Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
WELL-BEING DAN PRODUKTIFITAS SERTA CARA SEDERHANA MENINGKATKANNYA
Fatimah
Jum'at, 28 April 2023 pukul 08:46:15   |   18055 kali

Seringkali kita mendengar kata well-being di kehidupan sehari-hari. Bahkan, orang-orang mendambakan well-being dalam hidupnya. Namun, apakah kita sungguh memahami apa itu well-being dan bagaimana cara kita mencapainya?

Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being adalah keadaan pada seorang individu yang digambarkan dengan adanya rasa bahagia, kepuasan, tingkat stres yang rendah, sehat secara fisik dan mental, serta kualitas hidup yang baik. Dengan kata lain, individu dengan well-being yang tinggi menjaga kesehatan secara fisik dan mental agar mampu menyelesaikan tantangan, mencapai kebahagiaan, dan kepuasan dalam kehidupan.

Ketika bekerja, terkadang performa dan produktifitas pegawai dapat dipengaruhi oleh kebahagiaan/kesejahteraan yang dirasakan atau dialami oleh seorang pegawai. Ketika pegawai merasa kurang puas, atau tidak merasa Bahagia memungkinkan untuk terjadinya penurunan produktifitas yang berpengaruh pada performa kerja.

Salah satu alasan mengapa begitu banyak orang dengan kinerja tinggi mengalami kelelahan atau burn out adalah karena mereka terlalu sering menggunakan kekuatan mereka-seperti ketahanan atau kemampuan untuk fokus-dalam menyelesaikan pekerjaan, mereka melewatkan sinyal peringatan yang dikirimkan tubuh mereka, yang memberi tahu bahwa mereka perlu rehat sejenak.

Kesejejahteraan sulit diukur, apalagi setiap orang memiliki standar kebahagiaan yang berbeda. Bagaimana jika alih-alih menganggap kelelahan sebagai kelemahan, kita menganggapnya sebagai penggunaan kekuatan kita secara berlebihan? Seiring berjalannya waktu, hal tersebut dapat membuat perbedaan besar. Krekel, Christian dalam penelitiannya memperkirakan adanya korelasi positif antara kesejahteraan dan produktivitas pegawai, dan ada basis bukti yang terus berkembang yang mendokumentasikan hal ini sebagai efek sebab-akibat. Eksperimental terbaru menunjukkan bahwa peningkatan kesejahteraan menghasilkan, rata-rata, peningkatan produktivitas pegawai sekitar 10 persen.

Beredar anggapan bahwa sehat itu mahal dan bahagia itu murah. Namun, terbukti bahwa terdapat beberapa cara sederhana yang mampu meningkatkan well-being. Cara yang dimaksud adalah dengan mengekspresikan rasa syukur dalam bentuk tulisan, selalu bersyukur dengan apa yang telah terjadi pada hari ini, melakukan kebaikan, mengasah kualitas diri, menggambarkan diri ideal di masa depan, dan bermeditasi. Alih-alih membuat diri kita tegang dan tertekan, tindakan-tindakan tersebut justru berdampak secara positif bagi well-being. Kita dapat menyadari serta menerima hal-hal yang kita miliki, fokus pada saat ini (here and now), dan mengembangkan kualitas diri kita. Namun, kita juga perlu menaruh perhatian pada beberapa faktor yang mempengaruhi kesuksesan aktivitas positif yang akan kita lakukan, seperti jumlah, jenis, dan variasi aktivitas. Lalu bagaimana cara untuk meningkatkan kebahagiaan agar produktifitas bekerja pegawai juga meningkat menurut penelitian yang telah dilakukan?

Studi yang dilakukan Lyubomirsky (2005) menunjukkan bahwa individu yang melakukan lima kebaikan dalam satu hari pada setiap minggu memiliki peningkatan well-being yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang hanya melakukan lima kebaikan dalam satu minggu. Kita dapat menyimpulkan bahwa semakin banyak aktivitas positif yang kita lakukan terlebih di lingkungan kantor, maka well-being akan meningkat secara signifikan.

Di lain sisi, penelitian yang lain menemukan bahwa individu yang menghitung berkat atau rasa syukur sebanyak tiga kali dalam seminggu kurang efektif dalam meningkatkan well-being dibandingkan dengan mereka yang hanya menghitung berkat sebanyak satu kali dalam seminggu. Dengan begitu jika individu senantiasa bersyukur maka tentu kebahagiaan akan mengikuti.

Jadi, manakah yang lebih dianjurkan? Jawabannya adalah relatif dan kembali pada keputusan masing-masing individu pegawai. Parks et al. (2012) menambahkan bahwa ketika individu memilih sendiri aktivitas positif yang ingin dilakukannya, seseorang tersebut tidak akan memandang aktivitas tersebut sebagai suatu hal yang merepotkan dan tidak akan merasa aktifitas tersebut adalah suatu yang membebaninya. Aktivitas pun akan dilakukan dengan senang hati dan dalam jangka waktu yang panjang.

Maka, kita perlu terus melakukan eksplorasi dalam menentukan aktivitas positif yang cocok dengan diri kita agar menambah produktifitas kita sebagai seorang pegawai. Dengan begitu, kita akan melakukannya dalam jangka waktu yang panjang dan disertai dengan perasaan bahagia. Apakah anda sudah siap melakukan aktivitas positif hari ini?

Source:

Lyubomirsky, S., & Layous, K. (2013). How do simple positive activities increase well-being?. Current directions in psychological science, 22(1), 57-62. DOI: https://doi.org/10.1177/0963721412469809


Krekel, Christian, George Ward, Jan-Emmanuel De Neve, and Council Members: J. Harter, A. Blankson, A. Clark, C. Cooper, J. Lim, P. Litchfield, J. Moss, M. I. Norton, A.V. Whillans, and D. Cooperrider, and D. Mendelwicz. "Employee Well-being, Productivity, and Firm Performance: Evidence and Case Studies." Chap. 5 in Global Happiness and Wellbeing Policy Report, by Global Council for Happiness and Wellbeing, 72–94. New York: Sustainable Development Solutions Network, 2019.

(Ditulis oleh: Fina Ghodah Almas)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini