Pada artikel kali ini, Penulis ingin
mengungkapkan hasil kunjungan Penulis ke Istana Kepresidenan Tampaksiring yaitu
berupa deskripsi beberapa bagian istana dan informasi lainnya seputar objek
istana. Sungguh suatu kehormatan bagi Penulis yang mana pihak pengelola istana
berkenan memberikan ijin kepada Penulis. Semoga bermanfaat.
Istana Kepresidenan Tampaksiring terletak
di Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Pembangunannya
di mulai pada tahun 1957 sampai dengan tahun 1960 yang di bangun secara
bertahap oleh arsitek R.M Soedarsono, dengan bangunan yang pertama kali di
bangun yaitu Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira, selanjutnya untuk kepentingan
kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV yang di selengarakan di Bali
pada tanggal 7-8 Oktober 2003, dibangunlah gedung-gedung baru beserta fasilitasnya.
Istana Kepresidenan Tampaksiring adalah salah satu di antara enam Istana
Presiden yg ada di Indonesia dan satu-satunya istana yang di bangun setelah
Indonesia merdeka. Berdirinya Istana ini diprakarsai oleh Presiden Pertama
Republik Indonesia yaitu Presiden Soekarno, yang menginginkan adanya tempat
peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga maupun bagi tamu
Negara. Konon, pada waktu itu Presiden Soekarno sebenarnya tidak terbersit
untuk membuat istana kepresidenan di Tampaksiring, namun setelah diundang oleh
Raja Gianyar untuk datang ke Gianyar maka setelah momen pertemuan tersebutlah
diputuskan untuk membuat istana kepresidenan di Tampaksiring.
Karena terletak sekitar 40km dari
ibukota Bali sehingga cukup jauh dari keramaian, dan juga berada pada
ketinggian kurang lebih 600 meter dari permukaan laut, kawasan Istana
Kepresidenan Tampaksiring mempunyai curah hujan yang cukup tinggi dan memiliki hawa
cenderung dingin, berlokasi di atas tanah yang berbukit dan di kelilingi
kawasan yang asri dengan perkampungaan khas Bali dengan panorama terlihat jelas
kemegahan Gunung Batur dan Gunung Agung, menjadikan lokasi Tampaksiring dipilih
menjadi salah satu istana kepresidenan di Indonesia.
Wisma Merdeka menjadi bangunan utama
yang pertama kali di bangun dan berdiri di atas lahan seluas 1.200 meter
persegi yang menghadap Pura Tirta Empul yang airnya bersih seperti Kristal dan terus
menerus mengucur dari mata air Tirta Empul dahulunya menjadi bangunan peristirahatan
milik Kerajaan Gianyar. Di wisma ini, terdapat kamar-kamar tidur yang
diperuntukan bagi presiden beserta keluarga, ruang tamunya di tata indah
berhiaskan patung-patung dan lukisan-lukisan pilihan, sebagai tempat menerima
tamu negara sebelum tamu negara tersebut ditempatkan ke Wisma Negara apabila
tamu tersebut beristirahat atau menginap di kawasan istana.
Di Wisma Negara terdapat sejumlah kamar
tidur bagi tamu negara yang beristirahat atau menginap di Istana Tampaksiring.
Bangunan wisma yang mempunyai luas 1.476 meter persegi ditata sangat Indah
dengan hiasan-hiasan bunga kayu memanjang di dinding-dindingnya. Di sebelah
timur ruangan tamu wisma ini tampak pepohonan rindang di lereng bukit yang
apabila langit cerah akan tampak pemandangan Gunung Agung.
Wisma Merdeka dan Wisma Negara
dipisahkan oleh jembatan sepanjang 40 meter selebar 1,5 meter. Jembatan ini di
sebut Jembatan Persahabatan karena para tamu negara yang datang berkunjung
selalu di antar melalui jembatan ini dari Wisma Merdeka menuju Wisma Negara.
Namun tidak jarang pula apabila ada event tertentu di kawasan istana yang
diikuti oleh tamu negara, Jembatan Persahabatan juga dipakai sebagai tempat
bercengkerama sejenak bagi presiden dan tamunya diwaktu santai mereka mengingat
lokasi jembatan yang berada ditengah-tengah antara Wisma Merdeka dan Wisma
Negara. Itulah sebabnya mengapa dinamakan Jembatan Persahabatan.
Selanjutnya
ada Wisma Yudistira yang terletak di tengah-tengah kompleks Istana Tampaksiring
sebagai tempat menginap rombongan tamu negara dan para petugas yang melayani presiden
beserta keluarga. Di sebelah barat daya Wisma Merdeka terdapat Wisma Bima yang
mengambil nama saudara kedua Pandawa ini dimaksud sebagai tempat peristirahatan
para pengawal presiden beserta keluarga dan tamu keluarga presiden. Sejumlah bangunan
lain yang terdapat di kawasan istana adalah Pendopo, Wantilan, Gedung Konferensi,
Museum, Perpustakaan, Gedung Perkantoran, dan Gedung Istura.
Sebagai
salah satu pendukung keasrian, di sisi depan kawasan Istana Kepresidenan
Tampaksiring terdapat area hewan rusa yang pemeliharaannya dilakukan secara
ketat dan profesional. Terdapat dua jenis rusa yaitu Rusa Timor (Cervus
Timorensis) merupakan salah satu jenis rusa asli Indonesia yang menjadi
penghuni tertua Pulau Timor. Rusa Timor termasuk satwa yang di lindungi
berdasarkan PP No. 7 Tahun 1999 dan sejak tahun 2008 rusa timor di masukan
dalam status konservasi rentan oleh International Union for Conservation of
Nature (IUCN). Jenis rusa yang kedua adalah Rusa totol yang merupakan bukan
fauna asli Indonesia. Pada tahun 1814, Gubernur Jendral Inggris Thomas Stanford
Raffles mendatangkan rusa totol ke Istana Bogor yang berkembang biak hingga
sekarang, dan untuk di Istana Kepresidenan Tampaksiring Bali rusa totol di
datangkan dari Istana Bogor.
Istana
Kepresidenan Tampaksiring merupakan salah satu satuan kerja pengguna Barang
Milik Negara (BMN) di wilayah kerja Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang
(KPKNL) Denpasar, yang mana BMN berupa tanah, bangunan dan BMN selain tanah bangunan
seperti rusa maupun BMN pendukung lain merupakan BMN yang digunakan oleh Istana
Kepresidenan Tampaksiring Bali. Dalam pengelolaan kawasan istana, pihak satuan
kerja Istana Kepresidenan Tampaksiring yang berada dibawah Sekretariat Negara
bekerjasama dengan KPKNL Denpasar sebagai mitra pengelola, di mana KPKNL adalah
unit vertikal Direktorat Jendral Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan.
Mayumi Ralisda Jawas//Ida Ayu Trisna
Pariastini
#IstanaTampaksiringBali
#AboutBali