, berfungsi dalam beberapa tahapan mulai  dari memberikan pengertian dan pemahaman mengenai pentingnya suatu produk atau kegiatan sebuah organisasi hingga melakukan pelayanan pasca produk atau kegiatan setelah diberikan.

Dalam menyampaikan proposisi nilai, DJKN menggunakan media baik secara langsung maupun tidak langsung. Media langsung yang dipakai adalah adanya pelayanan secara langsung  dari pegawai DJKN kepada pemangku kepentingan baik dari Kementerian/Lembaga maupun instansi swasta. Untuk menunjang dalam penyampaian proposisi nilai ke seluruh Indonesia, DJKN didukung oleh kantor vertikal yang tersebar di wilayah Indonesia berupa unit kerja Kantor Pusat dan unit kerja kantor vertikal berupa 17 Kantor Wilayah dan 70 Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL).

Sedangkan media tidak langsung DJKN menyampaikan proposisi nilainya melalui media teknologi informasi seperti tersedianya website yang memuat segala informasi tentang DJKN. Selain itu DJKN membuat IDCC yaitu Informasi Desk and Call Center yang akan melayani segala keluhan tentang kekayaan negara, piutang negara dan lelang.

Customer Relationship

Elemen keempat dari model bisnis kanvas, yaitu Customer Relationship. Customer Relationship menggambarkan berbagai jenis  hubungan yang dibangun sebuah organisasi  dengan segmen yang dilayani. Sebuah organisasi harus mampu menjelaskan jenis hubungan antara organisasi dengan segmen yang dilayani. Hubungan dapat bervariasi mulai dengan hubungan yang bersifat pribadi hingga yang bersifat otomatis.

Semenjak dibentuknya DJKN, telah terjalin berbagai hubungan dengan pemangku kepentingan yang berhubungan dengan DJKN. Berbagai hubungan itu dapat berupa hubungan bantuan personal, seperti dimana banyak Satuan Kerja yang langsung mendapat kemudahan dalam penyelesaian masalah tentang Kekayaan Negara. Selain itu terbentuknya jaringan komunikasi seperti komunitas-komunitas yang berhubungan dengan kekayaan negara, piutang negara dan lelang akan membuat memudahkan dalam memecahkan masalah yang terjadi.

 Revenue Stream

Elemen kelima dari model bisnis kanvas yaitu Revenue Stream. Revenue Stream  menggambarkan pendapatan yang dihasilkan oleh sebuah organisasi dari masing-masing segmen. Pendapatan pada sebuah organisasi bukan hanya berupa uang tapi juga kepuasan pelayang pada segmen-segmen dapat ditunjukkan oleh sebuah indek atau angka. Hal ini terkait bagaimana revenue stream ini berlaku  bagi organisasi publik atau pemerintahan dimana bukan uang yang menjadi tujuan utama tapi bagaimana pelayana kepada masyarakat terpenuhi dengan baik.

Sebagai salah satu instansi pemerintah, DJKN memang lebih memfokuskan pada penatausahaan kekayaan negara, piutang negara dan lelang agar berjalan sesuai prosedur dan aturan yang ada. Namun didalam pelaksanaan penatausahaan tersebut terdapat kegiatan-kegiatan yang bisa mendapatkan tambahan pendapatan negara berupa Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP). Kegiatan tersebut diantaranya pemanfaatan Barang Milik Negara (sewa, kerjasama pemanfaatan dll), pengurusan piutang negara dan pengurusan lelang (adanya bea lelang).

Key Resourcess

Elemen ke enam dari model bisnis kanvas yaitu Key Resources. Key Resources menggambarkan aset-aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi. Setiap model bisnis memerlukan sumber daya utama. Sumber daya memungkinkan sebuah organisasi menyampaikan tujuannya agar terjangkau di semua lapisan masyarakat dan ke wilayah yang ingin dijangkau. Biasanya sumber daya utama dapat berujud fisik, manusia, intelektual.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, DJKN didukung oleh berbagai sumber daya. Sumber daya yang ada diantaranya berupa sarana fisik, manusia dan dukungan finansial. Seperti yang telah diketahui pada elemen chanel, DJKN didukung dengan sarana fisik yang cukup memadahi dengan adanya kantor vertikal baik kantor wilayah yang berjumlah 17 kantor wilayah dan kantor operasional yang berjumlah 70 kantor. Walaupun masih banyak kantor operasinal yang belum memiliki gedung sendiri dan masih belum terjangkaunya semua kabupaten/kota dengan kantor operasional, namun dengan adanya bangunan fisik yang tersebar tersebut dapat membantu pemangku kepentingan menyelesaikan masalah terkait kekayaan negara, piutang negara dan lelang.

Sumber daya selanjutnya adalah sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. Sumber daya manusia tersebut terbentuk dari proses rekrutmen yang ketat, pelatihan yang teratur dan pengembangan karir yang berkesinambungan. Selain itu sumber daya manusia tersebut tersebar ke semua instansi vertikal dari DJKN. Hal itu menjadi keunggulan strategi untuk mensukseskan visi DJKN dalam bidang kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Sumber daya lainnya adalah dukungan finansial yang memadahi. Dukungan finansial bagi semua kementerian/lembaga telah diatur dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). DJKN telah mendapat alokasi anggaran untuk membantu pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya dukungan anggaran tersebut diharapkan akan tercapai target kerja sesuai kontrak kinerja yang telah ditandatangani setiap pegawai.

Key Activities

Elemen ke tujuh dari model bisnis kanvas yaitu Key Activities. Key Activities menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan oleh sebuah organisasi agar model bisnisnya dapat bekerja. Setiap model bisnis membutuhkan sejumlah aktivitas kunci yaitu tindakan-tindakan terpenting yang harus diambil sebuah organisasi agar dapat melaksanakan programnya dengan sukses

Dengan visinya sebagai pengelola kekayaan negara, piutang negara dan lelang, DJKN tentu akan menjadi pemegang kunci utama kesuksesan pengelolaan tersebut. Untuk itu DJKN harus menjadi problem solver bagi semua pemangku kepentingan terkait kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Setiap adanya masalah terkait kekayaan negara, piutang negara dan lelang, DJKN harus mampu memberikan solusi pemecahan yang terbaik agar pengelola kekayaan negara menjadi profesional dan akuntabel untuk digunakan bagi sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Beberapa kegiatan utama yang telah dilakukan oleh DJKN diantaranya adanya inventarisasi dan penilaian BMN yang diteruskan dengan kegiatan pengontrolan penatausahaan BMN seperti rekonsiliasi BMN dan asistensi ke satuan kerja kementerian/lembaga. Kemudian kegiatan pengurusan piutang dan lelang, sebagai salah satu solusi yang ditawarkan DJKN.

Key Partnership

Elemen ke delapan dari model bisnis kanvas yaitu Key Pertnership. Key Pertnership merupakan sumber daya yang diperlukan oleh sebuah organisasi untuk mewujudkan proposisi nilai, tetapi tidak dimiliki oleh organisasi tersebut. Kemitraan utama menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Sebuah organisasi membentuk kemitraan dengan berbagai alasan dan kemitraan menjadi landasan dari berbagai model bisnis. Sebuah organisasi juga menciptakan aliansi untuk mengoptimalkan nodel bisnis, mengurangi risiko atau memperoleh sumber daya.

Terdapat beberapa motivasi pada DJKN saat membangun kemitraan. Di antara motivasi itu adalah pengurangan risiko dan ketidakpastian, di mana DJKN bersama kementerian/lembaga dan juga pihak swasta melakukan sinergi untuk membuat keputusan-keputusan terbaik atas berbagai masalah dalam penanganan pada kekayaan negara, piutang negara dan lelang. Tentunya sinergi yang dilakukan memerlukan kerja sama sumber daya antara DJKN dengan kementerian/lembaga dan pihak swasta tersebut. Selain itu juga adanya optimisasi dan skala ekonomi dengan adanya sinergi antara DJKN dengan kementerian/lembaga dan pihak swasta. Hasil sinergi tersebut dapat berujud kontribusi kepada negara berupa tambahan pendapatan negara.

 Cost Structure

Elemen terakhir dari model bisnis kanvas yaitu Cost Structure. Cost  Structure adalah  komposisi biaya yang digunakan untuk menjalankan sebuah organisasi mewujudkan propisisi nilai yang diberikan kepada segmen yang dilayani. Elemen ini menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Menciptakan dan memberikan nilai, mempertahankan hubungan dengan pelanggan dan menghasilkan tingkat kepuasan tertentu menyebabkan timbulnya biaya. Struktur biaya harus efisien untuk mewujudkan organisasi yang baik.

Dalam menjalankan operaional kegiatan tahunan DJKN telah diberi anggaran untuk mencapai target pekerjaan. Dalam anggaran tersebut telah jelas terbagi dalam struktur biaya masing-masing sesuai dengan kebutuhan. Struktur biaya tersebut terdiri dari belanja pegawai, belanja modal dan belanja barang. Struktur biaya tersebut telah disesuaikan dan terstandar sesuai dengan kebutuhan sumber daya yang ada di DJKN baik kantor pusat, kantor wilayah maupun kantor operasional.

 
     
                 
         
     
             
                 
           
             
           
                 
                 
               
     
                 
             
             
                 
                 
               
             
             
             

 
 

 

 

Dari sembilan elemen tersebut nantinya akan dirangkai menjadi satu sebagai dasar bagi alat bantu yang ringkas yang kita sebut sebagai Kanvas Model Bisnis. Kanvas bisnis model ini juga bisa menjadi panduan dalam aktivitas pegawai sehari-hari. Salah satu aplikasi dalam kesehariannya bisa dilakukan dengan membuat sembilan elemen tersebut ke dalam satu lembar kertas catatan. Selanjutanya catatan ini dapat dipergunakan untuk menumbuhkan kreativitas, diskusi, pemahaman dan analisis dalam pekerjaan sehari-hari.

Selanjutnya adalah bagaimana proses model bisnis kanvas pada DJKN terjadi mulai dari planing, organizing, actuating dan controlling (POAC). Memang pastinya dalam praktek akan mengalami hambatan, apalagi dengan beragamnya sumber daya. Proses ini harus dimulai dari titik awal dengan konsep pemahaman akan pentingnya DJKN. Selanjutnya dalam perjalanan perlu adanya diskusi-diskusi untuk memberikan pemahaman akan model bisnis kanvas ini kepada setiap pegawai. Harapannya kanvas model bisnis DJKN ini menjadi catatan pengingat untuk setiap pegawai menjalankan kegiatan sehari-hari sebagai ujung tombak pengelola kekayaan negara yang profesional dan akuntabel bagi kemakmuran rakyat.

Setiap proses desain model bisnis adalah unik dan memiliki tantangan, hambatan dan faktor kesuksesannya sendiri.. Setiap organisasi berswal dari titik yang berbeda dan memiliki konteks serta tujuan sendiri ketika mulai menghadapi isu sepenting model bisnisnya. Proses ini memiliki lima fase untuk membentuk sebuah model bisnis yang terbaik. Lima fase itu terdiri dari :

Menggerakkan

Fase ini bertujuan untuk mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses dengan fokus pada penataan konsesp model desain. Adapun proses pada fase ini yaitu mempersiapkan semua elemen untuk desain model bisnis yang sukses kemudian menciptakan kesadaran pentingnya model bisnis yang baru, menjelaskan motivasi yang mendukung proyek, dan menetapkan bahasa umum untuk menjelaskan, mendesain dan menganalisa serta mendikusikan model bisnis.

Memahami

Fase ini bertujuan untuk meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk mendesain model bisnis. Proses pada fase ini berupa pembentukan tim desain model yang kemudian menyelami semua pengetahuan yang relevan terkait pelanggan, teknologi dan lingkungan. Kemudian tim tersebut melakukan pengumpulan informasi, mewancarai para pakar, mempelajari pelanggan potensial dan mengidentifikasi kebutuhan dan masalah.

Mendesain

Fase ini bertujuan untuk membangkitkan dan menguji opsi-opsi model bisnis yang ada lalu memilih yang terbaik. Proses ini mengubah informasi dan gagasan dari fase sebelumnya ke prototipe model bisnis yang dapat dieksplorasi dan diuji. Setelah mengamati model bisnis dengan insentif, pilih desain model bisnis yang paling memuaskan.

Menerapkan

Fase ini bertujuan untuk menerapkan prototipa model bisnis di lapangan. Proses dilakukkan dengan menerapkan desain model bisnis yang dipilih.

Mengelola

Proses ini bertujuan untuk mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon terhadap reaksi pasar. Proses ini dilakukan dengan menyususn struktur manajemen untuk terus-menerus, memonotor, mengevaluasi dan mengadaptasi atau mengubah model bisnis kita. (Oleh: Ibung Prasetiya Utama-Kanwil DJKN Kalimantan Timur/edited/bas)

 

Daftar Pustaka

Osterwalder, Alexander dan Yves Pigneur, 2012, Business Model Generation (terjemahan), PT. Elex Media Komputindo, Jakarta.

www.depkeu.djkn.go.id

http://ppm-manajemen.ac.id/wp-content/uploads/Penjelasan-singkat-BMC.pdf diunduh tanggal 27 Sepetember 2012 pukul 16.00

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini