Presiden Bank Dunia, David Malpass meminta
seluruh negara di dunia untuk mewaspadai risiko stagflasi ditengah ketidakpastian ekonomi global. David Malpass
mengatakan ada kemungkinan peningkatan resesi ekonomi di Eropa dan juga
pertumbuhan ekonomi China yang melambat tajam. Dalam pidatonya di Universitas
Stanford, David Malpass juga mengingatkan bahwa keadaan seperti itu bisa
memakan waktu yang lama untuk produksi energi global. 19, eskalasi tensi geopolitik
dalam bentuk invasi militer Rusia ke Ukraina makin memperlambat pertumbuhan
ekonomi global.
Berbagai risiko global masih perlu
diwaspadai seperti, pemulihan tidak merata karena ketimpangan vaksin,
perkembangan virus mutasi Covid 19, risiko inflasi, volatilitas pasar keuangan,
serta menurunnya stimulus ekonomi di berbagai negara, dan juga terjadinya global supply disruption yang berpotensi
mendorong terjadinya stagflasi
global.
Kombinasi dari perlambatan aktivitas
ekonomi dan lonjakan inflasi merupakan kombinasi berbahaya dalam bentuk
stagflasi. Berbagai negara di penjuru dunia menunjukkan perkembangan ekonomi
dan inflasi yang menunjukkan indikasi semakin kuat bahwa risiko stagflasi semakin dekat. Stagflasi dapat dipahami sebagai situasi
ekonomi yang ditandai dengan pertumbuhan yang lambat dan tingkat pengangguran
yang tinggi disertai dengan inflasi. Untuk menemukan kombinasi kebijakan
moneter dalam situasi seperti ini sangat sulit untuk ditangani, karena upaya
untuk memperbaiki salah satu faktor dapat memperburuk faktor lainnya.
Kekhawatiran akan stagflasi global menuntut para pemangku kebijakan untuk melahirkan extraordinary strategy dalam memitigasi
risiko stagflasi tersebut. Kebijakan
menaikkan suku bunga guna meredam gejolak inflasi dalam jangka pendek juga
menimbulkan risiko bagi sektor riil
berupa cost of fund yang tinggi. Oleh
karena itu, diperlukan kebijakan yang mampu
menyelaraskan antara pengendalian inflasi dengan mendorong investasi agar dapat terbebas dari jerat stagflasi.
IMF (International
Monetary Fund) memberikan rekomendasi untuk berbagai negara mulai dari
penguatan kebijakan untuk kerjasama multilateral dalam upaya akselerasi dan
pemerataan vaksinasi serta mitigasi terhadap perubahan iklim serta
meminimalisir dampak dari eskalasi tensi geopolitik yang memanas. Diperlukan
juga kombinasi kebijakan antara moneter dan fiskal dalam memitigasi risiko stagflasi. Salah satu bentuk kebijakan
non moneter yang dapat dilakukan adalah menjaga kestabilan harga. Stabilitas
harga ini menyangkut lintas sektor dan kebijakan yang dilahirkan tidak hanya
dilihat dari sisi supply saja, namun
juga sisi demand yang membentuk harga
tersebut dan dari sisi investasi.
Salah satu contoh kebijakan yang dapat
dilakukan seperti kebijakan yang mampu memberikan keringanan bagi para pelaku
usaha untuk dapat menjalankan usahanya guna memenuhi permintaan pasar dari sisi
supply. Dari sisi investasi, adalah
dengan membangun iklim investasi yang kondusif menjadi hal yang penting.
Bagaimana Bila Terjadi di Indonesia?
Terlepas dari ada atau tidaknya risiko stagflasi di
Indonesia, berikut ini beberapa hal yang perlu dipersiapkan bila ancaman itu
terjadi di level global sehingga berimbas ke Indonesia, atau benar benar
terjadi.
1. Cash is
the king!
Prioritas pertama adalah memiliki dana tunai yang cukup untuk memenuhi kebutuhan primer. Ini penting karena dalam fase stagflasi, pendapatan dari gaji maupun keuntungan dari usaha, khususnya UMKM akan susah untuk berkembang, sementara biaya kebutuhan hidup meningkat. Membuat skala prioritas pengeluaran amat penting dilakukan agar tidak 'kehabisan bensin' di tengah perjalanan. Menjual aset yang kurang likuid amat disarankan, seperti properti sebelum harganya benar-benar hancur, atau bahkan tak ada pembeli sama sekali.
2. Berinvestasi pada aset
jangka pendek.
Meskipun kondisi sulit investasi
diperlukan untuk tetap mempertahankan nilai uang yang termakan oleh inflasi.
Tetapi disarankan untuk membenamkan dana pada produk investasi jangka pendek
dan likuid, seperti deposito yang bunganya akan tinggi akibat tight monetary
policy, reksadana pasar uang, hingga surat perbendaharaan negara.
3. Mengambil
kontrak kredit syariah.
Apabila terpaksa meminjam, baik itu kredit konsumsi maupun
kepemilikan rumah usahakan meneken kontrak syariah yang tidak mengenal bunga
mengambang. Kalaupun toh harus skema konvensional, usahakan mengunci kontrak
pinjaman dengan bunga tetap untuk periode yang agak panjang, di atas lima tahun
sembari berharap badai stagflasi berlalu.
4. Tutup
pinjaman suku bunga mengambang
Ini penting dilakukan karena inflasi yang tinggi akan
membuat Bank Indonesia menerapkan kebijakan suku bunga tinggi untuk memerangi
inflasi. Pihak terdampak paling besar adalah masyarakat yang memiliki utang
dengan skema bunga mengambang atau floating rate. Segera tutup atau ubah skema
pinjaman menjadi suku bunga tetap agar tidur anda lebih nyenyak.
5. Khusus
bagi yang punya dana
Krisis selalu melahirkan orang-orang kaya. Maka, di saat
stagflasi lah masa diskon besar-besaran belanja bagi orang-orang yang punya
banyak sisa dana. Banyak perusahaan akan dijual murah, demikian pula akan
banyak emiten yang harga sahamnya jauh di bawah nilai wajar.
6. Career
break
Masa-masa ini
mungkin paling tepat bila ingin berhenti sejenak dari karir untuk meneruskan
studi, tentu bila tabungan sudah cukup. Mengapa, karena pada masa ini biasanya
peluang karir berkembang minim, disebabkan perusahaan sulit mengatur bugdet
pengeluaran, sehingga peluang kenaikan gaji atau pangkat akan lebih sedikit
(Penulis: Kamsidah dan Arraffi Setiakara Dewa)
Sumber:
https://www.cnbcindonesia.com: stagflasi lebih ngeri dari
resesi_warga ri perlu siapkan ini