Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palu > Artikel
Siap Siaga Bencana untuk Ambil Tindakan Tepat saat Terjadi Bencana di Lingkungan Kantor
Angger Dewantara
Jum'at, 19 November 2021   |   1360 kali

Menjelang akhir tahun 2021 ini, apakah kalian masih ingat bahwa diawal tahun 2021 khususnya di Bulan Januari, banyak sekali terjadi bencana alam yang mengagetkan banyak pihak sebab terjadi secara berurutan di awal tahun?. Mulai bencana tanah longsor di Sumedang, banjir di Kalimantan Selatan, gempa bumi di Mamuju dan Majene, hingga erupsi gunung tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Semeru.

 

Rentetan kejadian tersebut tentunya kembali menyegarkan ingatan dan pengetahuan kita akan fakta bahwa negara kita, Indonesia memang memiliki letak geografis yang memungkinkan terjadinya fenomena alam yang dapat menjadi bencana alam. Bahkan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, total 1.441 kali bencana alam yang melanda Indonesia sejak 1 Januari-18 Juni 2021.[1] Untuk itu, akan sangat penting dan berguna bagi kita untuk selalu mawas diri dan waspada terhadap bencana alam yang dapat terjadi sewaktu-waktu di sekitar kita. Namun sebelum itu, mari kita ingat dahulu fakta geografis seperti apa yang mendukung terjadinya bencana alam di Indonesia.

 

Letak Indonesia dilewati garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang memiliki dua musim, yaitu musing hujan dan kemarau. Sehingga, bencana hidrometeorologi memiliki potensi besar untuk terjadi di wilayah ini. Bencana hidrometeorologi adalah bencana yang disebabkan oleh parameter hidrologi dan meteorologi. Contohnya seperti peningkatan curah hujan, suhu ekstrem, cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang serta kilat atau petir, dan lain sebagainya.[2] Selain itu, pasti kalian sudah sering dengar bahwa Indonesia terletak pada pertemuan 3 lempeng tektonik besar yaitu, Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia. Tidak hanya itu, dikutip dari MAGMA Indonesia Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), bahwa Indonesia memiliki hingga 127 gunung api aktif yang hingga saat ini masih mencatatkan jejak aktivitas vulkanik. Kedua fakta tersebut sudah cukup untuk mendukung bahwa Indonesia merupakan daerah yang sangat rawan terhadap bencana alam gempa bumi tektonik maupun vulkanik.

 

Bedasarkan fakta diatas, sudah sangat jelas bahwa penduduk Indonesia wajib memiliki kewaspadaan terhadap bencana. Sebagaimana kita ketahui, tentu usaha mitigasi bencana akan lebih baik lagi jika tidak hanya diri sendiri yang mempersiapkannya. Dukungan dari lingkungan juga diperlukan untuk memaksimalkan mitigasi bencana ini, dukungan bisa dalam bentuk wujud barang ataupun non-barang. Penulis akan mengambil contoh lingkungan kantor tempat penulis sehari-hari banyak menghabiskan waktunya untuk beraktivitas. Lantas, bagaimana sebuah kantor dapat menjadi kantor yang baik dan mampu mendukung dalam hal mitigasi bencana alam?

 

1.     Keterlibatan Top Management

Top Management sebagai pengambil keputusan diharapkan memiliki kesadaran akan pentingnya suatu gedung atau lingkungan perkantoran memiliki prosedur tetap dalam menghadapi bencana. Tidak hanya dukungan, keterlibatan Top Management  secara aktif juga dianggap mampu memberikan nilai-nilai yang dasar/fundamental yang dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawau akan pentingnya siap siaga terhadap prosedur yang telah ditetapkan untuk menghadapi bencana.

2.     Pembentukan Organisasi Tanggap Darurat

Organisasi tanggap darurat adalah pengelompokan orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang hingga tanggungjawab masing-masing dengan tujuan terciptanya kegiatan yang berdaya guna dan berhasil dalam mencapai tujuan yang berkaitan dengan kedaruratan.[3] pada suatu gedung atau lingkungan perkantoran biasanya terdiri dari gabungan antara pengelola gedung dan penghuni gedung (pegawai). Namun, Top Management juga memiliki tanggung jawab untuk memberikan bekal pengetahuan kepada seluruh anggota organisasi mengenai siap siaga keadaan darurat dengan memberikan traning, ataupun kelas khusus mengenai materi tanggap darurat. Kemudian, barulah organisasi ini memberikan edukasi dan arahan mengenai apa-apa saja yang perlu dilakukan sebelum, saat, dan pasca bencana. Pengarahan ini akan memudahkan tugas organisasi ini dalam mengambil tindakan pada keadaan darurat, sebab pegawai atau orang lain diluar organisasi telah mengerti wewenang, tanggung jawab, serta cenderung mendukung dan membantu organisasi tanggap darurat ini saat terjadi keadaan darurat.

3.     Pelatihan dan Simulasi Tanggap Darurat

Seperti sebelumnya, ini merupakan tanggungjawab organisasi tanggap darurat memberikan arahan kepada seluruh orang yang berada dalam suatu gedung atau lingkungan perkantoran. Pelatihan tersebut diberikan berdasarkan identifikasi potensi keadaan darurat yang mungkin terjadi, sehingga tepat sasaran. Simulasi diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat maka diperlukan simulasi keadaan darurat yang disesuaikan dengan kondisi nyata yang ada di bangunan gedung tersbut dalam keadaan darurat. Oleh karena itu dalam menyusun simulasi keadaan darurat perlu dibuat skenario keadaan darurat terlebih dahulu. Simulasi ini diharapkan dilakukan secara berkala, sehingga tidak lepas dari ingatan seluruh penghuni gedung. Selain itu, simulasi juga mengurangi rasa kepanikan penghuni gedung disaat terjadinya keadaan darurat.

4.     Sarana dan Prasarana

Manajemen organisasi harus menentukan dan menilai bagaimana situasi darurat akan berdampak pada semua orang di dalam dan/atau di sekitar tempat kerja yang dikendalikan organisasi. Pertimbangan harus diberikan kepada mereka yang memiliki kebutuhan khusus misalnya orang-orang dengan mobilitas, penglihatan dan pendengaran terbatas. Hal ini dapat mencakup karyawan, pekerja sementara, karyawan kontrak atau pengunjung. Sarana/prasarana darurat sangat diperlukan untuk penyelamatan penghuni bangunan dan aset gedung perkantoran. Adapun prasarana yang dibutuhkan adalah sarana jalan keluar bagi penghuni bangunan, sarana jalur masuk mobil pemadam kebakaran/ambulan, lapis perkerasan, area berkumpul, dan lain lain. Sedangkan sarana yang dibutuhkan seperti hidran, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), alarm darurat, hingga penyediaan pintu keluar darurat dan tangga darurat.

 

 

Perlu diketahui, tidak semua bencana alam terjadi secara tiba-tiba, beberapa dapat diprediksi bahkan terlihat tanda-tanda potensi bencananya. Seperti bencana tanah longsor yang cenderung terjadi pada dataran tinggi yang gundul, dan banjir yang pasti terjadi di daerah dataran rendah yang tidak memiliki resapan air yang memadai. Untuk itu, dalam mengantisipasi beberapa jenis bencana alam dapat dilakukan sebelum, pada saat, dan pasca terjadinya bencana alam. Semakin banyak bekal pengetahuan kita dalam menghadapi bencana alam, maka akan mengurangi potensi diri sendiri menjadi korban.

 

 

Penulis : Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Palu

 

Referensi :

[1] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/19/bnpb-20-gempa-bumi-mengguncang-indonesia-hingga-18-juni-2021 (diakses pada 22/11/2021)

[2] https://www.beritasatu.com/nasional/760305/bnpb-bencana-di-indonesia-95-adalah-bencana-hidrometeorologi (diakses pada 22/11/2021)

[3] Direktorat Bina Kesehatan Kerja, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kesiapsiagaan Tanggap Darurat di Perkantoran. Jakarta. 2010 

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Foto Terkait Artikel
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini