Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pangkalan Bun > Artikel
Menangis, Adakah Manfaatnya?
Rintyana Dewi
Rabu, 14 Juni 2023   |   19267 kali

Menangis, Adakah Manfaatnya?

 

Orang menangis biasanya saat sedih, tetapi tidak sedikit juga yang menangis saat gembira. Ada juga yang menangis saat marah atau frustasi. Bagaimana kita membayangkan orang menangis saat mendapat kebahagiaan yang luar biasa atau bagaimana pula kita membayangkan orang menangis saat marah besar kepada orang lain. 

Ketika Tim Nasional Sepak Bola Indonesia berhasil meraih kejuaraan pada ajang SEA Games 2023 belum lama ini, yang menangis bukan hanya pemain dan pelatih di lapangan, tetapi hampir seluruh rakyat Indonesia yang menyaksikan turut menangis atas kemenangan itu.  Hari-hari selama pandemi Covid-19 mewabah di Indonesia, fenomena menangis tentu mengungkapkan hari-hari di Indonesia yang rata-rata kematian ratusan bahkan lebih dari seharinya. Tangisan yang belum pernah terjadi sebelumnya, karena menyaksikan ayah, ibu, suami, atau istri bahkan anak, dikebumikan dengan cara yang tidak biasa. Proses bagaimana memandikan, mensholatkan, dan menguburkan jenazah melalui cara yang jauh dari tradisi agama maupun budaya yang dianut. Bahkan banyak yang tidak melalui proses tersebut, pada awal-awal pandemi Covid di Indonesia, karena minimnya pengetahuan tentang Covid-19, Jenazah langsung dibawa ke pemakaman, hanya dapat melihat dari jarak jauh, bahkan banyak yang tidak tahu bagaimana anggota keluarga yang dicintainya itu dikuburkan. Inilah yang membuat mereka merasakan pedih yang sangat mendalam. Hatinya sangat pedih, karena tidak dapat melakukan apa-apa. Menangis menjadi satu-satunya yang bisa dilakukan.

Menangis bagi bayi merupakan alat komunikasi yang paling utama dan adaptif sebagai mekanisme untuk bertahan hidup (Bartlett & McMahon, 2016). Bagi orang dewasa, menangis itu juga merupakan alat komunikasi, untuk menyampaikan pesan kepada orang lain bahwa dia dalam kondisi rentan, sedang kesulitan dan butuh pertolongan (Cornelius & Lubliner, 2003; Nelson, 2005) Menurut Hendriks, dkk., (2010), fungsi utama menangis adalah memberi perhatian kepada orang lain untuk membantunya dalam menemukan sumber-sumber penemuan, kemudian juga untuk mendapatkan perhatian, empati, dan dukungan dari orang lain. Manusia memiliki tiga jenis air mata, yakni air mata refleks, air mata yang terus menerus keluar ( continuous tear), dan air mata emosional. Air mata refleks membersihkan kotoran-kotoran, seperti asap dan debu dari mata. Air mata yang keluar terus-menerus akan melumasi mata dan membantu melindunginya dari infeksi. Air mata emosional mengandung  hormon stres  dan racun lainnya. Para peneliti yakin bahwa menangis dapat mengeluarkan racun dari sistem tubuh (Florencia, 2020).

 

Menangis dalam perspektif psikologi

Menurut Jonathan Rottenberg peneliti dan profesor psikologi dari University of South Florida menyebutkan bahwa menangis merupakan sinyal, penanda yang kita berikan kepada orang lain bahwa kita rapuh dan butuh berbagi.

Rapuh adalah kondisi emosional yang wajar. Psikolog mengungkapkan bahwa tidak selamanya manusia harus kuat, saat kondisi tertentu menangis adalah ekspresi yang wajar. Saat menangis salah satu area otak menjadi aktif. Menangis juga menjadi penanda bahwa manusia mampu merasakan penderitaan yang lain dan empati. Dengan menangis seseorang bisa merespons perasaan atau kondisi manusia yang lain, seperti saat melihat bencana alam atau berita duka dari orang terdekat.

Lauren M. Bylsma, Ph.D. dari University of Pittsburgh memiliki pendapat menarik tentang korelasi menangis dan kondisi psikologis manusia. Dalam artikel yang dimuat di Journal of Research in Personality 2011, Bylsma berargumen dengan seseorang menangis punya korelasi positif dan pengaruh besar. Psikolog menemukan ada beberapa jenis orang yang tidak mampu menangis, seperti psikopat, sosiopat atau orang dengan gangguan kesehatan mental. Namun, bukan berarti mereka tidak normal atau tidak sehat. Beberapa orang memang memiliki tubuh yang tidak bisa memproduksi air mata sama sekali. Pasien dengan Sjogren Sindrome misalnya kesulitan untuk memproduksi air mata. Sementara yang lain menganggap bahwa menangis adalah bentuk ketakmampuan mengendalikan diri dan kelemahan. Mereka menganggap menangis adalah sikap cengeng seorang perempuan. Namun, yang pasti menangis punya fungsi kesehatan, jadi menangislah bila memang saatnya menangis dan berbahagialah jika kita masih mampu menangis.

 

Menangis dalam perspektif Islam

Islam sangat perhatian terhadap perilaku menangis. “ Dan bahwasanya Dialah Yang menjadikan orang tertawa dan menangis. ” (QS. An-Najm : 43). Jadi siapa yang membuat manusia menangis? Jawabannya Allah, dengan segala prosesnya yang rasional. “ Menangislah kalian semua. Dan apabila kamu tidak dapat menangis maka pura-pura menangislah kamu” (HR.Ibnu Majah dan Hakim). Dalam konteks yang tepat, justru menangis lebih disarankan dalam Islam. Dalam berbagai ayat Alquran maupun hadist disebutkan bahwa Allah sangat senang melihat hambanya menangis. Namun, menangis seperti apa yang sangat disukai dalam Islam? Seorang yang takut kepada Allah, apakah hidupnya sudah sesuai antara apa yang diberikan Allah kepadanya dengan apa yang dia perbuat untuk Allah, kemudian dia menangis, karena apa yang dia berikan dalam bentuk pengabdian kepada Allah ternyata jauh lebih sedikit, bahkan tidak terlihat sama sekali. Menangis seperti ini akan berdampak pada seseorang untuk selalu memperbaiki, karena rahmat Allah tidak pernah bisa disaingi dengan ibadah dan perbaikan apapun juga. Rasulullah pernah bersabda,Andaikata kamu mengetahui apa yang aku ketahui, kamu semua akan sedikit tertawa dan banyak menangis ” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Manfaat menangis untuk kesehatan fisik dan mental

1.    Mengurangi stress

2.    Meningkatkan Mood/suasana hati

3.    Melegakan perasaan

4.    Membunuh bakteri

 

Terlepas dari manfaat menangis, kita harus tetap memperhatikan beberapa hal saat menangis. Pertama, jangan menangis dengan suara yang sangat keras/ meraung-raung. Kedua, sebaiknya menangislah di tempat yang tepat agar tidak merasa malu. Hindari menangis di tempat umum dan pergilah ke tempat lain yang nyaman untuk menangis.

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini