Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 50-991    ID | EN      Login Pegawai
 
Artikel DJKN
KEBUTUHAN JIWA ADALAH PENGEMBANGAN DIRI
N/a
Rabu, 01 Juni 2016 pukul 17:28:32   |   6334 kali

Serial Pengembangan Diri

KEBUTUHAN JIWA ADALAH PENGEMBANGAN DIRI
Oleh: Hakim SB Mulyono

Salah satu hukum di alam semesta yang kebenarannya diterima oleh hampir semua umat manusia adalah perubahan. Bersama dengan segala sesuatu yang terkandung di dalamnya, dunia senantiasa berubah. Meskipun sang surya menyapa setiap pagi dengan sinar yang seakan sama namun kita tahu bahwa tak ada pagi yang sama, tak ada tiupan angin yang bermiripan, tak juga ada kondisi yang konstan sama, bahkan arakan awan di musim penghujan pun mengirimkan jarum-jarum air dengan ketajaman yang berbeda-beda. Bahkan kulit Bumi senantiasa melapisi dirinya dari hari ke hari.

Jika anda bertemu dengan salah seorang kawan lama dan ia bertanya, “Astaga, kamu masih sama seperti dulu... Kamu nggak berubah sama sekali, Bro...” lantas bagaimana tanggapan anda? Ingatlah bahwa tunas-tunas telah tumbuh menjadi bunga atau pohon seiring bertambahnya usia anda. Para nelayan sudah hilir mudik antara pantai dan lautan saat anda hilir mudik antara tempat tidur dan bangku sekolah. Ulat telah menjadi kupu-kupu yang kemudian bertelur untuk menjadikan lebih banyak kupu-kupu bersamaan anda membangun pilar-pilar kesuksesan anda. Bagaimana mungkin anda akan senang jika anda dikatakan sama seperti dulu dan tak berubah?

Kebutuhan jiwa adalah pengembangan diri. Jangan sampai segala sesuatu di luar diri kita berkembang dan berubah namun kita sendiri tetap sama, tak berkembang dan tak berubah.

Inikah kita, sudah berkeluarga... tapi kelakuan masih seperti anak remaja dan bangga menganggap diri seakan masih bujangan? Inikah kita, sudah menjadi pimpinan... tapi sikap, gaya bicara dan tingkah laku masih seperti pelaksana? Inikah kita, ingin dibilang sudah kaya ... tapi perasaan hati masih terus merasa kekurangan dan terus saja “mengemis-ngemis” dalam setiap kesempatan?

To have - To do - To be

Zaman telah berubah, kekuasaan tak lagi didefinisikan uang banyak di tangan sedikit orang melainkan informasi lengkap di tangan banyak orang, demikian John Naisbitt mengatakannya dalam salah satu buku fenomenalnya. Kesalahan kita dalam mengukur orang adalah “apa yang sudah dia miliki”, padahal ukuran kedewasaan bukanlah apa yang kita punyai. Saat ini, jika anda siap, anda bisa lebih kaya daripada generasi sebelum anda. Kekayaan lebih mudah didapatkan pada zaman sekarang dibandingkan pada zaman kapanpun sebelumnya, karena bukan lagi faktor kesempatan, koneksi, atau keahlian, melainkan kekuatan informasi di tangan anda.

Masalahnya bukan terletak pada “apa yang anda punyai”, melainkan pada “apa yang anda lakukan” terhadapnya. Dan yang terpenting dari semua itu adalah “siapa anda sesungguhnya.”

Selama kita tak mau berubah, selama “sang aku” dalam diri anda enggan bangkit dari kasur empuk yang selama ini memberi perasaan nyaman, sementara segalanya berubah di sekitar kita, maka kehancuran adalah ujungnya.

Renungkanlah ini... Setiap generasi punya ciri-ciri yang dibawanya secara kolektif. Tapi inilah yang terjadi dengan generasi 70-an yang lahir pada saat dunia sedang menuju keseimbangan, saat gejolak komunis diredamkan, saat pembangunan menggeliat... setelah dewasa, mereka adalah ahli main game, mereka bukan penemu melainkan ahli dalam memperindah asesori mobil, mereka tidak suka tantangan alam melainkan suka menstimulasi adrenalin dengan permainan online... Sekali lagi, jika segala sesuatu berkembang namun diri kita tidak, sebenarnya hal tersebut bukan pertanda baik melainkan pertanda sebuah kehancuran. Kehancuran pribadi yang menyulut kehancuran generasi.

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini