Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
The Power of Imagination
Taufik Iqbal Pratama
Selasa, 14 Februari 2023 pukul 17:02:40   |   5447 kali

Anda pasti sudah pernah dengar istilah “knowledge is power”, tapi apakah anda pernah dengar bahwa ada istilah “Imagination is power”? Pengetahuan memang menjadi salah satu perwujudan dari “kekuatan”. Dengan pengetahuan yang luas dan dalam seseorang bisa menjadi bermanfaat apabila dia berada di jalan kebenaran atau menjadi berbahaya apabila dia berada di jalan kejahatan. Istilah “knowledge is power” dicetuskan oleh Sir Francis Bacon dalam bukunya yang berjudul Meditationes Sacrae yang di dalamnya terdapat frasa “ipsa scientia potestas est” ('knowledge itself is power'). Semua penguasa yang pernah berkuasa dalam jangka waktu panjang maupun pendek, ataupun dalam wilayah kekuasaan yang luas atau sempit, hampir dapat dipastikan memiliki pengetahuan yang luas baik dibidang yang ditekuni maupun bidang lain.

Lalu bagaimana dengan Imajinasi? Apakah keduanya bisa disandingkan untuk dibandingkan sebagai suatu bentuk kekuatan? Mana yang lebih penting untuk diterapkan dalam kehidupan? Apakah keduanya saling terkait? Dalam artikel ini penulis akan berusaha menjawab semua pertanyaan tersebut dengan pendekatan yang mudah dipahami oleh pembaca dengan menggunakan berbagai analogi dalam kehidupan sehari-hari

Imajinasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah “khayalan” atau “daya pikir” untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Sedangkan menurut Steiner (dalam Peter Van Alpen, 2011:17) imajinasi dideskripsikan sebagai sesuatu yang muncul dari persepsi melalui indra, menyebabkan proses pemikiran yang aktif untuk menciptakan apa yang dia sebut 'gambar hidup' di benak pengamat. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa definisi imajinasi adalah salah satu kemampuan otak untuk menciptakan kreasi, baik dalam berbagai bentuk rasa yang dapat diterima oleh indra maupun suatu rasa yang belum pernah diterima oleh indra.

Sedangkan menurut penulis, definisi imajinasi adalah suatu usaha untuk menciptakan sensasi dari berbagai rasa yang pernah dialami oleh seseorang atau yang belum pernah dialami yang bisa maupun tidak bisa dirasakan oleh panca indra manusia dengan tujuan tertentu. Apakah keberadaan imajinasi penting dalam kehidupan manusia? Albert Einstein pernah berkata bahwa; “Imagination is more important than Knowledge”. Penulis mengartikan bahwa kedudukan imajinasi berada di atas ilmu pengetahuan dikarenakan induk ilmu pengetahuan adalah imajinasi dan rasa keiingintahuan. Sebagian besar disiplin ilmu pengetahuan yang ada di dunia berawal dari imajinasi dan rasa keingintahuan seseorang akan suatu hal yang saat itu sudah terjadi (misal pengamatan terhadap fenomena alam) atau yang belum terjadi (dalam hal ini adalah berbagai temuan dan inovasi teknologi yang berawal dari angan-angan manusia untuk mempermudah pekerjaannya).

Apakah imajinasi dan pengetahuan bisa disandingkan untuk dibandingkan? Menurut penulis bisa saja hal tersebut dilakukan. Pengetahuan sendiri sebagian besar ada dikarenakan imajinasi dari seseorang seperti yang penulis jelaskan di paragraf sebelumnya. Jadi, apabila dibandingkan imajinasi lebih penting untuk dimiliki, tetapi tidak menafikan bahwasanya pengetahuan juga penting. Penulis berpendapat ilmu tanpa imajinasi tidak akan berkembang dan akan tetap statis. Sedangkan imajinasi tanpa ilmu hanya akan sia-sia, dalam artian hanya dalam lingkup berangan-angan dan tidak direalisasikan.

Hal ini bisa dianalogikan secara sederhana di kehidupan dalam skenario sebagai berikut: apabila anda berimajinasi ingin menikmati sebuah pizza hangat yang baru matang, lengkap dengan berbagai topping kesukaan anda dibalur dengan parutan keju dan saus yang menggoda. Pertama, anda akan otomatis membayangkan bagaimana wujud pizza tersebut ketika baru matang, bagaimana harumnya. Selanjutnya, anda mencoba menyentuh salah satu potongan pizza tersebut dan memulai gigitan pertama di tepian pizza yang renyah. Kemudian memulai menikmati bagian tengah pizza yang dipenuhi topping dicampur dengan keju mozzarella yang meleleh. Anda akan menelannya dengan penuh nikmat… Tapi sekali lagi penulis ingatkan, itu mungkin hanya imajinasi anda dan bagaimana anda mewujudkannya? Anda bisa saja datang ke sebuah toko pizza dan memesan pizza yang diinginkan. Itu adalah cara yang paling gampang dan mungkin anda lakukan.

Tetapi bagaimana jika anda tidak memiliki uang atau di lingkungan anda tidak terdapat toko pizza? Maka anda harus mengeluarkan usaha lebih untuk mewujudkan imajinasi tersebut, misalnya anda harus bekerja untuk mendapat uang atau anda harus berjalan atau berkendara ke toko pizza terdekat yang ada di lingkungan anda. Anda harus bekerja untuk mendapatkan uang, dalam bekerja anda harus punya skill atau ilmu pengetahuan bahkan apabila anda sudah mempunyai uang tetapi tidak terdapat toko pizza terdekat dan mengharuskan anda untuk berkendara maka dalam hal tersebut ilmu pengetahuan untuk mengemudikan kendaraan dan membaca rambu rambu lalu lintas juga diperlukan. Ya, untuk pertama kali penulis buktikan bahwa imajinasi dan ilmu pengetahuan mempunyai keterkaitan dan tentu dapat disandingkan untuk dibandingkan. Dalam kasus analogi di atas keduanya dapat dibuat perbandingan dan menghasilkan berbagai kesimpulan berdasarkan sudut pandang setiap orang tentang kedudukan imajinasi dan ilmu pengetahuan.

Dalam penerapan di kehidupan seseorang, apakah lebih penting mendahulukan imajinasi daripada ilmu pengetahuan atau sebaliknya? Penulis akan mengajak anda untuk berpikir dan membuat kesimpulan bersama dengan tiap sudut pandang dengan skenario sebagai berikut: Apabila anda dihadapkan dengan suatu fenomena keajaiban yang di luar nalar, misal seperti menyaksikan keajaiban ditemukannya kota emas dengan berbagai makhluk mitologi di dalamnya seperti Unicorn, Pegasus, Phoenix, Elf, Dwarf, dan Goblin. Atau ditemukannya pesawat luar angkasa yang luasnya melebihi luas tata surya yang melayang mengelilingi bumi. Mungkin untuk sesaat anda akan terkejut dan bahkan merasa seperti di alam mimpi. Kira-kira apa yang akan anda lakukan saat itu? Apakah anda akan berusaha menelaah dengan logika atau berpikir liar dengan imajinasi anda?

Apapun pilihannya semua kembali kepada diri masing-masing. Jika penulis di posisi tersebut, yang pertama kali dilakukan adalah mencoba berimajinasi liar yang diikuti dengan asumsi-asumsi logis yang mendukungnya. Penulis akan mencoba berimajinasi bahwa ketika penulis melihat sebuah kota emas dengan deskripsi seperti diatas, penulis akan menebak apakah mereka selama ini ada di dimensi lain yang tak terjamah manusia? Apakah mereka selama ini bersembunyi dari manusia dan mulai menampakkan diri pada manusia saat sudah siap secara mental dan fisik untuk menerima kehadiran mereka? Dari mana asal mereka? Apakah mereka termasuk makhluk purba yang tidak mengalami evolusi?

