Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
COVID-19, Secuil Kisah Seorang Penyintas
Rakhmayani Ardhanti
Rabu, 30 Juni 2021 pukul 20:52:19   |   2720 kali

Corona Virus Disease 2019 atau yang lebih dikenal Covid-19, yang diyakini bermula dari kota Wuhan, China telah menyebar dan menjadi momok yang sangat menakutkan bagi tatanan kehidupan manusia. Semua sendi kehidupan manusia berubah sejak adanya Covid-19. Pandemi ini sampai sekarang masih berlangsung dan bahkan angka kasus penderita di Indonesia saat ini meroket tajam dan sudah menyentuh angka 2 juta lebih penderita.

Untuk diketahui saya adalah seorang pemilik komorbid (penyakit penyerta) yang divonis menderita Covid-19. Sebagai seorang mantan penderita Covid-19 atau biasa disebut penyintas. Sebagai penyintas, kami paham dan masih terbayang rasanya ketika masih menjadi penderita. Salah satu yang terberat adalah dikucilkan dari lingkungan sekitar. Efek terbesar yang kami rasakan saat itu tak lain datang dari sisi psikologis. Dari 4 anggota keluarga, 3 orang dinyatakan positif dan harus menjalani isolasi mandiri di rumah isolasi yang telah disiapkan Pemerintah Daerah. Tak kurang dari 14 hari dihabiskan di tempat isolasi yang berada pada kabupaten area kami bermukim.

Kondisi fisik yang sebelumnya baik-baik saja menjadi drop setelah dinyatakan positif Covid-19, dari mulai demam, batuk, sampai hilang nafsu makan. Komorbid yang saya derita antara lain diabetes dan hipertensi membuat pemulihan saya lebih lama dibanding anggota keluarga yang lain. Penanganan khusus bagi penderita yang memiliki penyakit bawaan antara lain lebih banyak mengkonsumsi obat. Hal ini dikarenakan harus mengonsumsi obat komorbid dan sekaligus obat untuk gejala yang ditimbulkan akibat covid. Bersyukur rasanya, saya tergolong rutin melakukan check-up kondisi dalam penanganan komorbid sejak sebelum covid melanda.

Pengalaman selama menjalani isolasi memberikan pelajaran, bahwa dukungan keluarga adalah obat paling ampuh bagi penderita selain pengobatan yang diberikan oleh tim tenaga kesehatan. Semangat untuk saling menguatkan memberikan energi positif bagi seorang penderita sangat dibutuhkan, selain doa dan pertolongan dari Allah SWT. Dorongan orang-orang di sekitar, teman, sahabat yang tak pernah berhenti dan tak kenal lelah dalam memberikan kekuatan pun berdampak positif pada kesembuhan. Dorongan semangat yang diberikan ini berdasarkan pengalaman pribadi dapat memberikan energi dan motivasi yang luar biasa bagi penderita untuk dapat melewati cobaan ini.

Saya paham betul bahwa saat ini penderita Covid-19 mulai merambah pada lingkaran rekan, kolega, dan keluarga terdekat kita. Melalui tulisan ini saya ingin menyampaikan bahwa pandemi ini belum berakhir. Jangan lengah dalam menerapkan protokol kesehatan yang berlaku. Namun demikian, jangan jadikan situasi ini membuat kita menjadi paranoid. Banyak kita dapati informasi di media bahwa penderita komorbid memiliki risiko lebih besar dalam tertular dan sembuh dari Covid-19. Sebagai seorang pemilik komorbid, dengan penanganan yang baik dan dukungan semua pihak alhamdulillaah saya dapat sembuh dari Covid-19. Semoga hal ini dapat memotivasi perjuangan sesama komorbid dalam memerangi Covid-19.

Terakhir, satu hal yang krusial berdasarkan pengalaman adalah selalu berpikiran positif. Dan yang tak kalah penting, jaga dan patuhi anjuran pemerintah dengan menerapkan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan serta Membatasi mobilisasi dan interaksi). Saya yakin bahwa harapan saya pastilah juga menjadi harapan pembaca semua, yakni agar pandemi ini segera berlalu sehingga kita dapat menjalani kehidupan yang disebut sebagai “The True Normal” dan bukan “New Normal”. Namun, hingga saat itu tiba mari kita bersama-sama berupaya memerangi dan memutus penyebaran Covid-19. Salam sehat selalu dan tetap semangat.

Penulis : M. Abdul Rochim -- KPKNL Yogyakarta

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini