Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Reenactment. Belajar dan Mengenalkan Sejarah melalui Reka Ulang
Yusuf Eko Susilo
Minggu, 23 Mei 2021 pukul 20:28:27   |   3540 kali

Belajar sejarah kadang diasosiasikan dengan kegiatan mempelajari kejadian di masa lampau yang membosankan. Duduk membaca dan menghapalkan rentetan kejadian masa lalu. Namun ada cara belajar sejarah yang menarik dan mengasyikkan dengan melibatkan kegiatan fisik, yaitu, melalui reenactment.

Reenactment adalah kegiatan reka ulang peristiwa bersejarah dengan mengenakan seragam atau pakaian dan aksesoris di masa lalu berdasarkan riset sejarah. Riset ini dilakukan melalui studi pustaka, wawancara, dan penelusuran lapangan. Hal yang perlu diperhatikan dalam reenactment antara lain, detil kejadiannya seperti apa, pasukan atau kelompok yang terlibat apa, tokoh yang terlibat siapa, seragam atau pakaian dan aksesoris yang dipakai seperti apa, dll. Reenactment memerlukan imajinasi dan kreativitas untuk memvisualisasikan peristiwa bersejarah dalam bentuk reka ulang berdasarkan literatur dan informasi yang ada. Pelaku reenactment ini disebut reenactor.

Reenactment dilakukan di hadapan atau disiarkan untuk masyarakat dengan tujuan menghibur dan mengedukasi. Menghibur dengan aksi-aksi para reenactor seperti dalam pertunjukan teater. Seperti, aksi tembak menembak penuh efek ledakan. Mengedukasi dengan menampilkan peristiwa sejarah. Mengenalkan peristiwa sejarah yang terjadi beserta tokoh-tokoh yang terlibat. Seperti, mengenalkan bahwa pasukan yang terlibat dalam peristiwa 10 November di Surabaya bukanlah tentara Indonesia melawan tentara Belanda tetapi tentara Indonesia melawan tentara Inggris. Gabungan TKR, polisi, dan badan perjuangan (PRI, API, BPRI) Indonesia melawan tentara Inggris.

Periode waktu kejadian sejarah yang sering direka ulang oleh para reenactor Indonesia antara lain: masa pergerakan nasional, masa perjuangan kemerdekaan, dan masa mempertahankan kemerdekaan. Para reenactor Indonesia juga melakukan reenactment bedasarkan peristiwa sejarah di dunia, seperti Perang Dunia I, Perang Dunia II, Perang Vietnam, Perang Teluk, dll.

Dalam rangka menjaga keotentikan tokoh sejarah yang terlibat dalam peristiwa sejarah, para reenactor memakai seragam dan aksesoris yang diusahakan semirip mungkin dengan tokoh atau kelompok pasukan yang diperankan. Seragam dan aksesoris tersebut ada dua jenis, yaitu: relik dan repro. Benda relik adalah seragam dan aksesoris asli yang pernah digunakan di masa lalu. Contohnya, klewang Milsco bekas tentara KNIL dan seragam tentara motif darah mengalir yang pernah digunakan oleh Kopasandha, dll. Benda repro adalah seragam dan aksesoris buatan baru yang dibuat menyerupai benda aslinya. Benda repro ini bisa dibuat sendiri atau dipesan dari orang lain yang bisa membuatnya. Contohnya, dummy senjata yang menyerupai senjata asli tapi tidak berfungsi seperti senjata asli dan seragam tentara yang sudah tidak diproduksi lagi.

Reenactment memiliki persamaan dan perbedaan dengan cosplay. Persamaannya adalah pelakunya berdandan dan bergaya semirip mungkin dengan suatu tokoh tertentu yang diperankan mulai dari pakaian yang dikenakan, gaya bicara, hingga tingkah laku khasnya. Perbedaannya adalah reenactment berdasarkan pada kejadian dan tokoh yang benar ada di dunia sedangkan cosplay berdasarkan pada kejadian dan tokoh fantasi atau fiksi.

Dalam memerankan suatu tokoh atau mereka ulang kejadian sejarah, para reenactor tidak menyangkutpautkan diri dengan pandangan politik apapun (No political issues). Mereka murni melakukan reka ulang kejadian sejarah untuk tujuan edukasi. Misalnya, ketika memerankan kejadian pertempuran tentara Belanda dengan pejuang Indonesia. Tidak serta merta reenactor pemeran tentara Belanda mendukung tindakan penjajahan yang dilakukan oleh Belanda. Begitu pula ketika memperagakan adegan penculikan para jenderal oleh Pasukan Cakrabirawa. Tidak berarti pula reenactor pemeran Pasukan Cakrabirawa mendukung tindakan penculikan tersebut.

Saat ini banyak komunitas reenactor yang terbentuk di berbagai kota di Indonesia, antara lain: Indonesian Reenactors, Djakarta Reenactors, Historie van Bandung, Komunitas Magelang Kembali, Angkringers Jogjakarta, Komunitas Djokja 1945, Semarang Historical Reenactment, Roodebrug Soerabaia, De Mardijkers, Reenactor Ngalam, dll. Para reenactor dari komunitas reenactor seluruh penjuru Indonesia secara rutin berkumpul untuk melakukan acara reka ulang sejarah di kota-kota besar di Indonesia sesuai kejadian bersejarah di tempat tersebut. Acara-acara reenactment tersebut antara lain: Peringatan Serangan Oemoem 1 Maret di Yogyakarta, Peringatan Bandung Lautan Api di Bandung, Peringatan Hari Veteran di Jakarta, Peringatan Magelang Kembali di Magelang, Peringatan Pertempuran Lima Hari di Semarang, dan Peringatan Pertempuran 10 November di Surabaya. Para reenactor juga mengadakan acara reenactment insidensial seperti Peringatan Rapat Raksasa Lapangan Ikada, Peringatan Kebangkitan Nasional, Peringatan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Peringatan Perang Rawagede Bekasi, dll. Adapun untuk kejadian sejarah yang terjadi di luar negeri, para reenactor melakukan reenactment di wilayah-wilayah yang kondisi alamnya mirip dengan kondisi luar negeri, seperti fragmen Battle of Bulge di Bukit Bintang Bandung, fragmen Battle of Carentan di Kota Tua Semarang, dan Battle of Iwo Jima di Pantai Parangkusumo Jogja.

Dengan mengenalkan peristiwa-peristiwa bersejarah Indonesia, para reenactor berharap masyarakat mendapat gambaran lebih jelas mengenai kejadian sejarah Indonesia serta memudahkan dalam mengenal dan menghayati sejarah perjuangan bangsa Indonesia hingga pada akhirnya meningkatkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air Indonesia.

-Yusuf Eko Susilo, Direktorat Kekayaan Negara Dipisahkan-

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini