Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Lomba 17 Agustusan, Tradisi yang Sangat Melekat dan Selalu Ditunggu Tunggu
Angger Dewantara
Senin, 21 Agustus 2023   |   3020 kali

Bulan Agustus selalu menjadi bulan yang special bagi seluruh rakyat Indonesia dimanapun berada. Bagaimana tidak? Setiap tahunnya masyarakat Indonesia selalu memperingati hari ulang tahun atau Dirgahayu Republik Indonesia dengan beragam kegiatan menarik. Momen upacara pun tidak pernah terlupakan untuk dapat sejenak khidmat menjalani upacara dan mengenang jasa para pahlawan yang telah berkorban demi tercapainya kemerdekaan Republik Indonesia yang tahun ini genap berusia 78 tahun.

Selain upacara, tentu menyelenggarakan lomba menjadi hal yang wajib bagi banyak masyarakat Indonesia. Lomba-lomba selalu digelar untuk memeriahkan peringatan hari kemerdekaan yang bias kita sebut ‘17 Agustusan’. Walaupun sederhana namun selalu dapat menciptakan ke-guyub-an masyarakat dan mengundang gelak tawa yang semakin menghangatkan suasana. Momen lomba ini selalu seru mengundang seluruh kalangan usia, dari mulai anak kecil bahkan hingga lansia juga bisa mengikuti lomba. Beragam hadiah juga disiapkan untuk semakin menambah keseruan kegiatan lomba dan sebagai bentuk apresiasi terhadap peserta lomba.

Dari tahun ke tahun meskipun hampir sama, namun kita tidak pernah bosan untuk menyaksikan bahkan mengikuti lomba lomba tersebut. Beberapa lomba yang begitu lekat dengan perayaan kemerdekaan Indonesia misalnya balap karung, makan kerupuk, panjat pinang, tarik tambang dan balap bakiak. Saat ini, lomba-lomba semakin beraneka ragam, meski begitu lomba-lomba diatas menjadi menu wajib bagi panitia lomba, karena merupakan ciri khas lomba 17 agutusan yang tidak boleh dihilangkan.

Namun, meski dilakukan hampir setiap tahun, tak banyak masyarakat Indonesia sadar asal mula tradisi perayaan 17 Agustus tersebut. Padahal, beberapa jenis perlombaan sebenarnya punya sejarah dan filosofi tersendiri. Dari mana awal mulanya?

Hingga kini tidak diketahui pasti siapa tokoh pelopor tradisi perlombaan untuk menyambut Hari Kemerdekaan Indonesia. Namun pastinya tradisi perlombaan pada hari kemerdekaan mulai marak pada saat Indonesia merayakan ulang tahun kelima pada tahun 1950 namun belum diketahui dengan jelas siapa tokoh yang dibalik perayaan lomba ini.

Di tahun tersebut, intensitas pertempuran merebut kemerdekaan mulai berkurang sehingga perlombaan ini dapat dinilai sebagai ungkapan kegembiraan dan perayaan atas kemerdekaan Indonesia. Menurut Heri Priyatmoko, panjat pinang pernah menjadi salah satu hiburan pada saat pernikahan Mangkunegara VII. Dari masa sebelum kemerdekaan hingga saat ini, berbagai perlombaan tersebut masih eksis menjadi penyemarak perayaan HUT RI.

KPKNL Palu sendiri tidak ketinggalan, juga turut melaksanakan lomba 17 agustusan (18/8/2023) yang digelar di halaman depan KPKNL Palu dan mengajak seluruh pegawai sebagai peserta lomba. Lomba yang digelar diantaranya balap kelereng, makan kerupuk, memasukkan sedotan ke dalam botol, voli sarung air, hingga ular naga balon. Kiki, panitia lomba mengatakan, “Lomba sengaja digelar dan dibagi kedalam kategori kelompok dan kategori individu. Tentu selain menyemarakkan peringatan hari kemerdekaan, momen ini juga sebagai momen silaturahmi dan mengeratkan sinergi antar pegawai dan menciptakan suasana yang guyub di lingkungan kerja.” Meskipun digelar dengan sederhana, namun momen lomba berhasil memecah tawa seluruh pegawai, yang begitu antusian mengikuti rangkaian lomba.

Hadiah yang disiapkan juga menarik, yaitu snack yang disajikan dalam bentuk rentengan, sehingga terlihat menarik untuk dikalungkan bak medali ke pemenang lomba nantinya. Selepas lomba, kegiatan sarapan nikmat dari Bubur Manado menambah suasana hangat di tengah pegawai.

Tidak hanya sekadar lomba, setiap lomba juga memiliki esensi dan makna-nya masing-masing loh misalnya lomba bakiak, bakiak merupakan permainan tradisional anak-anak Sumatra Barat yang dimainkan hingga tahun 1970-an. Sedangkan di Jawa Tengah, bakiak adalah sejenis sandal yang telapaknya terbuat dari kayu ringan dengan pengikat kaki dari ban bekas yang dipaku di kedua sisinya.

Konon, bakiak diinspirasikan oleh Jepang yang sudah memakai telapak kayu untuk Geisha-Geisha yaitu seniman atau penghibur tradisional Jepang. Dalam konteks perlombaan, balap bakiak menjadi simbol kerjasama dan kekompakan. Permainan ini dapat dimenangkan jika kita memiliki langkah yang harmonis dan kuat. Maknanya adalah untuk mencapai tujuan bersama, semua unsur yang terlibat harus bekerja dan saling bahu-membahu untuk mencapai kemerdekaan pada masa penjajahan dahulu.

Lomba makan kerupuk, meskipun sangat sederhana yaitu hanya sebatas diikat dan hanya diboleh dimakan tanpa menggunakan tangan, namun klomba makan kerupuk menjadi lomba yang paling ikonik karena sangat mencerminkan kondisi pada saat perebutan kemerdekaan dahulu kala. Ide lomba ini diawali dengan melihat kondisi masyarakat Indonesia di zaman penjajahan yang makan serba apa adanya. Kerupuk merupakan makanan yang murah dan mudah didapat oleh masyarakat, namun makanan sederhana ini tidak menyurutkan semangat juang  para pejuang kemerdekaan di masa penjajahan untuk menggapai kemerdekaan.

Lomba panjat pinang, dahulu permainan ini digunakan sebagai hiburan dan bahan candaan bagi kaum kolonial pada acara pernikahan maupun hajatan. Orang Belanda mengadakan permainan ini dan pesertanya adalah masyarakat Indonesia yang memperebutkan ‘barang mewah’ seperti keju, gula, dan kemeja yang ditaruh di atas pohon pinang atau tiang. Saat ini, lomba panjat pinang dapat dimaknai sebagai panjangnya perjuangan Indonesia meraih kemerdekaan, oli sebagai pelicin menggambarkan rintangan dari penjajah dan hadiah di puncak menggambarkan keberhasilan Indonesia meraih kemerdekaan.

Beberapa jenis lomba banyak bermunculan saat ini, meskipun begitu sebagai masyarakat dan warganegara Indonesia, tentunya kita harus memaknai kegiatan tersebut sebagai bentuk sukacita merdekanya bangsa Indonesai dari jajahan bangsa lain. Kita boleh mengartikan sendiri esensi setiap lomba di benak masing-masing. Namun, satu hal yang pasti bahwa semua lomba menggambarkan sukacita dan perjuangan yang harus dilakukan para pejuang yang telah mendahului kita untuk mencapai kemerdekaan. Meskipun zaman semakin berkembang, namun kita perlu untuk mempertahankan tradisi ini. (Tulisan dan gambar oleh : Angger Dewantara)

Referensi :


  1. https://edukasi.kompas.com/read/2016/08/15/17324521/apa.sih.makna.lomba.17.agustusan.?page=all (diakses pada 21/08/2023)
  2. https://aiya.org.au/id/2020/08/21/bukan-sekedar-lomba-begini-pentingnya-memahami-sejarah-dan-makna-lomba-17-agustus/ (diakses pada 21/08/2023)
Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini