Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
City Tour 1 Hari : Mengenang 18 Tahun Tsunami Aceh
Novrizal
Senin, 26 Desember 2022 pukul 17:50:23   |   40836 kali

Hari ini 18 tahun yang lalu, tepatnya 26 Desember 2004 sebuah bencana melanda sebagian besar Aceh. Di awali dengan Gempa Bumi 9,1 skala richter, gelombang tsunami lebih dari 30 meter dan korban jiwa lebih dari 200.000 orang, peristiwa yang tentunya sangat membekas terutama bagi mereka yang keluarganya menjadi korban. Kita do’akan semoga Allah ampuni semua dosa, terima amal ibadahnya dan mendapat tempat terbaik disisiNya, Aamiin.

Kali ini kita akan melaksanakan city tour di Kota Banda Aceh selama 1 hari dengan mengunjungi tempat-tempat yang akan membawa kita kepada peristiwa 18 tahun lalu. Terdapat beberapa destinasi wisata yang sangat erat kaitannya dengan peristiwa tersebut di Banda Aceh.

1. Masjid Raya Baiturrahman

Sebagai Kota dengan julukan Kota Serambi Mekah, maka Masjid Raya Baiturrahman adalah salah satu ikon destinasi wisata religi di Kota Banda Aceh. Masjid yang terletak di pusat Kota Banda Aceh ini selamat dari bencana tsunami di saat bangunan disekitarnya hancur diterjang tsunami. Masjid yang terdiri dari banyak tiang-tiang ini adalah destinasi wisata religi yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Banda Aceh. Di samping melaksanakan ibadah di Masjid ini, pengunjung juga bisa menaiki Menara yang ada di halaman Masjid untuk melihat pemandangan Kota Banda Aceh dari ketinggian. Untuk menaiki menara ini pengunjung dikenakan tiket masuk.

2. Museum Tsunami

Tidak jauh dari Masjid Raya Baiturahman di depan lapangan Blang Padang terdapat Museum Tsunami yang dibangun untuk memperingati peristiwa terjadinya bencana tsunami. Museum megah yang dirancang oleh Ridwan Kamil ini merupakan tempat yang tepat untuk kita melihat dokumentasi peristiwa 2004 silam. Beberapa bagian bangunan museum ini mempunyai makna tertentu seperti lorong pertama kita masuk museum akan membawa kita kesuasana mencekam terjadinya peristiwa tsunami tersebut karena ada percikan air dan suara gemuruh, ada juga ruangan sumur do’a yang terdapat nama-nama korban tsunami. Penasaran seperti apa Museum Tsunami ini lengkapnya, jangan lupa untuk berkunjung dengan membayar tiket masuk yang tidak mahal. Jadwal berkunjung dibuka setiap hari pagi sampai sore tetapi di jam waktu sholat zuhur ditutup pukul 12.00 sd 14.00.

3. PLTD Apung

Kapal Pembangkit Listrik Tenaga Diesel atau dikenal dengan PLTD Apung di Banda Aceh ini merupakan bukti betapa dahsyatnya peristiwa tsunami tersebut. Kapal dengan berat 2.600 ton, panjang 63 meter, dan lebar 19 meter yang saat itu bersandar di Pelabuhan Ulee Lheue terseret sejauh 5 kilometer kearah darat ketika dihantam tsunami, tepatnya di Gampong Punge Blang Cut. Saat ini Kapal PLTD Apung ini menjadi Museum yang berisikan informasi tentang terjadinya peristiwa tsunami. Untuk mengunjungi Kapal ini tidak dikenakan tiket masuk tetapi diminta untuk menyumbang seikhlasnya. Sama seperti Museum Tsunami Jadwal berkunjung dibuka setiap hari pagi sampai sore tetapi di jam waktu sholat Zuhur dan Ashar ditutup.

4. Kapal Di Atas Rumah Lampulo

Seperti PLTD Apung, Kapal di Atas Rumah yang terdapat di Lampulo juga merupakan bukti dahsyatnya peristiwa tsunami yang melanda sebagian besar Aceh. Bedanya Kapal ini adalah Kapal nelayan yang terdampar/nyangkut di atas rumah penduduk di tengah kota daerah Lampulo. Kapal sepanjang 25,5 meter di atas rumah ini menjadi destinasi wisata mengenang peristiwa tsunami. Untuk melihat kapal ini pengunjung tidak dikenakan tiket masuk dan dapat dikunjungi setiap saat karena berada di tempat terbuka. Untuk mencapai lokasi ini harus menggunakan kendaraan pribadi karena berada di tengah perkampungan.

Itulah sebagian destinasi wisata untuk mengenang peristiwa tsunami yang bisa dikunjungi ketika berkunjung ke Banda Aceh. Lokasinya satu sama lain tidak terlalu jauh sehingga bisa dikunjungi dalam 1 hari. Dari tempat-tempat tersebut banyak hal yang bisa kita ambil hikmahnya disamping tentunya berwisata. (narasi/foto: Novrizal)



Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini