Dieng merupakan wilayah
dataran tinggi yang berada di wilayah kerja KPKNL Purwokerto. Kawasan dataran
tinggi Dieng terbagi menjadi 2 desa dimana Dieng Wetan merupakan salah satu
desa pada kecamatan Dieng kabupaten Wonosobo dan Dieng Kulon merupakan satu
desa di kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara. Dieng sangat terkenal dengan
obyek wisatanya antara lain terdapat komplek candi peninggalan agama Hindu
salah satunya Candi Ardjuna. Di wilayah ini juga terdapat berbagai kawah yang
sangat indah salah satunya kawah Sikidang. Hal tersebut tidak mengherankan
apabila pengunjung yang datang tidak hanya merupakan wisatawan lokal akan
tetapi juga wisatawan dareah lain bahkan mancanegara.
Satu momen yang sangat dinantikan oleh para wisatawan di
daerah ini adalah Dieng Culture Festival yang diadakan oleh pemerintah
Kabupaten Banjarnegara. Yang menarik pada Dieng Culture Festival adalah prosesi
pemotongan rambut gimbal yang diadakan di pelataran kompleks Candi Arjuna, kecamatan
Batur, Kabupaten Banjarnegara. Untuk
mengenal lebih dekat yuk simak pemaparan di bawah ini.
ASAL
USUL RAMBUT GIMBAL
Konon anak yang berambut gimbal merupakan anak yang
membawa kesejahteraan bagi masyarakat wilayah Dieng dan sekitarnya. Anak yang
berambut gimbal atau biasa disebut anak gimbal dianggap sebagai titisan Kyai
Kolo Dete dan Nini Roro Ronce. Nini Roro Ronce merupakan abdi dari Nyi Roro
Kidul, sang penguasa laut selatan yang bertugas untuk tinggal dan menjaga
Dataran Tinggi Dieng. Nini Roro Ronce sendiri merupakan wanita yang memiliki
rambut gimbal. Itulah alasan kenapa banyak sekali anak yang berasal dari Dieng
yang memiliki rambut gimbal baik yang tinggal di wilayah Dieng maupun di luar
daerah. Munculnya rambut gimbal pada seorang anak diawali dengan panas yang
sangat tinggi pada anak tersebut pada malam hari dan diikuti oleh tumbuhnya
rambut gimbal setelah anak tersebut sembuh dari sakit panasnya.
ALASAN
HARUS DIRUWAT SEBELUM DIPOTONG
Ruwatan rambut gimbal
merupakan sebuat tradisi pemotongan rambut pada anak-anak yang memiliki rambut
gimbal pada masyarakat dataran tinggi Dieng
yang dilaksanakan pada tanggal satu Suro atau satu Muharram. Ruwatan ini
bertujuan untuk membersihkan atau membebaskan anak-anak berambut gimbal dari
sukerta/sesuker (kesialan, kesedihan atau malapetaka)*wikipedia
MENYAMPAIKAN
KEINGINAN
Yang
unik lagi pada pada ruwatan rambut gimbal adalah, prosesi tersebut hanya akan
dilaksanakan ketika sang anak sudah memiliki keinginan untuk memotong
rambutnya. Selain itu beberapa saat sebelum dipotong sang anak akan mengajukan
suatu permintaan yang harus dipenuhi sebagai syarat. Setiap anak berbeda-beda
permintaannya, ada anak yang mengajukan permintaan sangat mudah untuk dipenuhi,
misalnya minta dibelikan ayam goreng yang dijual di dekat pasar, akan tetapi
ada juga seorang anak yang mengajukan permintaan yang mahal misalnya minta
dibelikan handphone dengan gambar buah apel.
KEINGINAN
YANG TIDAK TERPENUHI
Bagi anak yang permintaannya tidak aneh-aneh orang tua
tentu saja akan sangat mudah untuk mewujudkannya, akan tetapi bagi anak yang
permintaannya aneh dan tidak terjangkau oleh kondisi orangtuanya tentu sangat
merepotkan dan pada akhirnya tidak dapat memenuhi keinginan anak tersebut. Apa
yang akan terjadi apabila keinginan anak tidak terpenuhi sampai ruwatan
berlangsung? Biasanya setelah ruwatan selesai maka rambut yang tumbuh pada anak
tersebut akan kembali gimbal.
PROSESI
RUWATAN
Anak-anak yang akan diruwat
dikumpulkan di rumah tetua adat. Setelah kumpul semua mereka dibawa ke kompleks
Dharmasala untuk acara jamasan. Jamasan artinya mensucikan diri dengan cara
mandi. Pada jamasan ruwatan anak gimbal, air jamasan yang digunakan adalah air
yang berasal dari Sendang Sedayu. Setelah itu mereka digiring menuju ke
kompleks Candi Arjuna untuk dilakukan pemotongan.
Demikian prosesi ruwatan rambut
gimbal yang berasal dari Dieng, kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara.