Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Pangkalan Bun > Artikel
BOLEHKAH SAYA MARAH?
Dina Arinda Putri
Selasa, 14 Maret 2023   |   8067 kali

Bolehkah Saya Marah?

Tentang cara mengontrol emosi saat kerja Pernahkah Anda marah saat melakukan pekerjaan? Marah terhadap atasan yang memberikan pekerjaan terus menerus dan selalu mendapat perbaikan pada setiap detailnya? Sebagai pegawai, boleh nggak sih kita marah? Protes terhadap pekerjaan yang diberikan kepada kita? Jawabannya ada di artikel ini ya!

Marah merupakan salah satu bentuk emosi dasar yang dipunyai oleh manusia. Jadi, wajarsaja jika manusia marah terhadap sesuatu. Marah merupakan “survival kit” di otak. Yang berarti cara otak menghadapi hal yang dirasa mengancam tubuh lalu menyalurkannya melalui emosi yang disebut marah. Tapi yang menjadi perhatian, kita boleh marah nggak ya sebagai pegawai?

Pertama, mengapa kita bisa marah? Marah merupakan kombinasi dari kualitas diri yang dipicu oleh suatu peristiwa dan cara menilai diri terhadap situasi yang terjadi (Deffenbacher). Kualitas diri yang dimaksud adalah rendahnya toleransi terhadap frustasi, kelelahan, tidak mahir melatih keterampilan coping (mengatasi stres). Kualitas diri tersebut mendekatkan seseorang pada kondisi mudah tersulut amarahnya. Selain itu, kebiasaan merasa selalu benar, senang menyalahkan orang lain, kurang melihat keberhasilan orang sebagai hal baik, dan lebih menyukai “menghukum” diri sendiri akan mendekatkan seseorang pada kondisi mudah frustasi yang mengakibatkan mudah tersulut.

Kedua, apa saja penyebab kita bisa marah? Marah dapat disebabkan oleh beberapa hal. Terdapat lima hal yang paling umum bisa menyulut amarah, antara lain:

1. Ekspektasi tidak tercapai

2. Diperlakukan tidak adil

3. Merasa tidak dihormati

4. Merasa terancam

5. Merasa tidak berdaya

Ternyata, kelima hal umum tersebut tidak dapat menjadi patokan setiap orang yang tersulut amarahnya. Masing-masing kita memiliki pencetus amarah sendiri, tidak ada faktor tunggal bagi setiap individu. Kenapa bisa begitu? Ingat pada klausa pertama, emosi dipicu oleh kombinasi keadaan yang pastinya akan berbeda pada setiap manusia.

Ketiga, apakah marah dapat mempengaruhi cara kerja tubuh kita? Proses bagaimana amarah dapat terbentuk pada tubuh kita sangat simple. Seperti yang telah dijelaskan di atas, sumber atau pemicu amarah sangat beragam. Jika sedikit saja tubuh merasakan pemicu itu, hal tersebut akan mengaktifkan bagian otak yang disebut amigdala sebelum kita menyadarinya. Kemudian, amigdala akan mengaktifkan bagian otak lain yaitu hipotalamus. Hipotalamus akan memberikan sinyal pada kelenjar pituari untuk melepaskan hormon pelepas kortikotropin ( corticotropin-releasing hormone atau CRH). Dari kelenjar pituari akan mengaktifkan kelenjar adrenal dengan melepas hormon adrenokortikotropik (adrenocorticotropic hormone atau ACTH). Nah, kelenjar adrenal akan mengeluarkan hormon seperti kortisol, adrenalin, dan noradrenalin. Semua hormon tersebut yang menyebabkan rasa kita ingin marah, menonjok orang, jantung berdebar, dada sesak, dan gejala fisik lain saat sedang marah.

Otak merupakan bagian tubuh manusia yang berisi banyak bagian. Bagian yang paling dipengaruhi saat kita marah adalah prefontal korteks yang terletak di belakang dahi. Peningkatan hormon kortisol saat kita marah, akan menyebabkan bagian prefontal korteks ini kelebihan kalsium yang berakibat sel-sel yang sehat akan mati. Artinya, kemampuan kita berpikir logis akan menurun dalam waktu singkat dan berskala besar. Dapat dilihat pada kebanyakan orang yang sedang marah akan melakukan sesuatu di luar nalar seperti menggebrak meja, berantem, teriak kencang, dan lain sebagainya. Mengapa? Karena proses untuk berpikir logis terputus pada bagian prefontal korteks tadi.

Selain prefontal konteks, bagian otak yang terpengaruh adalah hippocampus atau hipokampus. Hipokampus merupakan bagian otak yang mengatur tentang memori. Kebanyakan orang yang marah pasti lupa apa yang dia bicarakan saat marah. Ya, karena hipokampusnya terganggu.

Ternyata, marah juga mempengaruhi kerja bagian tubuh lain. Pada sistem kardiovaskuler, cara kerja organ tubuh akan meningkat seperti detak jantung, tekanan darah, tingkat glukosa. ketika gejala menjadi kronis, pembuluh darah menjadi tersumbat dan rusak. hal ini dapat mengakibatkan stoke hingga serangan jantung. Sistem imun akan menurun, begitu pula organ lain akan ikut terdampak.

Keempat, apakah orang yang mudah marah bisa "sembuh"? Hal yang dapat kita lakukan adalah menelusuri akar dari amarah itu sendiri. Tiga klasifikasi yang dapat dipahami antara lain:

1. Pembelajaran masa kecil Cara orang tua kita memberikan pelajaran sangat mempengaruhi bagaimana kita bersikap saat marah. Kebiasaan buruk yang dialami saat kecil dapat berupa:

a. Hanya mengerti bahwa bertindak agresif/meledakkan emosi adalah hal yang wajar

b. Dilarang/dihambat/dihukum ketika merasa marah

c. Menyaksikan orang lain meledakkan amarah dan menjadi takut karenanya (tidak melihat bahwa marah itu dapat berbentuk lebih sehat)

2. Pengalaman negatif Adanya kemungkinan pengalaman negatif yang tidak terekspresikan dengan baik (seperti abuse, bully, trauma lain) membuat “sisa” amarah masih bergejolak hingga saat ini.

3. Situasi saat ini Proses bertumbuhnya manusia juga dapat berpengaruh terhadap emosi amarah saat ini. Terlalu banyak tanggung jawab/urusan yang menggantung dapat memicu emosi yang tidak stabil yang menjadikannya mudah marah. Selain itu, duka, kecewa, dan kesedihan dapat memicu seseorang sehingga mudah marah. 

Sebagai manusia yang mudah marah, ada beberapa hal baik yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Bernapas Sekadar bernapas pun bisa membuat kita meredakan amarah yang ada dalam diri. Kita menduga bernapas sudah terjadi “begitu saja”, padahal tidak. Mengatur napas dilakukan agar tubuh tidak kekurangan oksigen, sekaligus menata ritme dan proses kendali diri. Dengan napas yang lebih baik, sinyal stres tubuh berkurang dan kita bisa mengendalikan diri kita.

2. Keterampilan Coping (mengendalikan stres)

a. Emotion Focused Mengurangi tekanan dengan berfokus pada peredaan emosi. Dapat dilakukan dengan menangis, bernyanyi, mendengarkan musik, dan sebagainya.

b. Problem Focused Mengurangi tekanan dengan berfokus pada penyelesaian masalah. Dapat dilakukan dengan bertanya, meminta bantuan, belajar keterampilan tertentu, dan segera menyelesaikan tugas.

3. Melatih untuk mengubah cara pandang terhadap situasi Yakinkan diri bahwa Anda yang dapat mengendalikan diri, bukan emosi.

Jadi, bolehkah kita marah?

Tentu saja boleh. Tapi, dengan ekspresi yang terukur. Kita boleh marah namun jangan meng-overwrite pilihan rasional lainnya dengan marah. Coba berpikir logis terlebih dahulu, ambil napas yang dalam dan renungkan. Pantas nggak ya saya marah karena hal ini?


Referensi: Bolehkah Saya Marah? Oleh Adhityawarman Menaldi (Psikolog) dalam acara Workshop Psikoedukasi Itjen Kemenkeu 2022

Oleh: Eka Febri Nugraheni Soesilo


Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini