Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Jambi > Berita
Peran Taman Nasional Kerinci Seblat dalam Kontribusi Penerimaan Negara
Helisa Wini Novita
Rabu, 30 November 2022   |   928 kali

Sejak tahun 2004, Kawasan TNKS telah diakui keberadaannya sebagai Situs Warisan Dunia atau World Heritage Site oleh UNESCO. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan kawasan yang dikenal dengan keanekaragaman ekosistem yang sangat tinggi dan kekayaan plasma nutfah yang berpadu dengan budaya masyarakat setempat.

Dengan wilayah kawasan yang mencakupi 4 (empat) provinsi, yakni: Sumatera Selatan-Bengkulu-Jambi-Sumatera Barat, dan secara administratif wilayah TNKS berada di 14 (empat belas) kabupaten dan 2 (dua) kota, total luas wilayahnya mencapai 1.4 juta hektar. Hal ini tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan tahun 2004 No. 420/Menhut-II/2004 yang menetapkan luas TNKS menjadi sekitar 1.389.509.867 hektar.

Pengelolaan TNKS berada pada unit pelaksana teknis pengelolaan taman nasional Balai Besar TNKS yang berada di bawah dan bertanggung jawab secara langsung pada Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Unit Pelaksana Teknis ini memiliki 3 (tiga) Kantor Bidang Pengelolaan Taman Nasional (BPTN) yaitu: BPTN Wilayah I, BPTN Wilayah II, dan BPTN Wilayah III. BBTNKS, selain memiliki tugas sebagai penyelenggara konservasi sumber daya alam dan ekosistem di dalam kawasan taman nasional juga memiliki fungsi salah satunya adalah melakukan inventarisasi atas potensi, penataan kawasan, dan penyusunan rencana pengelolaan.

Daerah kawasan taman nasional telah dikenal luas akan kawasan Maha Taman yang memiliki tingkat keanekaragaman yang sangat tinggi dengan sebagaian besar kawasan adalah hutan hujan tropis yang memiliki beragam tipe vegetasi dari low land forest sampai mountain forest dan areal lahan adalah lahan basah. Untuk Fauna, terdapat dua species yang menjadi fokus pengelolaan yaitu Gajah Sumatera dan Harimau Sumatera. Dengan ragam ekosistem terdiri-dari lebih dari 371 jenis burung dan lebih dari 85 jenis mamalia, 7 jenis primata, 6 jenis amfibi, dan 10 jenis reptilia.

Seperti halnya taman nasional, kawasan ini tentunya memiliki potensi yang sangat tinggi untuk dikelola sebagai kawasan wisata alam. Selain wilayah strategis untuk pelestarian hayati, juga mendukung pembangunan berkelanjutan. Gunung Kerinci, Danau Gunung Tujuh, Danau Kaco, Air Terjun Lumpo, Rawa Bento, Bukit Bontak adalah salah satu bentuk destinasi wisata yang potensial.

Terdapat beberapa program prioritas dalam pengelolaan kawasan taman nasional ini. Penanganan perambahan kawasan, pemberantasan illegal logging, pemberantasan perburuan dan perdagangan satwa liar, peningkatan kemitraan konservasi, dan pengembanan pariwisata alam dan jasa lingkungan adalah fokus program prioritasnya. Direktur Jenderal KSDAE (Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem) menyampaikan terdapat sepuluh cara baru untuk mengelola kawasan konservasi di Indonesia salah satunya yaitu dengan Membangun Organisasi Pembelajar. Di mana poin utamanya lainnya yaitu: Masyarakat sebagai subjek; Penghormatan pada HAM; Kerja sama lintas Eselon dan Kementerian; Penghormatan nilai budaya dan adat; Kepemimpinan Multilevel; Pengambilan keputusan berbasis sains; Pengelolaan berbasis resort; Penghargaan dan pendampingan.

Selain sebagai kawasan konservasi, BBTNKS juga melakukan program pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan. Hal ini terlihat dari keragaman usaha ekonomi kreatif masyarakat sekitar. Balai juga melakukan peningkatan kompetensi masyarakat secara berkala Program Pelatihan Kewirausahaan dan Praktek Peningkatan Kapasitas Kelompok Role Model.

Pengelolaan taman nasional juga telah melalui berbagai pejanjian kerja sama dengan berbagai mitra. Beberapa pihak Mitra TNKS antara lain; PT Supreme Energy Muara Labuh, Kelompok Konservasi Mandiri Bangun Rejo, Kelompok Tani Karya Utama, dan Pemerintah Daerah Kabupaten Lebong. Selain itu, pengelolaan kolaboratif dengan melibatkan berbagai pihak juga diterapkan. Salah satunya adalah kolaborasi dalam pemulihan ekosistem, di dalam kolaborasi ini juga melibatkan multi gender melalui  skema kemitraan konservasi.

 


Sumber: Balai Taman Nasional Kerinci Seblat

Foto: Courtesy BBTN Kerinci Seblat

 

#JagaAsetNegara

#KPKNLJambiPadekNiaN

#KPKNLJambiMenujuZIWBBM

Foto Terkait Berita
Kontak
Jl. Dr.Soetomo No.17 Jambi - 36113
(0741) 22028
(0741) 7550376
kpknljambi@kemenkeu.go.id
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini