Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Strategi Gaya Baru Kehumasan Dimasa Pandemi Covid-19
Susilo Prajoko
Rabu, 20 Juli 2022 pukul 15:56:02   |   1647 kali

Istilah new normal menggambarkan bagaimana kita beradaptasi dengan lingkungan dengan menyesuaikan perilaku masyarakat untuk kembali beraktivitas normal, dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan agar Indonesia dapat segera menanggulangi Covid-19 dari segi kesehatan, sosial maupun ekonomi. Dengan kata lain, ini adalah cara beradaptasi dengan menempatkan diri lebih "tenang" di tengah situasi ketidakpastian.

Di Indonesia, istilah new normal mulai bermunculan ketika Presiden Joko Widodo meminta jajarannya untuk mensosialisasikan new normal. Ia juga sempat menilai secara langsung kesiapan fasilitas umum di Stasiun MRT Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta dan Summarecon Mall Bekasi dalam mempersiapkan new normal.

Diketahui, saat ini pemerintah Indonesia telah mengembangkan protokol di beberapa lini untuk skenario new normal. Hal ini dilakukan agar roda perekonomian dapat kembali bergerak dan aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan, tentunya dengan tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.

Peran Kehumasan

Pandemi Covid-19 berdampak kuat pada beberapa sektor, termasuk Humas. Dalam konteks hubungan masyarakat (PR), pandemi ini bisa dilihat sebagai krisis yang dialami organisasi dan perlu dikelola dengan baik. Datangnya Covid-19 merupakan krisis yang tidak bisa dikendalikan, sehingga seorang Humas harus fokus pada variabel-variabel yang bisa dikendalikan/dikendalikan.

Salah satu variabel yang bisa dikendalikan oleh seorang humas adalah desain strategi komunikasi di masa pandemi. Informasi yang diberikan oleh Humas harus jujur, akurat, berbasis data dan dapat dipertanggungjawabkan. Informasi yang dikirimkan oleh seorang Humas merupakan salah satu kunci penting dalam memerangi wabah Covid-19.

“The best defence humans have against pathogen is not isolation - it is information" merupakan kutipan dari sejarahawan dan filusuf Noah Harari yang diterbitkan pada majalah Time. Kuitpan tersebut memiliki arti bahwa pertahanan terbaik dari manusia dari penyakit bukanlah isolasi namun informasi. Pendapat itu dapat berarti bagaimana informasi dapat mempengaruhi kekebalan manusia melalui sugesti-sugesti atas berita yang dicernanya.

Strategi komunikasi menjadi peran kunci seorang humas untuk mengatasi krisis pandemi Covid-19. Seorang humas harus memiliki konsep yang matang untuk mengolah semua data dan fakta menjadi sebuah pesan informatif yang dapat disampaikan kepada publik. Pesan informasi yang disampaikan tentunya harus relevan dan sesuai dengan situasi di masa pandemi ini.

Peran humas yang menyampaikan pesan informasi yang baik dan tepat akan menjaga dan membangun reputasi serta menciptakan citra positif bagi instansi/lembaga/perusahaan melalui manajemen dan pengendalian informasi dan komunikasi yang terstruktur. Pandemi Covid-19 telah menempatkan masyarakat dalam kondisi VUCA (volatilitas, ketidakpastian, kompleksitas, dan ambiguitas). Jika diterjemahkan dengan jelas, VUCA adalah anomali, ketidakpastian, kompleksitas, dan bahkan kegelapan. Keadaan seperti itu mendorong orang untuk mencari informasi tentang Covid-19.

Untuk itu, humas berperan strategis dalam menyampaikan informasi secara kreatif, inovatif dan efektif dengan menggunakan teknologi dan media baru. Menyampaikan pesan dengan konten empati dan mengoptimalkan teknologi digital akan membangun kepercayaan dan persepsi positif. Mengenai new normal tentunya kita akan membahas tentang kebiasaan-kebiasaan baru. Bagi seorang humas, kebiasaan baru akan tercipta jika kita bisa beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Sebuah kebiasaan baru yang dalam konteks artikel ini mengarah pada gaya baru. Konteks "gaya baru" ini tentunya harus dilakukan oleh para humas profesional.

Konsep gaya baru adalah sesuatu yang baru untuk diterapkan oleh para humas profesional. Konsep ini mengandung unsur 3A. Apa itu elemen 3A? Elemen-elemen tersebut adalah Adopsi, Adaptasi, Adept. Ketiga elemen ini penting untuk seorang humas.

Unsur Adopt menjelaskan bahwa humas harus dapat mengadopsi atau menggunakan teknologi yang ada dari waktu ke waktu. Humas harus mampu menyampaikan pesan informasi dengan menggunakan sarana digital yang memadai dan mutakhir. Unsur Adaptasi menjelaskan bahwa humas harus mampu beradaptasi dengan pembaruan yang dianut.

Beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan mampu menciptakan konten yang kreatif, informatif dan menjadi solusi bagi masyarakat. Sedangkan unsur ketiga adalah Adept yang artinya kompeten di bidangnya.

Seorang humas harus terampil/mahir dalam beberapa hal, terutama yang sudah diadopsi dan dimodifikasi. Oleh karena itu, seorang humas harus tetap mau belajar hal-hal baru agar terus memperkaya pengetahuan dan keterampilannya.

Charles Darwin pernah mengungkapkan bahwa, "It is not the strongest of the species that survive, nor the most intelligent, but the one most responsive to change". Memahamai pernyataan tersebut yang berarti humas juga harus mampu beradaptasi dengan segala perubahan yang ada agar dapat mengatasi setiap permasalahan dan menyampaikan informasi dengan baik kepada khalayak secara efektif dan efisien.

Sehingga seorang humas harus siap diikutsertakan dalam keadaan apapun. Sebagai seorang humas profesional, tentunya kita harus memiliki strategi untuk mengatasi setiap krisis yang muncul. Diperlukan pendekatan baru yang efektif untuk menciptakan strategi yang tepat.

Ada beberapa pendekatan baru yang bisa digunakan seorang humas saat menghadapi krisis, terutama di masa pandemi saat ini. Nah, strategi fokus yang tepat ini akan menciptakan dan membentuk budaya baru. Beberapa aspek budaya baru seorang humas adalah aksesibilitas, ketersediaan, daya tanggap, pembaruan teknologi, dan kreativitas tanpa batas.

Aksesibilitas dan ketersediaan menyatakan bahwa seorang humas harus dapat diakses kapan saja, di mana saja. Karena beberapa krisis tidak dapat dihindari, humas harus siaga 24/7.

Daya tanggap, di sisi lain, menjelaskan bahwa humas harus mampu menyampaikan pesan dengan hati dan empati. Apalagi dalam kondisi pandemi saat ini, humas harus bisa mendinginkan dan menjaga momentum informasi positif di masyarakat.

Elemen peningkatan teknologi menjelaskan bahwa kita sekarang telah memasuki era digital modern. Seorang humas diperlukan untuk selalu mewaspadai kemajuan teknologi, sehingga dapat efektif dan efisien dalam penyampaian pesan informasi.

Dan aspek yang terakhir adalah kreativitas tanpa batas, yang menjelaskan bahwa seorang humas harus mampu berpikir kreatif untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada baik di dalam maupun di luar instansi/perusahaan. Keadaan pandemi Covid-19 membawa banyak perubahan dalam kehumasan. Menjadi seorang humas harus mampu dan siap menghadapi segala tantangan, baik yang kasat mata maupun tidak.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini