Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
Optimalisasi Barang Milik Negara, Art atau Science?
Dedy Sasongko
Senin, 11 Mei 2020 pukul 14:36:56   |   1085 kali

Barang Milik Negara (BMN) menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. Sebelum digunakan dan atau dimanfaatkan, Pengelolaan BMN di awali dengan perencanaan kebutuhan dan penganggaran dan dilanjutkan dengan pengadaan. Dalam tahap ini, dilakukan penelaahan terhadap usul rencana kebutuhan BMN dengan memperhatikan kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi kementerian/lembaga serta ketersediaan BMN yang ada. BMN juga bagian dari proses APBN sehingga BMN harus bisa memberi manfaat ekonomi kepada masyarakat. Dengan kata lain, BMN yang digunakan dan atau dimanfaatkan dengan memberi manfaat ekonomi inilah yang disebut dengan Optimalisasi BMN. Namun, ketika BMN sudah diadakan, tidak sedikit BMN yang idle dan belum digunakan atau dimanfaatkan secara optimal. Apakah karena optimalisasi BMN adalah sebuah art (seni) sehingga hanya orang-orang yang mempunyai intuisi, firasat, atau persepsi subjektif yang bisa membuat BMN itu optimal? Atau sebuah science (ilmu pengetahuan) yang memerlukan data, teori dan penelitian agar BMN itu bisa optimal?

Dalam menentukan penggunaan terbaik, strategi pemanfaatan dan pemindahtanganan, dan pengelolaan BMN lainnya, beberapa pengguna barang dalam hal ini menggunakan art atau seni dalam Optimalisasi BMN. Seni disini adalah intuisi, firasat, persepsi subjektif, dan pengalaman dari seseorang yang digunakan untuk mengambil keputusan agar BMN optimal. Seorang pemimpin boleh mengikuti intuisinya dalam menentukan penggunaan terbaik dari BMN. Seorang pemimpin juga bisa menggunakan pengalamannya untuk menentukan strategi pemanfaatan BMN agar mampu menghasilkan pendapatan bukan pajak yang besar. Bahkan, bisa jadi ide pemanfaatan BMN muncul ketika seorang pemimpin sedang santai menikmati liburan di pantai. Dalam pelaksanaannya, tidak ada yang salah jika menggunakan seni dalam proses optimalisasi BMN karena membuka peluang keberhasilan.

Menggunakan seni dalam optimalisasi BMN mempunyai beberapa keterbatasan, karena hal ini sangat tergantung pada seorang pemimpin pada saat itu. Keterbatasan pertama yaitu tidak bisa berlaku umum. Pengalaman seorang pemimpin akan berbeda dengan seorang pemimpin lainnya. Pengalaman seorang pemimpin dalam mengoptimalkan BMN dengan pemanfaatan belum tentu juga bisa diterapkan di tempat yang lain. Keterbatasan kedua yaitu sulit diakses. Firasat atau pengalaman pemimpin yang sukses dalam mengoptimalkan BMN sulit untuk diakses karena hanya ada pada diri pemimpin tersebut. Padahal, untuk mengoptimalkan BMN memerlukan aturan yang mudah dipahami dan dilakukan oleh semua orang yang membutuhkan.

Optimalisasi BMN memerlukan informasi yang objektif dan bisa berlaku secara umum. Dalam hal ini, optimalisasi BMN merupakan sebuah science sehingga membutuhkan berbagai macam data dan informasi terkait dengan BMN. Untuk mendapatkan informasi yang akurat, bisa dilakukan penelitian mengenai penggunaan terbaik dan pemanfaatan yang sesuai. Dengan data dan informasi yang akurat maka keputusan yang diambil dalam rangka optimalisasi BMN juga lebih tepat. BMN akan mampu memberikan manfaat ekonomi yang besar terhadap masyarakat. Optimalisasi BMN juga tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan terutama statistik dan ilmu komputer untuk pengolahan data.

Berdasarkan penjelasan di atas, optimalisasi BMN merupakan gabungan dari art (seni) dan science (ilmu pengetahuan). Bagaimana intuisi dan pengalaman pemimpin dapat mempengaruhi keputusan dalam optimalisasi BMN dan bagaimana data dan informasi yang akurat mendukung keputusan yang diambil. Dalam pemerintahan, optimalisasi BMN harus lebih bersifat science sehingga tidak tergantung pada seorang pemimpin yang mengambil keputusan. Science ini bisa dituangkan dalam aturan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami sehingga bisa diterapkan oleh siapa saja yang mempunyai kewenangan dalam mengambil keputusan terkait optimalisasi BMN.

Direktorat Jenderal Kekayaan Negara sebagai manajer aset negara harus mampu membuat optimalisasi BMN menjadi sebuah science. Dengan harapan, siapa saja yang mengambil keputusan dan siapa saja yang menjadi pemimpin, maka BMN akan selalu optimal dengan memberi manfaat ekonomi yang besar kepada masyarakat.

Ditulis oleh Ahmad Indra Gunawan, Kepala Subbagian TURT Kanwil Kalbar

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini