Kue simping merupakan camilan khas
kebanggaan masyarakat Purwakarta, Jawa Barat. Camilan ini terbuat dari tepung
tapioka, terigu ditambah bumbu penyedap serta aneka rasa dari rempah dan buah
buahan. Bentuknya berupa lembaran pipih, bundar tipis.
Bila Anda berkunjung ke Purwakarta belum
sempurna jika tidak menjadikan simping sebagai buah tangan, karena camilan yang
satu ini merupakan kudapan khas dan kebanggan dari daerah itu adalah camilan
khas yang disukai para Raja Sunda dahulu. Seiring berjalannya waktu, kemudian camilan
ini dikembangkan oleh salah seorang pembuatnya yang berdomisili di Kampung Kaum
yaitu Haji Engkun, yang merupakan orang pertama dari keluarga ningrat Kerajaan
tatar Sunda yang mengembangkan usaha Simping ini.
Simping memiliki rasa yang gurih, nikmat
dan kelezatan tiada tara bagi para penikmatnya. Terlebih kini ada varian rasa
simping dibuat. Mulai dari rasa kencur, bawang, pandan, nanas, durian, dan
stroberi hingga nangka.
Simping sangat mudah dijumpai terutama
ketika memasuki daerah yang menjadi sentra pembuatan dan penjualannya, yaitu
Kampung Kaum, Jalan Baing Marzuki, Kelurahan Cipaisan, Kecamatan Purwakarta
Kota. Tempat ini hanya berjarak beberapa ratus meter saja dari alun-alun Kota
Purwakarta. Berawal dari wilayah Kaum yang letaknya tidak jauh dari kantor
Bupati Purwakarta, tempat produksi simping sekarang terdapat pula di daerah
Pasawahan hingga Wanayasa.
Yang menarik, tak banyak warga
Purwakarta yang mengetahui asal usul nama simping ini. Namun menurut beberapa
versi dari para penjual simping, nama simping berasal dari kata sumping (datang
dalam bahasa indonesia).
Namun di tengah nama simping yang kini
banyak dikenal di berbagai daerah sebagai makanan khas Purwakarta. Justru usaha
simping semakin sulit untuk dipertahankan. Itu terjadi karena mahalnya harga bahan
baku seperti tepung tapioka, belum lagi bahan lain seperti rempah dan
buah-buahan karena perasa dalam simping menggunakan bahan alami tanpa perasa
buatan.
Penulis : Irfan Fanasafa
Sumber :