Banyak pertanyaan yang dapat timbul dari satu imajinasi saja. Terlebih lagi kemampuan berimajinasi tiap orang juga berbeda-beda. Penulis akan memberikan gambaran imajinasi yang mungkin terlintas pada saat itu, apabila ada kota emas beserta semua komponen makhluk di dalamnya seperti gambaran di atas maka penulis beranggapan bahwa semua mitologi adalah fakta mengingat beberapa makhluk tersebut sudah terbukti keberadaannya dengan mata kepala sendiri. Mengingat dalam kehidupan nyata sebenernya penulis berpendapat bahwa mitologi dan legenda adalah sejatinya sebuah sejarah yang berusia lebih tua daripada sejarah yang saat ini kita pelajari. Penulis akan beranggapan bahwa cerita tersebut memang berasal dari seseorang yang melihat langsung atau mengalaminya sebagai contoh tentang mitologi keberadaan unicorn, putri duyung, naga, burung phoenix, dan lain sebagainya. Keberadaan mereka bisa saja dahulu memang dilihat oleh seseorang atau sekelompok orang dan mereka mulai menceritakan keberadaan makhluk tersebut kepada orang lain sehingga berkembanglah kisah tentang para makhluk tersebut. Penulis berasumsi bahwa cerita tersebut berkembang turun temurun lintas generasi dan menjadi sebuah mitologi ketika para makhluk sudah tidak terlihat dalam kurun waktu yang cukup lama.

Kesimpulannya, penulis akan mendahulukan imajinasi tetapi dengan didukung berbagai asumsi logis yang mendukung imajinasi tersebut. Dalam menyusun asumsi logis diperlukan peran ilmu pengetahuan.

Apakah imajinasi dan ilmu pengetahuan saling terkait? Albert Einstein pernah berkata: “Logic will get you from A to B. Imagination will take you everywhere”. Einstein yang merupakan seorang ilmuwan besar atau bisa dikatakan seorang superstar dalam dunia fisika sangat menghargai akan peran imajinasi. Hal ini menandakan adanya keterlibatan satu sama lain antara imajinasi dan ilmu pengetahuan dalam dirinya sehingga banyak melahirkan sumbangsih di dunia fisika. Peran imajinasi dalam membentuk pribadi para ilmuwan hebat lain juga dapat dilihat dalam diri Leonardo Da Vinci yang merupakan seorang ilmuwan sekaligus seniman. Beliau melahirkan banyak temuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan juga menciptakan karya di bidang seni.

Menurut penulis, imajinasi menjadi dasar dari ilmu pengetahuan. Saat seseorang dilanda ketidaktahuan mengenai suatu hal, yang dapat dia lakukan untuk menelaah hal tersebut adalah dengan imajinasinya. Misalnya, ketika seseorang pada jaman dahulu melihat dan mendengar kilatan petir maka yang terbesit dari pikiran mereka adalah bahwa fenomena tersebut hasil perbuatan dewa. Tetapi seiring berkembangnya jaman, fenomena tersebut dapat dijelaskan secara ilmiah menggunakan ilmu pengetahuan.

Hal yang sama terjadi dengan fenomena gerhana bulan. Pada jaman dahulu, orang banyak menggunakan imajinasi sehingga timbul berbagai cerita rakyat atau dongeng mengenai fenomena gerhana bulan. Misalnya Suku Inca (kelompok bangsa Indian dari Amerika Selatan) yang mempercayai bahwa gerhana bulan adalah akibat dari bulan yang dimakan oleh jaguar. Ada juga dongeng tentang raksasa Kalarahu (dongeng dari kalangan masyarakat Jawa) yang hendak memakan bulan pada saat terjadi gerhana. Namun semua terbantahkan dengan adanya kemajuan ilmu pengetahuan. Dari berbagai dongeng tersebut, masyarakat tergerak untuk mengulik kejadian yang sebenarnya pada peristiwa gerhana bulan, sehingga menghasilkan suatu pemahaman yang saat ini kita pelajari di bangku sekolah dasar.

Apakah dapat disimpulkan bahwa seiring kemajuan ilmu pengetahuan dapat mematikan daya imajinasi seseorang? Penulis berpendapat bahwa pertanyaan itu tidak benar. Ilmu pengetahuan tanpa imajinasi akan terasa hambar karena kurangnya rangsangan untuk berpikir secara liar yang dapat bermanfaat meluasnya lingkup dari ilmu pengetahuan itu sendiri atau dengan kata lain imajinasi dapat mendorong ilmu pengetahuan untuk lebih dinamis.

Apakah kekuatan dari imajinasi? Mengingat knowledge atau ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai perwujudan dari kekuatan, kenapa tidak dengan imajinasi? Penulis berpendapat bahwa imajinasi merupakan perwujudan dari “kekuatan” itu sendiri. Seperti yang dijelaskan di atas. Imajinasi erat hubungannya dengan ilmu pengetahuan. Sejauh mana batasan “kekuatan” menurut sudut pandang manusia sejauh itu pula batasan imajinasi yang dapat dibuat. Imajinasi sebagai bentuk kekuatan dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata, misalnya:

1. Cita-cita atau impian yang menjadi kenyataan

Semua orang pasti memiliki cita cita pada waktu kecil. Cita cita tersebut yang menjadi dorongan atau motivasi bagi orang terkait untuk terus melanjutkan kehidupan hingga meraih pencapaian tersebut. Cita-cita juga merupakan bentuk dari imajinasi yang didukung oleh asumsi-asumsi logis seperti yang penulis jelaskan di awal. Dapat diartikan bahwa imajinasi tersebut masih dalam lingkup logis. Imajinasi dalam bentuk cita-cita atau impian tersebut melahirkan kekuatan bagi seseorang untuk berusaha lebih keras dalam rangka mewujudkannya.

2. Imajinasi dalam bentuk visualisasi

Visualisasi menurut KBBI adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan bentuk gambar, tulisan (kata dan angka), peta, grafik, dan sebagainya. Dalam kaitannya dengan imajinasi, visualisasi dapat digunakan untuk membantu berbagai permasalahan seseorang. Seperti ketika seseorang mengalami serangan demam panggung maka disarankan orang tersebut memvisualisasikan para audiens sebagai dummy sehingga mengurangi tekanan ketika di atas panggung. Bagi anda yang pernah mengikuti seni olah tenaga dalam kemungkinan besar pasti ada beberapa langkah yang menggunakan visualisasi sebagai jembatan untuk mempermudah proses latihan.

3. Imajinasi sebagai Basic Plan Maker

Imajinasi dengan asumsi yang logis dapat digunakan untuk membantu penyusunan suatu rencana disamping data yang valid sebagai bahan untuk forecasting. Penyusunan suatu rencana membutuhkan suatu penggambaran skenario yang akan datang sehingga rencana tersebut dapat menghasilkan kemungkinan keberhasilan yang tinggi. Ketika melakukan penggambaran skenario tersebut dibutuhkan kemampuan berimajinasi yang tinggi untuk menggambarkan skenario secara detail hingga tahapan timbulnya kemungkinan risiko. Sehingga dalam rencana yang akan kita susun dapat dibuat semacam mitigasi risiko sebagai antisipasi.

4. Imajinasi sebagai sarana self healing yang murah

Apakah bentuk self healing yang sesuai menurut anda? Pasti jawaban setiap orang berbeda-beda. Ada yang menghabiskan waktu bersama keluarga, ada juga yang berwisata di tempat-tempat baru. Sebagian juga berpendapat bahwa self healing dapat dilakukan di rumah seperti bermain game atau olah raga. Menurut Penulis, self healing dapat diwujudkan hanya dengan kemampuan “berimajinasi yang kuat”. Maksudnya, saat kita ingin berkumpul dengan keluarga yang jauh sementara kita terhalang oleh uang dan waktu, mungkin kita bisa berimajinasi seakan kita sedang berkumpul dengan mereka di rumah. Atau saat kita ingin berwisata di tempat baru yang membutuhkan biaya dan waktu yang lumayan lama, kita juga dapat berwisata secara virtual misalnya dengan melihat video vlog di Youtube mengenai objek wisata tersebut hingga seakan kita ikut hadir di tempat wisata tersebut.

Imajinasi berasal dari otak dan hati, dirasakan oleh indra dan dibatasi oleh imajinasi itu sendiri. Tanpa imajinasi dunia tidak akan berwarna dan kehidupan akan terasa hambar. Selama manusia masih bisa berangan-angan maka imajinasi akan terus hidup dan diwariskan lintas generasi. Imajinasi adalah salah satu bentuk kekuatan yang menjadi roda penggerak untuk manusia berkarya dan menjalani kehidupannya.

Penulis : "Sir" Taufik Iqbal Pratama

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini