Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Merenda Sejarah di Lembah Bada
Neni Puji Artanti
Kamis, 09 November 2023   |   869 kali

Negeri Seribu Megalit adalah julukan bagi Provinsi Sulawesi Tengah yang menyimpan berbagai peninggalan dari era megalitikum yang tersebar di beberapa wilayah. Era megalitikum atau zaman batu besar merupakan bagian dari zaman batu sebelum memasuki zaman perunggu yang terjadi sekitar 1000 sampai 3500 tahun sebelum masehi. Maka begitu banyaknya peninggalan dari era tersebut yang masih dapat kita lihat di Provinsi Sulawesi Tengah, menjadi sebuah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan bagi mereka yang mengunjungi Bumi Sulawesi Tengah. Peninggalan-peninggalan tersebut tersebar di beberapa wilayah, salah satunya adalah Lembah Bada. Lembah yang berjarak kurang lebih 340 kilometer dari Kota Palu ini masuk ke kawasan Taman Nasional Lore Lindu.

Akses jalan dari Tentena, sebuah kelurahan di Kabupaten Poso, untuk menuju Lembah Bada cukup baik walaupun cukup terjal dan berliku. Di balik akses yang tak mudah tersebut, tersimpan harta yang begitu berharga bagi peradaban manusia. Perjalanan selama 2 jam dari Tentena ke Lembah Bada tak akan membuat kita bosan meski tak ada akses internet. Pemandangan hutan yang masih belum banyak tersentuh sungguh menakjubkan. Terdapat pula sungai yang menarik perhatian wisatawan yang biasa disebut Cola River yang julukan tersebut berwarna bak minuman cola. Namun warna coklat cola tersebut bukan berasal dari pencemaran air, tapi disebabkan oleh jenis mineral dan batuan yang dilewati air sungai. 

Memasuki Lembah Bada bak memasuki mesin waktu. Masih banyak terlihat rumah tradisional suku setempat yang terbuat dari kayu. Pemandangan lembahnya pun sungguh indah. Tak banyak sinyal handphone yang bisa didapat di lembah cantik ini. Peninggalan zaman megalitikum tersebar di beberapa desa di Lembah Bada. Ada yang mudah diakses dengan kendaraan roda empat, namun ada yang mengharuskan wisatawan berjalan cukup jauh untuk mencapai patung megalitik. Terdapat patung-patung yang menyerupai manusia baik berjenis kelamin pria, wanita, ataupun non biner, juga patung yang menyerupai hewan.

“Banyak temuan tradisi megalitik yang sampai saat ini masih menyimpan misteri. Lembah-lembah di Sulawesi Tengah merindu sentuhan para ahli arkeologi” ucap fotografer Feri Latief kepada Majalah National Geographic Indonesia.

Perjalanan dari satu desa ke desa lain yang kadang harus ditempuh dengan berjalan kaki di antara sawah-sawah rasanya terbayarkan. Berbagai situs membuat pengunjung membayangkan bagaimana masyarakat masa itu membuat situs yang begitu presisi. Ada berbagai macam situs yang diduga sebagai tempat pemujaan, representasi dewa, makam, hingga kalender. Telah banyak peneliti melakukan penelitian terhadap situs yang ada di Lembah Bada ini.

Patung terbesar era megalitikum yang dapat ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah juga ada di lembah ini, patung tersebut bernama Patung Palindo. Patung setinggi 4,5 meter ini terletak di Desa Sepe yang menjadi representasi penduduk mitologis pertama dari Desa Sepet. Pada Tahun 2023, sosok Patung Palindo muncul di banyak spanduk, baliho, dan beragam publikasi pemerintah daerah di Provinsi Sulawesi Tengah. Memang pihak Pemda memberikan imbauan kepada seluruh masyarakat dan pelaku usaha event untuk menggunakan Patung Palindo dalam rangka memperkuat jenama (branding)  Provinsi Sulawesi Tengah sebagai wilayah yang memiliki peninggalan berharga berupa situs era megalitikum guna mempercepat pengakuan dunia dari UNESCO.

Area di mana Patung Palindo berada juga menjadi tempat Gubernur Provinsi Sulawesi Tengah, Rusdi Mastura, didampingi Bupati Poso, Verna Gladies Merry Inkiriwang, mencanangkan  Provinsi Sulawesi Tengah sebagai Negeri 1000 Megalith sebagai bagian dari pembangunan budaya yang dilaksanakan pada 10 Oktober 2023. Selain Patung Palindo, terdapat sebaran situs megalitikum yang salah satu di antaranya adalah Situs Megalitik Suso di mana dalam satu area yang berdekatan terdapat berbagai macam arca megalitikum berbentuk manusia, hewan, dan benda yang masih menjadi misteri fungsi pastinya.

            Pencanangan ini selayaknya dibarengi dengan edukasi kepada masyarakat melalui berbagai media tentang nilai sejarah megalitikum. Sebuah peninggalan ribuan tahun yang masih utuh hingga saat ini merupakan hal yang fenomenal. Disiplin berasal dari pemahaman. Masyarakat harus memahami betapa berharganya nilai sejarah situs megalitikum agar dapat menjaga kelestariannya. Jangan sampai di masa depan muncul pada headline berita tentang vandalisme pada situs berusia ribuan tahun akibat masyarakat tidak memahami makna situs-situs tersebut dan betapa pentingnya menjaga keasliannya.

            Perjalanan ke Lembah Bada mengajarkan tentang penjagaan tradisi ribuan tahun dan penghargaan kepada situs dan ritus. Kesederhanaan penduduk Lembah Bada mengajarkan tentang rasa cukup dan rasa syukur atas anugerah alam semesta. Ribuan pertanyaan peneliti dan pengunjung yang jawabannya tak pasti, tak mengurangi tekad masyarakat Sulawesi Tengah untuk berkhidmat dan menjaga peninggalan di ribuan tahun ke depan. (teks dan gambar oleh Neni Puji Artanti)


gambar patung palindo pada era kolonial berasal dari : https://id.wikipedia.org/wiki/Palindo



Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini