Manajemen kinerja merupakan proses yang berkelanjutan (continuous
process) yang berwawasan jauh ke depan (forward looking). Pada
pokoknya, manajemen kinerja lebih memperhatikan kondisi kinerja ke masa depan
dibandingkan permasalahan kinerja di waktu lampau. Hasil kinerja di waktu
lampau digunakan sebagai acuan dalam merumuskan perencanaan dan pengembangan
kinerja, memprediksi potensi kinerja, dan karir. Proses manajemen kinerja
digunakan untuk mengukur level kinerja yang dicapai dan sebagai basis
pengambilan keputusan yang terkait dengan sistem imbalan.
Penilaian Kinerja dilakukan terhadap kinerja pegawai dan organisasi,
oleh karenanya maka organisasi melakukan review terhadap pelaksanaan pekerjaan
dari setiap pegawai. Review ini dilakukan terhadap pegawai (sumber daya
manusia) dan organisasi secara berkala dengan tujuan untuk mengukur, menilai
dan mengevaluasi tentang seberapa jauh kemampuan sumber daya manusia dalam
menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut Fahmi (2011:66) penilaian kinerja diperlukan untuk:
1.
Memberikan informasi bagi
pertimbangan pemberian promosi dan penetapan gaji;
2.
Memberikan umpan balik bagi
para manajer maupun pegawai untuk melakukan introspeksi dan meninjau kembali
perlakuannya selama ini;
3.
Memberikan pertimbangan untuk
diadakannya pelatihan atau pengembangan sumber daya manusia.
Di dalam melakukan penilaian kinerja, ada tahap-tahapan yang saling
terkait, yaitu:
·
Menentukan tujuan dan alasan
penilaian kinerja;
· Menentukan kendala budaya dan lingkungan;
· Memilih orang yang akan ditugaskan;
· Memilih metode penilaian kinerja terbaik
untuk mencapai tujuan;
·
Melatih tim penilai;
· Menyiapkan dokumen pengamatan kinerja;
· Mengevaluasi kinerja;
· Mengkomunikasikan hasil penilaian kinerja
terhadap pegawai, dan
· Membuat keputusan terhadap individu pegawai.
Di dalam dunia kerja, manajemen kadang kala akan mengatakan bahwa
penyebab dari kinerja yang buruk merupakan kesalahan dari pegawai, bukan
kesalahan para manajer. Padahal sebenarnya, kinerja yang buruk bisa saja
dihasilkan karena lemahnya kepemimpinan, manajemen yang buruk, serta sistem
kerja yang tidak tepat. Artinya kinerja SDM yang buruk bukan sepenuhnya hasil
dari kesalahan pegawai. Kegagalan ini bisa terjadi pada manajer puncak karena
target kinerja yang tinggi dan aturan-aturan yang telah dibuat tidak diterapkan
secara konsisten. Dengan proses manajemen kinerja yang efektif dapat memberikan
pemahaman yang baik dalam peningkatan kinerja organisasi.
Untuk meningkatkan kinerja manajemen puncak perlu fokus pada
pengembangan dan peningkatan budaya berkinerja tinggi. Karakteristik budaya
kinerja tinggi mencakup:
· Kesamaan
sudut pandang yang jelas antara tujuan strategis organisasi, departemen dan
staf di semua tingkatan;
·
Manajemen mendefinisikan apa yang dibutuhkannya dalam bentuk peningkatan
kinerja, menetapkan tujuan dan memonitor kinerja untuk memastikan bahwa tujuan
tercapai;
·
Kepemimpinan puncak memberikan kepercayaan bersama akan pentingnya perbaikan
terus-menerus;
· Fokus memperlihatkan sikap positif yang menghasilkan komitmen, motivasi dan pegawai yang loyal.
Manajemen puncak harus memfasilitasi organisasi untuk menciptakan
budaya berkinerja tinggi. Budaya berkinerja tinggi merupakan nilai-nilai yang
tertanam dan merupakan ekspresi dalam interaksi yang dilakukan antara pegawai
maupun stakeholder. Nilai yang kuat menjadikan dasar bagi organisasi
dalam mengimplementasikan manajemen kinerja dan perubahan. Nilai-nilai ini harus
melekat terhubung, terukur, dan terkelola dengan baik. Proses manajemen kinerja
terintegrasi dengan tujuan organisasi. Pegawai terikat dengan tujuan dan
standar kinerja yang telah disepakati.
Manajemen puncak juga berkewajiban menjelaskan dan mengkomunikasikan
misi, tujuan, dan nilai-nilai inti organisasi. Manajemen puncak menjelaskan dan
mengembangkan konteks kinerja tinggi, secara aktif membuat kebijakan untuk
peningkatan kinerja yang berkelanjutan dengan menyediakan teknologi, sistem, dan
sumber daya yang diperlukan. Selain itu, manajer puncak perlu memberi
kesempatan kepada individu untuk belajar dan memanfaatkan sepenuhnya
keterampilan dan kemampuan mereka. Mereka harus berkomunikasi dengan sesama
indivudu secara teratur untuk memberikan contoh hasilnya, kemudian
mempublikasikan kisah sukses sehingga mereka mengetahui pentingnya kontribusi
orang-orang di semua tingkatan organisasi.
Selain itu, manajer puncak perlu memberi kesempatan kepada individu
untuk belajar dan memanfaatkan sepenuhnya keterampilan dan kemampuan mereka. Mereka
harus berkomunikasi dengan sesama individu secara teratur untuk memberikan
contoh hasilnya, kemudian mempublikasikan kisah sukses sehingga mereka
mengetahui pentingnya kontribusi orang-orang di semua tingkatan organisasi.
Dimulainya proses manajemen kinerja adalah saat dimulainya perumusan
visi dan misi organisasi. Visi dan misi organisasi adalah definisi singkat
tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas, apa, dan bagaimana harus
dicapai. Pernyataan misi organisasi secara umum menjelaskan hal-hal berikut:
·
Perhatian selalu fokus pada
tujuan - apa yang sedang organisasi kerjakan;
·
Implementasikan visi manajemen
puncak ke dalam organisasi;
·
Tentukan faktor-faktor
keberhasilan utama dan buat rencana strategis;
·
Buat definisi pernyataan
eksplisit tentang nilai-nilai inti organisasi;
· Lakukan langkah perubahan yang
mengindikasikan dimulainya program program pengembangan, inovasi dan
peningkatan kinerja. Perlu dicatat bahwa menjiwai atau menghayati visi, misi
lalu menjalankannya jauh lebih penting dibanding membuat pernyataan visi, misi
secara tertulis.
Perlu dipahami bahwa menjiwai atau menghayati visi, misi lalu
menjalankannya jauh lebih penting dibanding membuat pernyataan visi dan misi
secara tertulis. (Penulis: Riyanieta Setiya Putri)
Sumber: Buku Manajemen Kinerja SDM Teori dan Aplikasi (Karangan: Prof.Dr.H.Siswono Haryono, MM, MPd.)