Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Digital Story Telling dan Membangun Branding di Media Sosial
Neni Puji Artanti
Selasa, 11 Juli 2023   |   190 kali

Rasanya saat ini nyaris setiap orang tidak bisa dipisahkan dari media sosial. Bahkan saat ini semakin banyak orang yang memilih pekerjaan penuh waktu yang menggunakan media sosial sebagai alat utama dalam bekerja. Beberapa tahun yang lalu mungkin kita belum mengenal pekerjaan seperti Social Media Analist, Content Creator, Content Strategist, Digital Project Manager, Social Media Specialist, Social Media Strategist. Pekerjaan-pekerjaan yang saat ini menduduki posisi strategis dalam fundamental sosial masyarakat.

Jenama atau popular dengan sebutan branding menjadi penting, tidak hanya bagi mereka yang bekerja penuh waktu di bidang media sosial, namun juga untuk orang pada umumnya, korporasi, bahkan institusi pemerintah.

Pertanyaan pertama adalah : kesan apa yang ingin kita bangun di media sosial?

Jawaban dari pertanyaan ini nyaris tak terbatas. Sebut saja bidang pariwisata. Banyak sudut pandang yang bisa diambil pada pegiat media sosial di bidang pariwisata. Bidang pariwisata saja dapat terbagi menjadi banyak tema : review akomodasi, kuliner, petualangan ekstrim, perjalanan mewah, perjalanan budget, bahkan misteri/horror.

Hal paling penting adalah jangan menjadi persona yang bukan merupakan diri kita. Tentu saja tidak semua kita ungkapkan dalam media sosial, terutama jika kita telah menetapkan tujuan dalam membangun personal branding. Namun, menjadi sosok yang sama sekali bukan merupakan diri kita akan membuat proses perawatan (maintaining) media sosial menjadi berat.

Satya Winnie, seorang pejalan dan petualang wanita, membagikan tips dalam membangun personal branding di media sosial. Perempuan yang menampakkan berbagai keseruan petualangannya di berbagai platform ini berkisah bertempat sebuah sudut homestay bertema Ecogreen di Kota Palu, Hannah Homestay, pada 10 Juli 2023. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membangun personal branding di media sosial

1. Kualitas Visual.

Penampilan konten yang dihasilkan tentu bukan satu-satunya faktor yang harus dipenuhi, namun kualitas visual yang baik merupakan jembatan pesan yang membuat para pengikut aware akan konten yang dibuat. Faktor kualitas visual tentu menjadi perhatian pada konten yang memuat kisah perjalanan. Yang perlu diperhatikan dalam pengambilan gambar juga bagaimana data yang dihasilkan dapat diolah untuk berbagai platform. Tentu ada content creator yang mengkhususkan diri pada platform tertentu. Namun, jika memang jangkauan akses menjadi salah satu hal yang menjadi tujuan seorang content creator, maka konten yang dapat diolah ke multiplatform tentu menjadi keunggulan tersendiri. Facebook, Instagram,  Twitter, YouTube, TikTok, memiliki segmen pengguna dan teknik penyajian konten masing-masing yang perlu dipelajari oleh seorang content creator.


2. Membangun relasi


Dunia maya saat ini tak bisa dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat, ia satu kesatuan. Maka membangun jejaring menjadi modalitas yang kuat dalam membentuk personal branding. Jejaring di sini perlu dibangun tidak hanya daring, namun juga luring. Akan ada sebuah fase di mana jejaring daring akan mendatangkan manfaat/kesempatan secara luring, begitu pula sebaiknya. Riuh media sosial saat ini tidak seharusnya ditanggapi dengan persaingan, namun justru kolaborasi.


3. Story Telling.


Angka pengikut bukanlah sesuatu yang utama. Pengikut yang berkualitas dan memiliki keterikatan (engagement) yang tinggi menjadi kekuatan tersendiri dibanding dengan sekadar angka. Keterikatan ini dibangun melalui interaksi. Salah satu cara membangun keterikatan dalam platform bertema pariwisata adalah dengan bercerita. Hendaknya konten tidak hanya berisi keindahan visual, namun juga ada kisah di baliknya memiliki nilai bagi mereka yang membacanya.


4. Kehausan untuk belajar.


Yang mengantarkan kita ke tujuan kita ada pengetahuan. Bagaimana menjadi story teller yang baik dibangun melalui pengetahuan. Buku telah lama menjadi sumber pengetahuan bagi manusia. Namun saat ini, platform seakan menjadi perpustakaan tak terbatas bagi manusia. Maka akses luas ini perlu dihidupi dengan kemauan dan kehausan untuk belajar, berpikir, dan menjawab rasa penasaran.


“Hidup itu singkat. Mari memanusiakan manusia” - Satya Winnie

Prinsip tersebut saat ini sangat mungkin diwujudkan melalui media sosial. Banyak hidup manusia berubah melalui media sosial. Banyak kisah inspiratif yang melintas jarak melalui story telling di media sosial. Ada banyak gerakan kebaikan dan aktivisme yang menggunakan media sosial sebagai alat komunikasi yang sangat efektif. Mari memaknai laman media sosial dengan persona dan kisah yang menjadi perpanjangan tangan kebaikan bagi manusia.

 

 

*) Artikel ditulis berdasarkan rangkuman sesi diskusi bersama Satya Winnie, seorang petualang perempuan yang aktif di media sosial 

Referensi Tambahan :

https://satyawinnie.com/

https://www.indeed.com/career-advice/finding-a-job/job-titles-social-media

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini