Rasanya saat ini nyaris setiap orang
tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Bahkan saat ini semakin banyak orang
yang memilih pekerjaan penuh waktu yang menggunakan media sosial sebagai alat
utama dalam bekerja. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita belum mengenal
pekerjaan seperti Social Media Analist,
Content Creator, Content Strategist, Digital Project Manager, Social Media
Specialist, Social Media Strategist. Pekerjaan-pekerjaan yang saat ini
menduduki posisi strategis dalam fundamental sosial masyarakat.
Jenama atau popular dengan sebutan branding menjadi penting, tidak hanya
bagi mereka yang bekerja penuh waktu di bidang media sosial, namun juga untuk
orang pada umumnya, korporasi, bahkan institusi pemerintah.
Pertanyaan
pertama adalah : kesan apa yang ingin
kita bangun di media sosial?
Jawaban dari pertanyaan ini nyaris tak
terbatas. Sebut saja bidang pariwisata. Banyak sudut pandang yang bisa diambil
pada pegiat media sosial di bidang pariwisata. Bidang pariwisata saja dapat
terbagi menjadi banyak tema : review akomodasi, kuliner, petualangan ekstrim,
perjalanan mewah, perjalanan budget, bahkan misteri/horror.
Hal paling penting adalah jangan
menjadi persona yang bukan merupakan diri kita. Tentu saja tidak semua kita
ungkapkan dalam media sosial, terutama jika kita telah menetapkan tujuan dalam membangun
personal branding. Namun, menjadi
sosok yang sama sekali bukan merupakan diri kita akan membuat proses perawatan
(maintaining) media sosial menjadi
berat.
Satya Winnie, seorang pejalan dan petualang wanita, membagikan tips dalam membangun personal branding di media sosial. Perempuan yang menampakkan berbagai keseruan petualangannya di berbagai platform ini berkisah bertempat sebuah sudut homestay bertema Ecogreen di Kota Palu, Hannah Homestay, pada 10 Juli 2023. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun personal branding di media sosial
1. Kualitas Visual.
Penampilan konten yang dihasilkan tentu bukan satu-satunya faktor yang harus dipenuhi, namun kualitas visual yang baik merupakan jembatan pesan yang membuat para pengikut aware akan konten yang dibuat. Faktor kualitas visual tentu menjadi perhatian pada konten yang memuat kisah perjalanan. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar juga bagaimana data yang dihasilkan dapat diolah untuk berbagai platform. Tentu ada content creator yang mengkhususkan diri pada platform tertentu. Namun, jika memang jangkauan akses menjadi salah satu hal yang menjadi tujuan seorang content creator, maka konten yang dapat diolah ke multiplatform tentu menjadi keunggulan tersendiri. Facebook, Instagram, Twitter, YouTube, TikTok, memiliki segmen pengguna dan teknik penyajian konten masing-masing yang perlu dipelajari oleh seorang content creator.
2. Membangun relasi
Dunia maya saat ini tak bisa
dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat, ia satu kesatuan. Maka membangun
jejaring menjadi modalitas yang kuat dalam membentuk personal branding. Jejaring di sini perlu dibangun tidak hanya daring,
namun juga luring. Akan ada sebuah fase di mana jejaring daring akan
mendatangkan manfaat/kesempatan secara luring, begitu pula sebaiknya. Riuh
media sosial saat ini tidak seharusnya ditanggapi dengan persaingan, namun
justru kolaborasi.
3. Story Telling.
Angka pengikut bukanlah sesuatu yang
utama. Pengikut yang berkualitas dan memiliki keterikatan (engagement) yang tinggi menjadi kekuatan tersendiri dibanding
dengan sekadar angka. Keterikatan ini dibangun melalui interaksi. Salah satu
cara membangun keterikatan dalam platform
bertema pariwisata adalah dengan bercerita. Hendaknya konten tidak hanya berisi
keindahan visual, namun juga ada kisah di baliknya memiliki nilai bagi mereka
yang membacanya.
4. Kehausan untuk belajar.
Yang mengantarkan kita ke tujuan kita
ada pengetahuan. Bagaimana menjadi story
teller yang baik dibangun melalui pengetahuan. Buku telah lama menjadi
sumber pengetahuan bagi manusia. Namun saat ini, platform seakan menjadi
perpustakaan tak terbatas bagi manusia. Maka akses luas ini perlu dihidupi
dengan kemauan dan kehausan untuk belajar, berpikir, dan menjawab rasa
penasaran.
“Hidup itu singkat. Mari memanusiakan
manusia” - Satya Winnie
Prinsip tersebut saat ini sangat
mungkin diwujudkan melalui media sosial. Banyak hidup manusia berubah melalui
media sosial. Banyak kisah inspiratif yang melintas jarak melalui story telling di media sosial. Ada
banyak gerakan kebaikan dan aktivisme yang menggunakan media sosial sebagai
alat komunikasi yang sangat efektif. Mari memaknai laman media sosial dengan
persona dan kisah yang menjadi perpanjangan tangan kebaikan bagi manusia.
*) Artikel ditulis berdasarkan rangkuman sesi diskusi bersama Satya Winnie, seorang petualang perempuan yang aktif di media sosial
Referensi Tambahan :
https://satyawinnie.com/
https://www.indeed.com/career-advice/finding-a-job/job-titles-social-media