Singaraja merupakan sebuah kota di
pulau dewata yang memiliki berbagai sejarah, kesenian dan warisan yang
mempunyai nilai historis tidak ternilai. Dari bangunan-bangunan kota pada jaman
belanda, budaya-budaya warisan dari nenek moyang, keragaman keindahan alam yang
tiada dua, hingga kesenian yang memukau jagat dunia. Di Bali, terdapat banyak
kesenian yang dapat kita temukan meliputi, tari-tarian, alat musik, seni rupa, dan
seni lukis. Seni lukis di Bali memang sudah berkembang dari jaman prasejarah,
terbukti dari penemuan-penemuan benda bersejarah yang juga terpahat lukisan
seni seperti nekara, sarkofagus juga sejumlah benda dari batu, hingga Seni
Lukis Bali Modern yang selalu berkembang mengikuti zaman. Tetapi tidak kalah
dengan lukisan modern, di Bali juga ada lukasi warisan dari zaman Kerajaan Bali
yaitu, Prasi.
Kesenian lukis prasi adalah melukis di
atas daun lontar dengan ‘pengrupak’. Pengrupak merupakan alat tulis asal Bali
yang berbentuk mirip dengan pisau. Seni prasi sendiri memang terkesan sederhana
dengan corak klasik Bali, namun bila diperhatikan prasi memiliki corak yang
rumit dan magis. Mengutip dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(Kemenparekraf), seni lukis prasi merupakan warisan kesenian zaman Kerajaan
Bali. Hal itu ditandai dengan adanya huruf Bali Kuno atau sastra Bali pada
gurat-gurat daun lontar sebagai media lukisnya.
Karena menggunakan bahan alami mulai
dari media gambar hingga tintanya lukisan warisan leluhur ini dikenal ramah
lingkungan. Setelah daun lontar digurat dengan pisau khusus dengan detail,
media lukis itu pun diwarnai dengan tinta yang terbuat dari kemiri yang dibakar
sehingga menghasilkan warna hitam-kecoklatan. Lukisan prasi ini banyak diminati
oleh kalangan wisatawan, khususnya wisatawan asing. Biasanya lukisan prasi ini
digunakan sebagai hiasan dinding atau dekorasi di rumah. Lukisan yang dibuat
dengan cara menggores ini memang benar-benar unik karena memiliki makna
simbolis dari suatu cerita yang ingin disampaikan oleh sang pelukisnya
Lomba Prasi
Prasi, cerita bergambar di daun lontar
kini juga dilombakan. Lomba membuat prasi dilakukan, untuk membangkitkan
kembali minat anak muda untuk menekuni membuat prasi, sebagai warisan budaya. Empat
puluh enam orang, menjadi peserta lomba prasi, yang dilaksanakan di Puri Seni
Sasana Budaya Buleleng. Prasi merupakan kekayaan intelektual dalam warisan budaya manuskrip.
Secara sederhana prasi terlihat seperti komik dengan lontar sebagai media menggambar yang tidak kalah dengan komik zaman sekarang. Lontar digambar tokoh pewayangan, dengan mengunakan pisau yang disebut keropak. Selanjutnya guratan-guratan keropak, digosok dengan arang kemiri. Butuh ketelitian yang tinggi dalam mengerjakan prasi, jika salah untuk menguratkan keropak, peserta harus mengambar ulang dari awal.
Kini pelukis kesenian prasi sudah sangat jarang ditemui, maka dengan dilaksanakannya lomba ini diharapkan dapat menjadi stimulus untuk kembali lagi masyarakat terutamanya generasi muda mau menekuni prasi. Dengan tetap menjaga kesenian prasi, diharapkan para anak muda dapat menjaga kesenian tradisional, mengembangkan, memperkenalkan, dan membuat bisnis lukisan prasi yang memiliki nilai warisan budaya serta bernilai sejarah tersebut.
Sumber Referensi:
·
https://sampaijauh.com/mengenal-seni-lukis-prasi-khas-bali-melukis-di-atas-daun-lontar-5368
·
https://www.liputan6.com/regional/read/5201819/mengenal-prasi-antara-seni-dan-tradisi-di-bali
·
https://www.nusabali.com/berita/154769/prasi-bernilai-seni-tinggi-namun-penekunnya-makin-langka
·
https://www.instagram.com/p/CRLz3abBB_T/?img_index=1
·
https://www.kompas.tv/regional/235140/lomba-melukis-diatas-daun-lontar