Pekanbaru - Dari hasil sensus penduduk yang digelar Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui jumlah penduduk Indonesia hingga 2020 didominasi generasi Z dan generasi milenial. Generasi Z adalah penduduk yang lahir dari kurun waktu tahun 1997-2012, dan generasi milenial yang lahir periode 1981-1996. Dari hasil survei sepanjang Februari-September 2020 itu didapati jumlah generasi Z mencapai 75,49 juta jiwa atau setara dengan 27,94 persen dari total populasi penduduk berjumlah 270,2 juta jiwa. Sementara, generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa atau 25,87 persen.
Kenaikan jumlah generasi milenial
dan generasi z tentunya sejalan dengan kenaikan permintaan hunian atau
properti. Usia produktif dan keinginan untuk menetap serta berkeluarga menjadi
faktor utama memiliki hunian. Namun terdapat beberapa rintangan yang harus
dihadapi seperti tingginya harga hunian, kesulitan pembiayaan dan lokasi yang
kurang strategis. Oleh karena itu mari kita simak kiat membeli hunian zaman kiwari (red:kini).
1. Perhitungkan penghasilan
Tahap awal untuk pembelian hunian tentunya dimulai dari penghasilan dari calon pemilik rumah. Tentukan budget maksimal yang bisa disisihkan untuk membeli rumah baik dengan cara menabung maupun menyicil. Biaya pemeliharaan rumah juga turut menjadi komponen dalam perhitungan agar tidak kewalahan. Paling tidak setiap tahunnya rumah perlu dilakukan perawatan semisal pengecatan ulang atau perbaikan kebocoran dinding atau atap.
2. Menetapkan
pilihan jenis hunian
Hunian saat ini tidak lagi hanya berupa rumah tinggal, terdapat jenis
hunian baru seperti rumah susun, apartemen, kondominium dan sebagainya.
Tentunya masing-masing jenis hunian memiliki kelebihan. Rumah susun atau apartemen
menghadirkan nuansa compact serta
aksesibilitas dan lokasi yang lebih unggul daripada rumah tinggal. Rumah
tinggal menawarkan kebebasan dan privasi yang lebih baik bagi penghuninya. Hal
ini dapat disesuaikan mengikuti preferensi dan kebutuhan calon pembeli.
3. Riset
Pasar
Dalam membeli rumah, tidak perlu terburu-buru dikarenakan akan
mempengaruhi kualitas dan opsi atas hunian yang akan kita beli. Bisa saja
sementara memilih, kita dapat menyewa kos, kontrakan, atau apartemen sembari
melakukan riset mendalam. Kumpulkan sebanyak-banyaknya opsi dari berbagai jenis
platform penjualan hunian dan buat analisis kelebihan dan kekurangan dari wishlist
tersebut. Jangan sampai menyesal membeli hunian karena pasar menyediakan
pilihan yang lebih menarik di masa depan. Saat ini opsi membeli rumah melalui lelang
juga mulai dilirik oleh masyarakat disebabkan harganya yang cenderung di bawah
pasar dan legalitas hukum yang jelas. Penawaran rumah melalui lelang oleh
pemerintah dapat dilihat melalui lelang.go.id.
4. Kunjungan
Lapangan dan Lingkungan Sekitar
Setelah hati menentukan pilihan, atur jadwal dengan penjual untuk
melakukan kunjungan. Dalam kunjungan lapangan, pertama-tama amati lingkungan
sekitar hunian. Hal ini untuk mengantisipasi berbagai macam kejadian yang akan
kita alami saat tinggal di hunian tersebut. Masalah klasik setiap hunian
umumnya muncul saat musim hujan, oleh karena itu sangat disarankan untuk
melakukan kunjungan saat sedang hujan agar dapat mengantisipasi masalah
kebocoran dan banjir.
5. Meminta
jaminan kualitas pada penjual atau pengembang
Tentunya apabila pilihan atas rumah yang akan dibeli telah ditetapkan,
langkah selanjutnya adalah memastikan kualitas atas bangunan yang akan kita tempati. Tidak jarang ada penjual atau pengembang nakal yang tidak jujur dalam
penjelasan spesifikasi bangunan.
6. Tetapkan
metode pembelian
Tahap terakhir tentunya adalah pembelian atas hunian tersebut. Terdapat beberapa metode pembelian yaitu tunai, tunai bertahap, atau kredit kepemilikan rumah. Khususnya untuk kredit kepemilikan rumah, pastikan profil keuangan kita baik dan tidak terdapat catatan ‘buruk’. Saat ini kita dapat meminta status informasi debitur melalui Otoritas Jasa Keuangan secara daring agar mempermudah pengajuan kredit.
***
Referensi : bps.go.id
Penulis : David Sihombing