Manado - Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara (Sulut) berpotensi mengalami perlambatan dibandingkan periode yang sama di tahun 2022, seiring perlambatan di tingkat global. Neraca perdagangan menunjukkan lanjutan tren surplus sehingga sepanjang tahun ini sampai dengan bulan Juni, Sulut mencatatkan surplus neraca perdagangan.

Kinerja fiskal menunjukkan lanjutan penguatan ditandai dengan capaian di sektor penerimaan baik atas perpajakan, bea dan cukai, dan Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) relatif terkendali.

“Hal ini didukung juga dengan sektor pengeluaran negara, di mana beberapa jenis belanja menunjukkan tingkat serapan yang lebih baik dari periode sebelumnya. Satu yang kiranya perlu menjadi perhatian kita bersama adalah tingkat capaian DAK Fisik yang sampai dengan 30 Juni 2023 ini terbilang relatif rendah,” pernyataan tersebut disampaikan oleh Kepala Perwakilan Kementerian Keuangan Sulawesi Utara, Nikodemus Sigit Raharjo pada Rabu (26/07).

Kondisi Makro Sulut menunjukkan tren pemulihan yang terus membaik dan kuat, ditopang oleh semakin meningkatnya aktivitas perekonomian masyarakat dan impresifnya kinerja sektor eksternal. Mayoritas indikator ekonomi di kawasan Sulut terus membaik.

“Berdasarkan data yang baru dirilis BPS beberapa waktu lalu, perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan I Tahun 2023 tumbuh sebesar 5,26 persen secara year on year dibanding periode yang sama tahun 2022. Pencapaian tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi secara Nasional yang mencatatkan angka 5,06 persen,” tutur Nikodemus.

Disampaikan bahwa dari sisi neraca perdagangan, Nilai ekspor nonmigas Sulut pada Juni 2023 tercatat sebesar US$ 81,13 juta sementara impornya senilai US$ 8,6 juta. Komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Juni 2023 masih didominasi lemak dan minyak hewani/nabati, senilai US$ 51,12 juta atau 63,01 persen dari total ekspor. Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah bahan bakar mineral, senilai US$ 7,35 juta atau 85,52 persen dari total impor. Nilai neraca perdagangan Sulawesi Utara yang diukur melalui penghitungan net ekspor (total ekspor dikurangi total impor) pada bulan Juni 2023 mengalami surplus senilai US$ 72,53 juta.

“Untuk APBN, telah terealisasi Pendapatan Sebanyak Rp2,37 triliun atau sekitar 46,87 persen dari target pendapatan. Pendapatan APBN terkontraksi 1,7 persen secara year on year dari periode yang sama pada tahun 2022,” ungkapnya.

Nikodemus menyebutkan bahwa penurunan tersebut disebabkan oleh tingginya penerimaan sampai dengan Semester I 2022 sehubungan dengan Program Pengungkapan Sukarela (PPS) pada tahun anggaran 2022 oleh Direktorat Jenderal Pajak.

“Belanja APBN mengalami kontraksi sebesar 2,62 persen secara year on year dari periode yang sama pada tahun 2022. Penurunan tersebut disebabkan oleh turunnya Realisasi Transfer Ke Daerah dikarenakan beberapa komponen TKD belum terjadwal untuk direalisasikan dan menunggu penyampaian persyaratan salur dari Pemda,” kata Nikodemus.

“Untuk APBD, Pendapatan daerah telah terealisasi sebanyak Rp 4,58 triliun atau sebesar 27,90 persen dari pagu dengan Komponen Pendapatan dari Dana Transfer menempati proporsi yang cukup signifikan dari total Pendapatan Daerah,” imbuhnya.

Untuk Belanja, Belanja pegawai masih mendominasi komponen belanja, dari realisasi sebesar Rp4,78 triliun, Belanja pegawai menempati posisi terbesar senilai Rp2,68 triliun diikuti oleh belanja barang sebesar Rp1,24 triliun.

Secara umum, kondisi fiskal regional Sulawesi Utara menunjukan Kinerja yang terus membaik, namun tingkat kemandirian APBD terhadap Dana Transfer Ke Daerah tentu harus menjadi perhatian setiap pemda. Dalam hal ini kaitannya dengan optimalisasi potensi daerah. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan PAD-nya.