Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Singkawang > Artikel
Sepetak Kota Hong Kong di Indonesia
Velient Vinandha
Jum'at, 27 November 2020   |   3540 kali

Singkawang yang beberapa puluh tahun lalu menjadi tempat singgah para pedagang dan penambang emas asal China yang melakukan perjalanan dari dan ke Monterado sebuah wilayah di Kabupaten Bengkayang. Sebelum mereka menuju Monterado terlebih dahulu beristirahat di Singkawang, sedangkan para penambang emas di Monterado yang sudah ada sebelumnya sering beristirahat di Singkawang untuk melepas kepenatannya dan Singkawang juga sebagai tempat transit pengangkutan hasil tambang emas (serbuk emas). Para pedagang dan penambang emas yang berbahasa Hakka menyebut kota ini dengan kata San Keuw Jong yang berarti kawasan dengan mata air mengalir dari gunung sampai laut, mereka berasumsi dari sisi geografis bahwa Singkawang yang berbatasan langsung dengan laut Natuna serta terdapat pengunungan dan sungai, dimana airnya mengalir dari pegunungan melalui sungai sampai ke muara laut. Melihat perkembangan Singkawang yang dinilai oleh mereka cukup menjanjikan, sehingga para penambang tersebut beralih profesi ada yang menjadi petani dan pedagang di Singkawang yang pada akhirnya para penambang tersebut tinggal dan menetap di Singkawang.

Kota Singkawang mayoritas penduduknya merupakan orang keturunan Tionghoa, Dayak dan Melayu yang beragama Buddha, Khonghucu, Islam, Katolik, Protestan, Tao dan Hindu. Banyaknya penduduk keturunan tionghoa yang beragama Buddha dan Konghucu bahkan membuat kota singkawang mendapat julukan ‘Kota Seribu Kelenteng’ karena banyaknya bangunan vihara atau kelenteng yang dibangun di kota Singkawang. Salah satu kelenteng tertua di kota Singkawang adalah kelenteng Tri Dharma Bumi Raya, didirikan pada tahun 1878 yang didedikasikan untuk dewa hutan, atau Toa Peh Kong. Walaupun banyak bangunan kelenteng di kota Singkawang, masih tersedia juga tempat ibadah lain seperti masjid dan gereja. Toleransi agama di kota Singkawang juga sangat bagus. Walaupun terdapat banyak agama yang dianut oleh masyarakat sekitar. Sehingga pantaslah kota Singkawang menyandang status kota tertoleran di Indonesia.

Selain itu berbagai tradisi tahunan khas Tionghoa pun rutin diselenggarakan seperti Imlek, Cap Go meh dan Ceng Beng. Perayaan Cap Go Meh di Singkawang menjadi hal yang sangat ditunggu-tunggu. Pada perayaan Cap Go Meh setiap tahunnya terdapat pawai Lampion dan pawai Tatung yang merupakan bagian tak terpisahkan dari perayaan Cap Go Meh tersebut. Dalam Pawai Lampion biasanya akan ada karnaval mobil hias dan juga beberapa tradisi lain seperti kuda lumping, reog, barongsai, naga, drumband, paskibra dan lain sebagainya.

Sedangkan pada Pawai Tatung tidak seperti pawai pada umumnya, pawai tersebut menunjukkan aksi-aksi yang sangat ekstrem. Para Tatung akan rela menusuk tubuh mereka dengan benda-benda tajam. Konon tradisi ini sudah dilakukan sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Tak hanya warga lokal saja yang menyaksikan  kemeriahan pawai tersebut banyak juga wisatawan luar daerah yang jauh-jauh ikut menyaksikan pawai, namun bagi wisatawan yang kurang menyukai aksi-aksi yang ekstrem disarankan untuk tidak menyaksikannya dan dapat menyaksikan rangkaian perayaan Cap Go Meh lainnya, seperti pawai lampion, drumband dan Barongsai.  Saat ini, Cap Go Meh kota Singkawang sudah menjadi even wisata berskala nasional.

Selain perayaan-perayaan yang selalu menjadi daya tarik kota Singkawang, di kota ini juga terdapat pasar legendaris yang bernama Pasar Hongkong. Pada pasar tersebut sebagian besar toko menjual pakaian jadi dan barang elektronik tapi ada juga toko yang menjual pakaian khas tiongkok, dan barang-barang khas tiongkok seperti perlengkapan untuk sembahyang kubur dan lain sebagainya. Selain itu Singkawang juga terkenal dengan banyaknya tempat wisata alam dan wisata kuliner. Beberapa wisata alamnya yaitu pantai pasir panjang, Sinka Island Park, Pantai Tanjung Bajau dan lain sebagainya. Sedangkan untuk wisata kuliner yang terkenal yaitu Choi Pan. Choi Pan adalah camilan yang terbuat dari tepung beras yang diisi dengan berbagai jenis sayuran seperti bengkuang, kucai dan ubi jalar. Paling enak disantap selagi hangat dengan pelengkap sambal cabe yang khas.

Hal-hal tersebut yang membuat Singkawang menjadi kota yang bisa disebut dengan “Sepetak” kota Hong Kong di Indonesia. Toleransi agama yang bagus, tradisi tahunan yang menarik dan kuliner yang unik menjadi ciri khas kota Singkawang.

Penulis : Arifatul Faizah/ HI KPKNL Singkawang

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini