Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Purwokerto > Artikel
Mengenal Nyadran, Tradisi Menyambut Bulan Ramadan
Fitria Anggraini
Kamis, 30 Maret 2023   |   46345 kali

Masyarakat Indonesia khususnya di pulau Jawa memiliki adat budaya yang beragam.  Setiap daerah di Pulau Jawa memiliki budayanya sendiri.  Kebudayaan ini merupakan warisan nenek moyang yang turun temurun dari dulu kala.

Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Jawa adalah tradisi nyadran.  Masyarakat Jawa khususnya yang tinggal di wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur menjalankan tradisi nyadran untuk menyambut bulan Ramadan.

Istilah nyadran berasal dari bahasa Sanskerta yaitu dari kata “sraddha” yang artinya  keyakinan.  Tradisi ini merupakan suatu bentuk kepercayaan masyarakat terhadap nenek moyang atau yang dikenal dengan animisme.  Saat agama Islam masuk ke tanah Jawa melalui wali songo, tradisi yang ada tidak dihilangkan namun justru menjadi alat untuk menyebarkan Islam.  Seiring masuknya Islam, tradisi sraddha mengalami perubahan.  Sebelum Islam, sraddha dilakukan untuk memperoleh berkah. Pada perkembangannya, tradisi ini menjadi  wujud rasa syukur atas anugerah Allah SWT kepada  warga.  Setelah pengaruh Islam digunakan kata nyadran.  Jadi nyadran adalah hasil dari akulturasi budaya Jawa dan Islam.

Tradisi nyadran di setiap wilayah dikenal dengan nama yang beragam. Di Jawa Tengah seperti Banyumas dikenal dengan nyadran.  DI Temanggung dan Boyolali dikenal dengan sebutan sadranan.  Sementara di Jawa Timur disebut manganan atau sedekah bumi.

Dikutip dari laman Kementerian pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, nyadran biasanya diselenggarakan satu bulan sebelum dimulainya puasa ramadan yaitu tanggal 15, 20 dan 23 Ruwah.  Ada pula yang dilaksanakan pada setiap hari ke-10 bulan Rajab atau saat datangnya bulan Sya’ban.  Namun demikian, walaupun dilaksanakan  pada waktu yang berbeda di setiap wilayah, nyadran umumnya dilaksanakan pada bulan Ruwah pada kalender Jawa atau bulan Syaban pada kalender Hijriyah yang jatuh sebelum bulan Ramadan.

Tradisi nyadran di setiap wilayah mempunyai ciri khas yang berbeda-beda sesuai dengan kearifan lokal yang ada di daerahnya.  Secara umum kegiatan nyadran adalah sebagai berikut:

1.    Ziarah kubur

Menjelang ramadan, masyarakat biasanya mengunjungi makam leluhur untuk membersihkan makam dan mendoakannya.  Hal ini sebagai simbol bakti kepada orang yang telah meninggal.

2.    Mandi di sungai (padusan)

Mandi dilakukan oleh warga di sungai atau tempat pemandian.  Mandi disimbolkan sebagai pembersihan diri sebelum memasuki bulan suci ramadan

3.    Membersihkan lingkungan

Selain membersihkan diri, masyarakat juga bekrja bakti memebrsihkan lingkunan

4.    Kenduri

Dalam kenduri warga berkumpul dan makan bersama.  Selain itu dalam acara ini biasanya diisi dengan doa Bersama sebagai perwujudan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

                Tradisi nyadran tidak lekang oleh waktu.  Masyarakat masih mempertahankan kearifan lokal.  Tradisi nyadran merupakan kekayaan daerah yang mempersatukan masyarakat di tengah perkembangan zaman.  (Fitria Anggraini/Foto Kemenpanrb)

 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini