Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Yuk, Kita Peduli pada Pasien Isoman !
Asnul
Senin, 09 Agustus 2021 pukul 17:13:36   |   1070 kali

Penyebaran virus Covid-19 yang menjangkit masyarakat di Indonesia masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Puluhan ribu orang setiap hari dinyatakan positif, begitu juga dengan angka kematian yang semakin meningkat. Dengan semakin banyaknya pasien yang terpapar, membuat rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan. Bahkan, banyak rumah sakit yang penuh dengan pasien dan harus membuat tenda darurat di halaman sebagai tempat untuk membantu menangani pasien yang terus berdatangan. Hal inilah yang mendorong banyak pasien positif memutuskan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah.

Menjalani isolasi mandiri di rumah ternyata tidak sesederhana yang diperkirakan. Pasien positif Covid-19 pada umumnya mengalami kepanikan, kecemasan, serta menanggung rasa sakit fisik, baik itu batuk, pilek, lemas, insomnia, dan anosmia (kehilangan penciuman) yang diakibatkan oleh serangan virus tersebut. Mirisnya, orang yang sedang menjalani isolasi mandiri harus mengurus dirinya sendiri. Tidak ada yang mendampingi dan merawat langsung, tidak ada yang memijat ketika rasa penat datang mendera. Yah, karena hal ini disebabkan virus yang berada di tubuhnya dapat menularkan kepada orang lain, sehingga pasien harus menyendiri menjalani isolasi mandiri.

Berbeda dari sakit flu atau sakit lainnya, masih ada keluarga yang mendampingi dan sahabat yang mengunjungi serta memberi perhatian, yang mana tentunya akan memberikan pengaruh besar pada kondisi psikis pasien dan menumbuhkan semangat untuk sembuh.

Namun demikian, kita masih tetap dapat memberikan bantuan terhadap pasien positif Covid-19 dalam bentuk pemberian dukungan dan semangat kepada mereka yang tengah menjalani isolasi mandiri. Mari kita bersama-sama membantu keluarga, sahabat, dan teman yang tengah terpapar untuk melawan virus ini. Dengan melakukan pendampingan dan pengawasan, selain akan meringankan penderitaan si pasien, tentunya juga akan mampu memberikan kepercayaan diri dan meningkatkan imun yang bersangkutan.

Lalu, apa yang dapat kita lakukan untuk mereka? Banyak! Banyak hal yang dapat kita lakukan. Kita menyadari bahwa orang yang diisolasi tidak boleh melakukan kontak fisik dengan orang lain. Namun, bukan berarti kita tidak dapat memberikan mereka perawatan. Dalam hal ini, peran teknologi harus dimanfaatkan dengan baik. Kita dapat melakukannya melalui telepon ataupun video call. kita dapat membantu dan rawat keluarga, sahabat, tetangga, atau bahkan orang lain yang sedang melakukan isolasi mandiri, misalnya dengan melakukan hal-hal berikut:


1. Tumbuhkan semangat untuk sembuh

Memberikan support dan menumbuhkan serta memupuk semangat untuk sembuh sangat diperlukan, karena semangat untuk sembuh merupakan senjata utama bagi pasien. Sering kali mereka yang sedang terpapar Covid-19 pada awalnya masih memiliki semangat untuk sembuh, namun semangat ini akan hilang seiring waktu dengan hilangnya nafsu makan dan rasa sakit atau saturasi yang semakin menurun. Di sinilah kita harus menunjukkan peran, kita harus kembali mengingatkan dan membakar semangat agar pasien tetap menjaga komitmen dan tidak kehilangan semangatnya untuk sembuh.

Salah satu cara untuk membakar semangat adalah dengan mengingatkan tugas-tugas yang belum selesai, terutama tugas rumah sebagai ayah dan ibu atau harapan keluarga yang masih harus digapai, mengingatkan cita-cita dan harapan yang belum terpenuhi, atau mengingatkan pada hal-hal yang menggembirakan, dan membakar semangat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Bantu, tanamkan sugesti diri “Aku pasti bisa!”

Akibat tubuhnya yang sakit atau lemas dan berbagai dampak yang ditimbulkan biasanya pasien akan malas bergerak, malas melakukan aktivitas dan lebih memilih tidur atau berbaring saja. Hal inilah yang membuat keadaannya akan semakin memburuk, karena pasien sebenarnya harus melakukan aktivitas, seperti menghirup udara segar, berjemur dan melakukan olahraga ringan. Itulah tugas kita untuk mengingatkan dan mengajak pasien untuk bergiat melawan keadaannya itu.


2. Buatkan dan ingatkan jadwal rutin

Hal lain yang dapat kita lakukan adalah dengan membantu pasien mengingatkan jadwal-jadwal yang harus dilakukan selama menjalani isolasi mandiri, misalnya, agi setelah shalat Subuh, pasien harus ke luar kamar atau membuka jendela kamar untuk menghirup udara bersih, lalu sarapan kecil seperti meminum teh hangat atau susu dengan beberapa keping biskuit, melakukan olahraga ringan, pukul 08.00 pagi sarapan untuk minum obat, satu jam kemudian makan vitamin, dan seterusnya hingga jadwal istrirahat malam. Jangan lupa ingatkan pasien untuk makan yang banyak dengan nutrisi yang seimbang dan istirahat yang cukup.

3. Awasi saturasi

Setiap pasien yang menjalani isolasi mandiri harus memiliki oksimeter yang diperlukan untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah. Hal ini sangat penting untuk memantau saturasi pasien. Minta pasien untuk melakukan pengecekan saturasi secara berkala setiap empat jam sekali. Ingatkan agar selalu tenang dan tidak panik.

Pengukuran saturasi merupakan hal yang penting karena salah satu kondisi berbahaya yang dapat dialami oleh pesien Covid-19 adalah happy hypoxia, yakni penurunan kadar oksigen tanpa ada keluhan dan tanda-tanda. Saturasi normal adalah berkisar di angka 95-100. Meskipun angka 95 masih tergolong normal, hendaknya dapat dijadikan sebagai warning yang tidak boleh diabaikan.

Saturasi dengan angka 95 harus dinaikkan untuk lebih tinggi dengan melakukan senam pernapasan, yakni dengan cara menarik napas panjang, lalu hembuskan dengan perlahan. Lakukan sebanyak sepuluh kali dan nafas pendek sepuluh kali. Jika saturasi masih tidak naik, maka lakukan posisi proning. Namun, jika usaha-usaha tersebut masih tidak membuahkan hasil, maka segera hubungi dan konsultasikan dengan dokter. Jangan biarkan saturasi semakin menurun. Jika pasien mengalami saturasi di bawah 90, maka harus dibantu untuk menjalani perawatan di rumah sakit.

Dengan rutin melakukan pemantauan terhadap pasien, maka dengan mudah akan diketahui perkembangan dan kondisi pasien tersebut dan tentunya dapat meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan. Masa inkubasi virus ini hanya berlangsung selama sepuluh hari, artinya kita akan melakukan pengawasan terhadap pasien hanya selama sepuluh hari. Pemantauan yang ketat ini kiranya dapat membantu pasien dalam menghadapi kondisinya yang juga dapat memberikan rasa nyaman dan turut membantu menaikkan imun tubuh.

Itulah beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam turut serta merawat, memantau, memberi semangat, dan menemani pasien isolasi mandiri. Tentunya dengan usaha dan perawatan serta perhatian terhadap mereka diharapkan dapat meminimalisasi angka kematian pada pasien yang pada awalnya bergejala ringan dan sedang.

Penulis : Asnul, KPKNL Bekasi

Editor : Tim Humas KPKNL Bekasi

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini