Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Membangun Sense of Ownership
Mahmud Ashari
Selasa, 02 November 2021 pukul 14:37:41   |   2544 kali

Semua pihak yang berada di organisasi apapun jenisnya dituntut berkontribusi untuk mampu keluar dari kondisi dampak pandemi dengan memiliki kemampuan beradaptasi secara positif dan tetap teguh dalam menghadapi tantangan. Tentunya semua pihak harus mengambil peran agar tidak hanya sekadar menjadi “penumpang” di era yang penuh dengan ketidakpastian.


Tidak elok rasanya apabila dalam kondisi organisasi yang “sedang tidak baik-baik saja”, terdapat pihak yang mengatakan “itu bukan urusan saya, biar pimpinan/manajemen saja yang memikirkannya”. Justru dalam kondisi seperti inilah kerjasama dan sinergi semua pihak sangat dibutuhkan sebagai wujud rasa memiliki organisasi sehingga. setiap tantangan yang datang tidak hanya dihadapi, namun dapat diubah menjadi sebuah peluang.


Kemampuan dan peran semua pihak bukan hanya untuk organisasi sekadar bertahan, namun juga untuk bangkit, tumbuh dan berkembang. Kemampuan adaptasi dan kolaborasi semua pihak, akan memunculkan sikap lebih tenang dan menumbuhkan keyakinan dalam menyesuaikan dengan keadaan yang saat ini dihadapi bersama.


Hasil riset yang dilakukan oleh Mercer edisi Asia Tenggara bertajuk Global Talent Trends 2020-2021 Local Companion Report merekomendasikan 4 hal yang harus dilakukan Indonesia dan Filipina untuk pengembangan organisasinya serta bertahan dalam situasi yang luar biasa sebagai dampak pandemi, yaitu fokus pada masa depan (focus on future), identifikasi dan peningkatan keterampilan (race to reskill), peka terhadap perkembangan sains (sense with science), dan penguatan pengalaman sumber daya manusia (energize the experience).


Menurut penulis, hal tersebut perlu disadari dan direspon dengan tepat agar organisasi dapat mempertahankan kendali atas ketidakpastian tersebut. Karena, organisasi dituntut tidak hanya bangkit kembali dari dampak pandemi namun juga harus mampu melompat lebih tinggi ke masa depan yang lebih baik. Untuk mampu mewujudkan organisasi yang bertumbuh dan berkembang, faktor kebutuhan akan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki semangat dan rasa memiliki yang tinggi terhadap organisasi adalah sebuah keniscayaan. Hal tersebut tidak berlebihan, karena suatu perubahan pasti memerlukan langkah-langkah strategis dan perubahan tidak akan mungkin berhasil dilakukan dengan hanya mengubah sistem organisasi tanpa memperhatikan kesiapan SDM-nya.


Pandemi telah mendorong semua pihak untuk mempercepat adopsi model kerja baru dan transformasi teknologi. Transformasi teknologi merupakan hal yang penting sebagai respon atas perubahan yang terjadi, akan tetapi dimensi SDM juga harus diperhatikan karena akan menjadi faktor penentu keberhasilan perubahan tersebut.


SDM yang memiliki sifat unik diharapkan mampu melahirkan kompetensi inti (core competence) bagi organisasi. Dengan kompetensi inti yang unik dan tidak mudah ditiru tersebut diharapkan akan mampu menciptakan keunggulan bersaing yang langgeng.

Merubah Sense of Belonging menjadi Sense of Ownership

Organisasi yang senantiasa mendukung setiap inovasi dan kreativitas seluruh SDM-nya akan mendorong SDM-nya untuk melepaskan seluruh potensi, kemampuan dan energi mereka demi kepentingan organisasi. Kebijakan pemberdayaan inilah yang akan mendorong perubahan dari sense of belonging (rasa memiliki yang bersifat pasif) menjadi sense of ownership (rasa memiliki yang bersifat aktif yang diwujudkan dalam bentuk inisiatif, keberanian mengambil tanggung jawab dan risiko serta keinginan berbagi)


Sense of ownership harus senantiasa dibangun sehingga organisasi mampu lebih cepat beradaptasi atas setiap tekanan dan tantangan yang dihadapi. Sense of ownership yang kuat dari SDM akan menciptakan sense of responsibility (rasa tanggung jawab) dan upaya yang tulus dalam memberikan kemampuan terbaiknya kepada organisasi. Oleh karena itu, organisasi perlu mengupayakan pembangunan sense of ownership antara lain melalui:


Pertama, keterlibatan dalam membangun visi dan misi organisasi. Visi dan misi organisasi menggambarkan mengapa, apa dan bagaimana pencapaian tujuan dan kinerja organisasi. Keterlibatan SDM dalam penyusunan visi dan misi organisasi akan meningkatan partisipasi, meningkatkan rasa memiliki dan mengikis kesenjangan antara pimpinan dengan karyawan.


Kedua, pemberdayaan SDM. Pemberdayaan dilakukan dengan memberikan otonomi kepada SDM untuk menjalankan perannya. Pemberdayaan akan memantik SDM untuk melepaskan seluruh potensi, kemampuan dan energi yang dimiliki untuk kepentingan organisasi. Kunci pemberdayaan adalah kepercayaan organisasi yang diberikan kepada SDM sehingga memunculkan iklim yang kondusif dalam berkontribusi bagi organisasi. Pemberdayaan akan menumbuhkan komitmen bagi SDM sehingga akan meningkatkan sense of ownership.


Ketiga, keterbukaan informasi dan transparansi. Manajemen dan SDM harus senantiasa secara terbuka melakukan komunikasi melalui media yang mudah diakses sehingga memungkikan SDM memberikan masukan konstruktif atas kebijakan-kebijakan yang akan diambil. Transparansi yang dilakukan organisasi juga akan memunculkan keterlibatan lebih dari SDM terhadap organisasi.


Keempat, akuntabilitas dan apresiasi. Organisasi harus menyusun kriteria kinerja yang tepat sehingga dapat diukur. Akuntabilitas akan memunculkan integritas pada SDM sehingga SDM lebih bertanggungjawab dan berkomitmen dalam memenuhi target kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu, guna meningkatkan motivasi SDM, organisasi perlu menetapkan kebijakan pemberian penghargaan atas capaian positif dari mereka. Hal ini selain sebagai bentuk bahwa organisasi hadir, juga sebagai penyemangat agar SDM menjadi semakin loyal dan produktif..


Pada akhirnya, sense of ownership akan memunculkan komitmen untuk memberikan kinerja terbaik dan memberikan dampak positif bagi organisasi. Sense of ownership dengan didukung karakter positif akan mampu mendukung organisasi fokus ke masa depan dengan menikmati masa-masa tantangan saat ini untuk selanjutnya mengembangkan kekuatan agar tetap dapat maju, bertumbuh, dan berkembang. Sebagai penutup, penulis ingin membagikan sebuah quote dari Pat Susan Summit, seorang Pelatih Kepala Tim Bola Basket Amerika, "Responsibility equals accountability equals ownership. And a sense of ownership is the most powerful weapon a team or organization can have". (Penulis: Agus Budianta)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini