Seperti
kita ketahui bersama bahwa perhelatan Piala Dunia 2022 di Qatar akan segera
digelar. Bagi para pecinta olahraga sepakbola, tentu momen tersebut sudah
sangat dinantikan. Beberapa hal yang menjadi perhatian diantaranya adalah tim
mana saja yang akan berlaga dan daftar pemain yang akan bergabung dengan timnas
Negara masing-masing. Salah satu daftar pemain yang selalu menarik bagi
penggemar sepakbola adalah deretan nama pemain yang berposisi sebagai penyerang
(striker). Namun ada posisi lain yang
sebenarnya cukup menarik untuk disimak, apakah itu? Salah satunya adalah Midfielder Player atau biasa disebut
sebagai gelandang. Gelandang atau
pemain tengah (midfielder)
dalam pertandingan sepak bola dapat didefinisikan sebagai pemain
yang posisi bermainnya berada di antara pemain penyerang (striker) dan pemain bertahan (defender). Peran atau tugas utama dari
pemain gelandang (midfielder) adalah mendapatkan dan
menjaga penguasaan bola, serta memberikan bola kepada para penyerang. Namun dalam
prakteknya, ada gelandang yang memiliki tugas lebih bertahan, dan ada pula yang
posisinya hampir seperti seorang penyerang.
Seorang
gelandang seringkali mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan hasil
akhir dari sebuah pertandingan. Para gelandang umumnya menghabiskan paling
banyak tenaga dalam suatu pertandingan. Bila kita menilik pada perhelatan Liga
Champions Tahun 2021/2022, bisa kita lihat contoh midfielder yang sukses
membawa tim nya mendapatkan tiket di perempat final UCL 2021/2022 yaitu trio midfielder Real Madrid yang terdiri dari
Luka Modric, Toni Kroos, dan Casemiro. Begitu juga dengan rival abadi mereka
yaitu FC Barcelona, masa-masa kejayaan FC Bercelona di era-era sebelumnya tidak
lepas dari peran penting trio midfielder
mereka yaitu Xavi Hernandez, Andres Iniesta, dan Sergio Busquets.
Tidak
ada yang eye catching dari penampilan
para midfielder ini, malah terkadang hampir-hampir tidak nampak. Mereka hanya bermain
sesimpel dan seefisien mungkin, menjadi jembatan lini pertahanan dan lini
penyerangan. Namun demikian, karena peran besar merekalah, para striker bintang
seperti Lionel Messi dan Karim Benzema, bisa mengembangkan permainannya dan
dengan leluasa mengobrak-ngabrik pertahanan lawan.
Ada beberapa peran
atau tipe dari gelandang (mildfielder)
antara lain:
- Defensif
Midfielder (DM) atau gelandang bertahan yang dalam sepakbola
klasik, memiliki tugas sebagai destroyer. Tidak harus punya kemampuan
mengumpan, tapi harus punya kecepatan, antisipasi, dan tekel sama baiknya.
Selain itu, seorang DM klasik juga harus memiliki keseimbangan tubuh yang baik
agar mampu beradu tubuh dengan pemain lawan.
- Central
Midfielder (CM) atau gelandang tengah bermain di posisi yang lebih
ke depan. CM umumnya memiliki tugas sebagai pengatur tempo permainan. Pemain
yang berposisi sebagai CM dituntut untuk memiliki kerativitas yang tinggi, sebab
pemain inilah yang kerap difungsikan sebagai playmaker, yakni orang yang
mengkreasikan serangan untuk bisa mencetak gol.
- Holding Midfielder adalah
midfielder yang dituntut mempunyai daya jelajah luas. Dia harus mampu
menjadi penjaga irama sebuah tim. Itu sebabnya seorang Holding Midfielder juga
dituntut punya kemampuan umpan yang baik. Mampu menjemput bola, lalu mengalirkannya
ke depan. Selain itu, seorang Holding Midfielder juga dituntut
melakukan screening serangan lawan dan mencegah bola agar tak
lolos dengan mudah. Seorang Holding Midfielder dapat memutus
serangan dengan cara memotong umpan atau intercept. Holding
Midfielder wajib punya kemampuan positioning yang baik
serta disiplin dalam menjaga pertahanan. Holding Midfielder berperan
pula sebagai inisiator serangan. Itu sebabnya wajib memiliki umpan yang akurat.
Holding Midfielder juga bisa berperan
sebagai Midfielder box-to-box, yaitu midfielder yang memiliki kemampuan
bertahan dan penyerangan yang sama baiknya. Pemain tersebut mampu merebut bola
atau memutus serangan lawan dan bisa juga menjalankan tugas penyerangan, yakni
mencetak gol.
Midfielder dalam pengelolaan keuangan Negara
Bila kita
menganalogikan skema pertandingan sepak bola dengan skema pengelolaan keuangan
Negara, maka peran dan fungsi Direktorat Jenderal Kekayaan Negara hampir serupa
dengan fungsi yang diperankan oleh Holding Midfielder di
lapangan tengah sepak bola. Kondisi tersebut dapat diilustrasikan sebagai
berikut:
- Dalam konteks penerimaan Negara
sebagai goalsnya, maka bisa dianalogikan fungsi-fungsi di Direktorat Jenderal
Pajak (DJP) maupun di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) sebagai ujung tombak
(striker) untuk mengumpulkan
pundi-pundi pemasukan bagi Negara. Sedangkan Ditjen Kekayaan Negara, sebagai Holding
Midfielder berkontribusi dengan
memberikan umpan-umpan matang baik kepada DJP maupun DJBC. Umpan kepada DJP
misalnya melalui mekanisme Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP) bagi para calon
mitra/pengguna layanan DJKN khususnya berkaitan dengan layanan lelang dan
pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN). Sedangkan
kepada DJBC misalnya dengan mengeluarkan persetujuan baik itu untuk penetapan status
penggunaan, penjualan, atau pemusnahan atas barang-barang hasil tegahan DJBC.
- Sebagai Holding
Midfielder, DJKN juga bisa langsung mencipatakan gol menghasilkan PNBP
melalui layanan-layanan yang diberikan oleh DJKN. Layanan dimaksud antara lain layanan
lelang baik yang bersifat eksekusi maupun sukarela, layanan pengurusan piutang
Negara, termasuk dalam hal ini pengurusan piutang Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI) yang saat ini sedang booming, serta layanan pengelolaan
BMN berupa pemberian persetujuan pemanfaatan BMN. Peran ini jika dilihat dari
rupiah yang dihasilkan, tidak sebesar dari sektor penerimaan pajak, tetapi
tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Selain menghasilkan PNBP bagi Negara,
fungsi ini tidak bisa dihilangkan karena sebagai pelaksanaan dari apa yang
telah diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan.
- DJKN
sebagai Holding Midfielder juga harus bersiap menghadapi serangan balik
(counter attack) sebagai konsekuensi dilaksanakannya tugas dan fungsi
layanan lelang khususnya untuk kategori lelang eksekusi, dan pengurusan piutang
Negara. Perlawanan tersebut mungkin dilakukan oleh debitur, baik itu serangan
secara hukum, maupun adanya kemungkinan ancaman serangan secara fisik. Untuk
itulah DJKN mempunyai unit baik di tingkat pusat maupun vertikal yang memiliki
tusi untuk melakukan advokasi hukum dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas
dan fungsi DJKN baik di tingkat pusat maupun di tingkat vertikal.
- DJKN
sebagai Holding Midfielder juga harus memiliki visi yang luas dalam
pengelolaan aset Negara salah satunya diwujudkan melalui instrumen pengukuran
kinerja aset (portofolio aset). Melalui portofolio aset tersebut, sebagai Aset
Manager, DJKN dapat memberikan rekomenadasi kepada satker Kementerian dan
Lembaga, sehingga diharapkan aset-aset BMN yang digunakan oleh satker
Kementerian dan Lembaga, telah sesuai dengan Highest and Best Use atas
aset-aset tersebut, dan diperoleh manfaat yang optimal bagi Negara. Di level
kantor pusat DJKN, juga terdapat unit yang memiliki tusi strategis melakukan
kajian terhadap proses Penyertaan Modal Negara (PMN) terhadap Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).
- Dari sisi
sektor pertahanan sebagai Holding Midfielder, DJKN juga memiliki peran
mencegah terjadinya kebocoran pengeluaran Negara yang tidak efektif dan efisien
misalnya diwujudkan melalui instrumen pengukuran Standar Barang Standar
Kebutuhan (SBSK) maupun instrumen Rencana Kebutuhan Barang Milik Negara (RKMBN)
yang pada intinya memastikan setiap rupiah yang keluar dari APBN dalam
pengadaan BMN, memang benar-benar dibutuhkan untuk mendukung penyelenggaraan
tugas dan fungsi Kementerian/Lembaga. DJKN juga memiliki fungsi Pengawasan dan
Pengendalian (Wasdal) salah satunya terhadap pemanfaatan atas BMN yang tidak
sesuai aturan atau tidak memberikan kontribusi bagi penerimaan Negara sesuai
aturan yang berlaku.
Untuk itulah insan DJKN sebagai
seorang midfielder, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, dituntut harus
memiliki stamina yang prima dan pekerja keras. Tidak hanya itu, namun juga
harus bekerja secara cerdas dan memiliki visi yang tajam dan luas dalam
mengelola aset Negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Insan DJKN juga
tidak perlu berkecil hati bilamana kinerja dalam pelaksanaan tugas sehari-hari
tidak begitu mendapat perhatian, namun yang harus menjadi fokus adalah kontribusi
nyata kita bagi Negara, yang pada akhirnya bisa dirasakan langsung oleh seluruh
lapisan masyarakat.
Perlu insan DJKN sadari dan
pahami layaknya sebuah tim sepakbola, maka tim bernama Pemerintah Negara Republik
Indonesia ini di dalamnya memiliki sejumlah peran yang harus dijalankan, tidak
hanya peran sebagai striker,
namun juga peran-peran lain yang tidak kalah pentingnya, antara lain peran
sebagai midfielder. Karena itulah seluruh organ Negara harus memahami
dan menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing secara maksimal.
Seperti halnya sebuah
pertandingan sepakbola, untuk memperoleh hasil yang maksimal dan meraih
kemenangan, maka seluruh organ dalam tim harus saling bersinergi dan bahu
membahu. Hal tersebut juga sejalan dengan program khususnya di lingkup Kementerian
Keuangan yaitu Kemenkeu Satu, bahwa setiap unit di Kementerian Keuangan
hakikatnya memiliki visi yang sama, sehingga bersinergi dan saling melengkapi menjadi
sebuah keniscayaan yang harus dilaksanakan, demi terwujudnya masyarakat yang sejahtera,
adil dan makmur sebagaimana tujuan Negara didirikan.
Penulis : Rahmat Ibnu Wibowo (Kepala Seksi Hukum
dan Informasi)