Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Semarang > Artikel
Hustle Cultur, Budaya Gila Kerja yang Marak Terjadi Pada Generasi Muda
Kamsidah
Senin, 27 Februari 2023   |   2206 kali

Pernah bekerja terlalu keras? Sering, tanpa istirahat dan sampai lupa waktu? Itu termasuk ke dalam Hustle Culture. Untuk para karyawan yang bekerja pada perusahaan startup pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah tersebut. Jadi apa sih sebenarnya Hustle culture? Nah menurut Menteri Ketenagakerjaan, Hustle Culture dapat diartikan standar di masyarakat yang menganggap bahwa hanya bisa mencapai sukses kalau benar-benar mendedikasikan hidup untuk pekerjaan dan bekerja sekeras-kerasnya hingga menempatkan pekerjaan diatas segala-galanya.

Lalu bagaimana awal dikenalnya Hustle Culture?

Sebelumnya temen-temen pasti sudah tidak asing dengan nama-nama tokoh besar ini? Mereka adalah beberapa tokoh besar dunia seperti, Mark Zukenberg, Jeff  Bezos, Elon Musk, dan Jack Ma. Jadi apa hubungan antara dikenalnya hustle culture dengan mereka?

Istilah Hustle culture dikenal sejak Tahun 1970-an, lahirnya hustle culture sangat erat dengan munculnya istilah workaholic di Barat yang menggambarkan pekerja dengan jam kerja berlebih.Tahun 70-an memang lekat dengan merebaknya banyak industri dunia. Menginjak  tahun 90-an saat dunia mulai mengenal internet, hustle culture makin menjadi-jadi. Banyak perusahaan mulai mengenal email dan sistem administrasi yang terdigitalisasi. Alhasil karyawan dituntut bisa bekerja lebih cepat seolah tanpa batasan waktu, karena email bisa dikirim kapan saja dan dimana saja.

Tahun 90-an juga lahir banyak perusahaan teknologi raksasa yang saat ini menguasai dunia seperti tokoh-tokoh yang sudah disebutkan hingga saat ini menguasai dunia. Mereka seolah menjadi standar bagi kaum muda untuk bisa bekerja secara berlebihan. Selain itu, beberapa tokoh pemilik perusahaan startup dunia seperti Jeff Bezos, Jack Ma dan Elon Musk yang melakukan normalisasi bekerja melebihi waktu normal untuk mencapai kesuksesan. Bahkan mereka melakukan glorifikasi (aksi melebih-lebihkan sesuatu sehingga terkesan luar biasa dan sempurna) terhadap pekerjaan overtime.

Bahkan Elon Mask sendiri pernah mencuitkan pada akun twitter pribadinya bahwa hustle cultur itu cukup untuk membuat perubahan, dia mencuit kata “There are way easier place to work. But nobody ever changed the word on 40 hours a week

Ada beberapa faktor terjadinya Hustle Culture, yaitu :

1.   Teknologi

Dengan kemajuan teknologi yang kian pesat di dunia, apalagi dalam dunia kerja yang semakin memudahkan dalam hal admisnistrasi yang terdigitalisasi sehingga para pekerja bisa mengakses tugasnya dimana dan kapan pun.

2.    Kontruksi Sosial

Patokan dalam hidupnya yaitu kekayaan atau finansial orang lain agar bisa menyamaratakan kehidupannya. Seperti membandingkan kekayaan atasan serta jabatan agar bisa didapatkan. Hal ini bisa memicu pekerja untuk bekerja lebih keras untuk mencapainya.

 3.   Toxic Positivity

Toxic Positivity adalah adalah dorongan untuk tetap berasumsi positif walaupun sedang mengalami situasi tertekan, sehingga dapat menyebabkan seseorang mengabaikan kesehatan dirinya sendiri, yaitu lupa untuk beristirahat dalam melakukan pekerjaan.

 

Nah bagaimana sih caranya menghindari Hustle Culture ini :

 

1.   Merubah Mindset tentang Bekerja

Tidak bisa dihindari bahwa sebagian besar orang pasti mendedikasian dirinya untuk melakukan pekerjaan dengan sempurna dan totalitas. Padahal banyak kegiatan lain yang masih harus dikerjakan di luar jam kerja. Seperti bagi orang yang sudah menikah bisa dengan mengurus keluarganya.

2.   Mencari Hobi di luar Pekerjaan

Selanjutnya yaitu meluangkan waktu untuk menjalani hobi atau sekedar melakukan hal yang disukai. Hal ini dilakukan agar membuat kehidupan personal dan kerja menjadi lebih seimbang dan juga baik bagi kesehatan mentalnya.

3.   Tahu Batasan Diri

Cara selanjutnya untuk menghindari hustle culture adalah mengetahui batasan diri atau bahkan membuat batasan yang jelas. Seperti tahu kapan tubuh dan pikiran untuk beristirahat dan kapan untuk diajak bekerja keras. Jangan memaksakan untuk memenuhi standar yang tak manusiawi.

Demikian penjelasan mengenai hustle culture, faktor dan cara mengatasinya, budaya tersebut sangat lekat dengan generasi millennials. Untuk menghadapi tantangan yang berat di masa depan, para generasi muda perlu dibekali pendidikan yang berkompeten. (Penulis: Kamsidah dan Sisca Mawar Prianty)

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini