Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Hidup Sederhana Menurut Perpektif Buya Hamka
Agus Rodani
Senin, 27 Februari 2023 pukul 11:17:58   |   17269 kali

Baru-baru ini masyarakat Indonesia digegerkan pemberitaan seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) memiliki harta yang berlimpah. Tindakan yang memamerkan gaya hidup yang hedon dan mewah bertentangan dengan kode etik dan kode perilaku Kementerian. Hal ini sebenarnya tidak mewakili PNS lainnya yang benar-benar memegang teguh integritas, kejujuran dan amanat rakyat.

Dalam tulisan ini penulis tidak membahas mengenai ketidakwajaran harta kekayaan PNS dimaksud, tetapi bagaimana dapat mengambil hikmah dari peristiwa dimaksud secara bijak. Penulis mencoba menyajikan narasi-narasi yang dapat memberikan pemahaman terkait hidup sederhana guna menghindari tindakan-tindakan yang melanggar etika, norma hukum maupun norma sosial yang berlaku.

Dengan kejadian ini, tingkat kepercayaan masyarakat kepada direktorat jenderal/kementerian dimaksud menurun. Citra dan nama baik yang telah dibangun dengan susah payah akan tercoreng serta menciderai perasaan PNS yang berintegritas tinggi. Bagi PNS lainnya yang berintegritas, jujur dan amanah hal ini merupakan suatu pelajaran dan cambuk untuk tetap konsisten melaksanakan tugas dan fungsi sesuai kode etik dan kode perilaku Kementerian.

Menteri Keuangan RI mengecam gaya hidup mewah dan hedonik pada insan Kemenkeu. Sri Mulyani Indrawati meminta dengan tegas kepada jajaran Kementerian Keuangan agar tak pamer pola hidup mewah. Menkeu menegaskan bahwa "Kemenkeu mengecam gaya hidup mewah yang dilakukan oleh keluarga jajaran Kemenkeu yang menimbulkan erosi kepercayaan terhadap integritas Kementerian Keuangan dan menciptakan reputasi negatif kepada seluruh jajaran Kemenkeu yang telah dan terus bekerja secara jujur, bersih dan profesional," ujarnya melalui unggahan di Instagram resmi @smindrawati, Rabu (22/2/2023).[1]

Menelaah pernyataan tegas Ibu Menkeu di atas, penulis sangat setuju agar semua PNS mengimplementasikan gaya hidup sederhana. Penulis mencoba untuk memberikan pandangan cara hidup sederhana yang didapat dari beberapa sumber.

Bagi sebagian orang, hidup sederhana menjadi sumber kebahagiaan tersendiri. Hidup sederhana atau minimalis, mengajarkan kepada kita untuk selalu merasa cukup dengan hal apapun yang dimiliki. Konsep hidup sederhana adalah perilaku yang disesuaikan dengan kondisi sesungguhnya. Perilaku atau gaya hidup minimalis ini lebih mementingkan pemenuhan kebutuhan utama seperti makanan yang bergizi, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan. Sementara itu, menurut penjelasan di gramedia.com, konsep hidup secara sederhana ini membuat seseorang menjadi lebih baik dan efektif. Hal ini dikarenakan seseorang dengan hidup minimalis umumnya memiliki pola pikir sederhana dan tidak rumit dalam menentukan sebuah konsep.

Apabila kita menerapkan hidup minimalis sama saja kita memilih untuk mengenal diri dan menetukan hal yang membuat diri sendiri bahagia. Karena dengan hidup sederhana, kita bisa lebih mengenal diri sendiri, menekuni hobi, lebih mensyukuri hidup, dan dapat meningkatkan kualitas hubungan sosial.

Dengan menerapkan konsep hidup sederhana ternyata memberikan banyak manfaat. Apa saja manfaatnya? Berikut penjelasannya :[2]

1. Meningkatkan rasa syukur. Pola hidup minimalis ternyata bisa membuat seseorang lebih bersyukur atas segala hal yang dimilikinya. Kita akan selalu merasa cukup dan tidak lagi memikirkan pencapaian orang lain. Dengan demikian, kita bisa hidup lebih tenang dan damai.

2. Melatih mengatur keuangan dengan baik. Ketika seseorang hidup sederhana, sebenarnya ia sedang melatih dirinya untuk mengatur keuangan dengan baik. Hal ini terbukti dengan sikap selektif dalam membeli barang. Mereka yang menerapkan hidup minimalis, umumnya hanya akan membeli barang-barang yang penting saja. Dengan demikian, mereka akan lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang yang dimiliki.

3. Meningkatkan rasa tanggung jawab. Sebagaimana dijelaskan di poin sebelumnya, bahwa seseorang yang hidup dengan sederhana biasanya lebih selektif dalam membeli barang. Mereka hanya akan membeli barang yang penting saja. Hal tersebut ternyata secara tidak langsung bisa melatih seseorang menjadi lebih bertanggung jawab. Seseorang yang selektif dalam membeli barang, maka akan menghargai barang tersebut. Ia akan menjaga dengan penuh tanggung jawab barang yang dimilikinya.

4. Membuat seseorang lebih mengenal diri sendiri. Manfaat hidup sederhana selanjutnya yaitu dapat membuat seseorang lebih mengenal dirinya sendiri. Hal ini bisa terjadi karena seseorang dengan kehidupan sederhana memiliki distraksi lebih sedikit. Distraksi yang dimaksudnya misalnya aktivitas media sosial, nonton film, hingga melihat produk-produk di e-commerce. Saat seseorang tidak banyak terdistraksi, maka ia memiliki ruang lebih untuk mengenali dirinya sendiri. mereka juga menjadi lebih menghargai dirinya. Kondisi ini sangat baik untuk memelihara kesehatan mental.[3]

Mengenai kesedehanaan, kebanyakan orang keliru dalam menafsirkan kata sederhana dalam hidup. Lantaran di berbagai kasus ada sebagian orang yang menyangka bahwa orang yang berpakaian jelek dan murah atau rumahnya kurang elok, orang itu bisa disebut sebagai seorang yang sangat sederhana.

Kalau dari sana hendak diukur kesederhanaan, kita tidak akan bertemu hakikat yang sebenarnya. Kita tidaklah dapat berpedoman kepada lahiriyahnya saja. Oleh karenanya, yang sederhana itu bukan pada bentuk lahir, bukan pada kemestian orang kaya dan termasyhur saja, bukan pula diperuntukkan bagi kaum fakir miskin. Tetapi Prof. DR. H. Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal Buya Hamka mengatakan yang sederhana itu adalah niat, sederhana tujuan, yang merupakan tujuan segala manusia yang berakal. Berikut perfektif sederhana menurut Buya Hamka:[4]

Pertama, sederhana dalam niat, “Tidak usah berniat hendak jadi raja. Tidak perlu bercita-cita jadi orang berpangkat dengan gaji besar, akan mengharapkan bintang yang akan dihiaskan di dada. Yang perlu ialah meluruskan niat. Sebagai makhluk hidup, kita harus berjasa kepada kehidupan. Sebagai laki-laki kita harus tegak pada garis laki-laki. Sebagai manusia, kita harus mempunyai kemanusiaan. Jika telah cukup kemanusiaan, walaupun kaya atau papa, termasyhur atau tidak terkenal, semuanya hanya warna hidup belaka, bukan hakikat hidup. Hakikat hidup ialah, tujuan, niat suci dan sederhana itu.”

Kedua, sederhana dalam berpikir. Untuk tercapainya perlu niat hidup yang suci, teratur urusan hidup kita, tercapai keselamatan hidup di dunia yang fana, menjelang akhirat yang baka, hendaklah kita mementingkan pikiran kita sendiri. Pikiran yang matang dapat membedakan yang gelap dengan yang terang, yang hak dengan yang batil. Dapat membuang jauh-jauh pendapat yang salah dan pendirian yang curang. Kalau tidak dengan pikiran yang teratur beres, tidaklah lahir kemanusiaan yang sempurna dan tidak pula akan maju langkah menuju kemuliaan dan ketinggian.

Yang amat berbahaya bagi hidup ialah pikiran yang tidak tegak sendiri, yang hanya berlindung atau terpengaruh oleh pikiran orang lain. Kekuatan hanya apabila ditolong orang lain. Tidak dapat dibiarkan hidup sendiri. Tak ubahnya dengan rumput yang tumbuh di bawah naungan pohon beringin, hidup segan mati tak mau, sebab dia tidak mendapat cahaya yang langsung dari matahari.” Jadi, berpikirlah sederhana dan selalulah menjaga tiga hal, yakni tawakkal kepada Allah, menghidupkan cita-cita dalam hati, dan berbaik sangka kepada sesama manusia.

Ketiga, sederhana keperluan hidup, Buya Hamka menuliskan hal ini, “Dapat makan dua kali sehari, pakaian dua persalinan, rumah yang cukup udaranya untuk tempat diam, dapat menghisap udara dan bergerak, kita sudah dapat hidup. Cuma nafsu jugalah yang meminta lebih dari itu, sehingga di dalam memenuhi keperluan hidup, kerapkali manusia lupa akan kesederhanaan”.[5]

Selanjutnya dijelaskan, “Kalau kita perturutkan saja kehendak nafsu, tidak kita beri batas perjalanannya supaya sederhana, tidaklah nafsu itu akan berujung. Padahal jika kita terima apa yang ada, sabar dan tahan hati, dan berusaha menghindarkan pengangguran, maka nafsu itu akan menerima berapapun yang ada.”

Kemudian, Buya Hamka memberikan ilustrasi, “Binatang apabila telah kenyang perutnya, akan terus tidur, istirahat. Tetapi manusia, walaupun telah kaya, bertambah kaya, bertambah tidak senang hidupnya. Bahkan bertambah tamak dan lobanya, bertambahlah sayang akan bercerai dengan harta.”

Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua khususnya PNS. Untuk selalu menjadi teladan bagi masyarakat dengan menjadi pribadi yang sederhana untuk hidup bersyukur dan bermanfaat bagi sesama.

Penulis : Agus Rodani

Pegawai pada Kanwil DJKN Kalimantan Barat


[1] Tegas Minta Pegawai Kemenkeu Tak Pamer Hidup Mewah, Sri Mulyani: Harus Kerja Jujur dan Bersih : Okezone Economy

[2] https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/622892406ad22/menerapkan-konsep-hidup-sederhana-agar-lebih-tenang-dan-bahagia

[3] https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/622892406ad22/menerapkan-konsep-hidup-sederhana-agar-lebih-tenang-dan-bahagia

[4] https://hidayatullah.com/kajian/gaya-hidup-muslim/2017/07/22/120202/jadilah-pribadi-sederhana.html

[5] https://tanwir.id/sederhana-dalam-hidup-perspektif-buya-hamka/

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini