Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Cinta Tanpa Batas dan Kehidupan Berbangsa
Dedy Sasongko
Jum'at, 12 Juni 2020 pukul 11:14:12   |   2771 kali

Pada perang dunia ke-2, terdapat salah satu kamp konsentrasi Nazi terbesar di dunia, yang berada di Auschwitz, Polandia. Kamp konsentrasi tersebut dapat memuat jutaan orang untuk disiksa atau dimusnahkan.

Pada Agustus 1941, tentara Nazi memilih 10 (sepuluh) orang yang akan dieksekusi mati, dikarenakan terdapat satu orang tahanan yang melarikan diri. Satu diantara 10 (sepuluh) orang yang akan dieksekusi tersebut yang bernama Franciszek Gajowniczek, menangis dan memohon agar diampuni dan tidak dieksekusi mati karena mempunyai anak dan istri. Mendengar kesedihan Franciszek Gajowniczek, seorang rohaniawan, Maximilianus Kolbe, menawarkan diri untuk menggantikan Franciszek Gajowniczek. Akhirnya Maximilianus Kolbe dan 9 (sembilan) orang tahanan lain disiksa dan pada tanggal 14 Agustus, Maximilianus Kolbe disuntik mati.

Pengorbanan Maximilianus Kolbe dilakukan dengan tulus karena terdorong cinta yang tanpa batas dengan memberikan nyawanya untuk menggantikan orang yang sama sekali tidak dikenalnya. Cinta akan mengalahkan ketakutan, menumbuhkan kerelaan berkorban, meningkatkan kebersamaan, serta menghilangkan egoism dan primordialisme (suku, agama, ras, dan latar belakang).

Pengertian Cinta
“Cinta” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) lebih terkesan kepada rasa suka antara pria dan wanita, dalam bahasa Inggris disebut “love” dan bahasa Latin “Amor”’. Namun demikian, KBBI juga memberikan definisi cinta bukan hanya rasa suka antara pria dan wanita, tapi juga cinta kepada sesama, alam, dan negeri.

Thomas Aquinas, seorang filsuf terkenal, menyatakan cinta/kasih bukan hanya sekedar "cinta" (love dan amor), yang merupakan suatu gairah atau nafsu (passion) namun merupakan kebajikan teologal sebagai wujud cinta kepada Tuhan yang terlebih dulu mencintai manusia, dan cinta kepada sesama serta alam semesta. Maka cinta/kasih tersebut wujud dari kehadiran Tuhan, Ubi Caritas, Deus Ibi Est, dimana ada kasih di situ Tuhan hadir.

Wujud Cinta dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Salah satu permasalahan yang dihadapi bangsa Indononesia saat ini adalah Covid-19 yang telah mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupan. Untuk mengatasinya, pemerintah mengambil kebijakan social distancing atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kebijakan tersebut mengakibatkan ditutupnya/dibatasi kegiatan perkantoran/perusahaan, sekolah/universitas, dan pembatasan kegiatan lainnya. Kebijakan ini menimbulkan pengangguran dan bertambahnya masyarakat miskin. Menurut perkiraan Kementerian Keuangan, akan terjadi penambahan pengangguran sebesar 1,89 juta jiwa dalam skenario berat dan 5,23 juta jiwa dalam skenario sangat berat. Sedangkan kemiskinan bertambah sebasar 1,89 juta jiwa dalam skenario berat dan 4,86 juta jiwa dalam skenario sangat berat.

Disamping menetapkan kebijakan di atas, pemerintah juga menetapkan protokol kesehatan lainnya antara lain physical distancing, penggunaan masker, menutup tempat peribadatan, menjaga kebersihan diri, dan meningkatkan imunitas. Dalam mengatasi dampak Covid-19, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan fiskal dan moneter antara lain mengalokasikan anggaran sebesar Rp 405,1 triliun. Alokasi angaran tersebut diperuntukkan untuk kesehatan, jaringan pengaman sosial untuk menanggulangi kemiskinan, pemulihan ekonomi dan industri.

Kebijakan pemerintah di atas tidak akan berjalan efektif jika masyarakat Indonesia tidak mendukungnya. Masyarakat bersama-sama dengan pemerintah harus bergandeng tangan sehingga permasalahan bangsa dapat teratasi dengan baik. Setiap anak bangsa dapat memberikan kontribusi nyata terhadap bangsa dan negara tanpa melihat jabatan. “Keberhasilan hidup seseorang bukan diukur dari tingginya jabatan yang disandang tetapi seberapa besar manfaat hidupnya untuk sesama (bangsa)”.

Banyak hal yang dapat dilakukan mulai dari hal-hal kecil misalnya mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah antara lain memakai masker, menjaga jarak (physical distancing), menjaga kebersihan dan kesehatan diri/keluarga. Hal ini sederhana tapi akan memberikan dampak yang besar, make it simple but significant.

Di samping itu, dalam kondisi yang “sulit” ini, perlu ditingkatkan kesadaran untuk berbagi rezeki kepada masyarakat yang membutuhkan tanpa melihat suku, agama, ras dan latar belakang. Dengan berbagi, akan meringankan beban masyarakat, membangun kebersamaan sebagai anak bangsa, mengamalkan gotong royong sekaligus mengamalkan nilai-nilai kebangsaan yaitu Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Hal ini sangat relevan dengan tema Hari Lahir Pancasila tanggal 1 Juni 2020 yaitu “Pancasila dalam Tindakan Gotong Royong untuk Indonesia Maju”. Permasalahan bangsa ini akan dapat teratasi jika kita saling mencintai tanpa sekat suku, agama, ras, dan latar belakang.

Mari kita bersatu, membangun kebersamaan dan memberikan sumbangsih nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagai wujud cinta kita kepada bangsa dan negara Indonesia. “Ask not what your country can do for you (but) ask what you can do for your country’”, Jhon F. Kennedy, Presiden Amerika Serikat ke-35. “Jangan tanyakan apa yang negara lakukan untuk anda, tetapi tanyakanlah apa yang anda dapat lakukan untuk negara anda”.


(Edward UP Nainggolan, Kakanwil DJKN Kalbar)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini