Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Palopo > Artikel
Komunikasi Asertif, Teknik Komunikasi Untuk Menang Tanpa Menjatuhkan Lawan
Rahmat Ibnu Wibowo
Selasa, 27 Juni 2023   |   12431 kali

Hidup akan jauh lebih mudah jika orang lain hanya melakukan apa yang kita inginkan, dan terus melakukannya tanpa komentar atau keluhan negatif, atau lebih jauh lagi hidup akan lebih mudah dan menyenangkan seandainya tanpa harus meminta atau mengungkapkan keinginan kita, namun orang lain sudah mengerti dan menuruti keinginan kita. Faktanya hidup tidaklah demikian. Seringkali kita mengalami kesulitan dalam mengungkapkan perasaan serta pendapat kepada orang lain. Kadang kita merasa tidak enak saat akan mengucapkan suatu pendapat kepada rekan kerja atau tim saat dalam suatu pertemuan atau meeting. Rasa tidak enak tersebut muncul karena takut menyakiti perasaan orang lain atau bahkan menghakimi seseorang secara tidak langsung. Akan tetapi dilemanya apabila kita tidak mengutarakan keinginan kita, tujuan dan harapan kita atau organisasi dimana kita ada di dalamnya mungkin akan sulit terwujud.

Kunci dari permasalahan tersebut, seringkali ada pada komunikasi. Komunikasi merupakan cara seseorang mengekspresikan dan menyampaikan pesan dengan berbagai cara agar didengarkan dan dimengerti oleh orang lain. Dengan berkomunikasi, seseorang dapat mencurahkan isi hatinya dalam bentuk cerita, keluh kesah, dan lainnya. Namun, kita sering mendapati seseorang berbicara dengan kurang jelas sehingga kita sulit menemukan inti pembicaraannya dan mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman. Lalu apa yang harus kita lakukan agar orang lain mudah memahami dan mendengarkan apa yang kita bicarakan?

Menurut Burgon & Huffner (2002), terdapat salah satu cara agar komunikasi berjalan secara dua arah, yaitu dengan komunikasi asertif. Komunikasi asertif merupakan sebuah teknik berkomunikasi di mana seseorang dapat menyampaikan pendapatnya secara lugas tanpa menyinggung orang tertentu baik secara verbal maupun non-verbal. Keterampilan berkomunikasi seperti ini akan menumbuhkan rasa saling menghargai dan terbuka sehingga komunikasi berjalan secara singkat, jelas, dan efektif.

Komunikasi asertif adalah suatu cara komunikasi yang dilakukan secara terbuka dan dengan tetap menjaga rasa hormat kepada lawan bicara. Pengertian lain dari komunikasi asertif adalah komunikasi yang bersifat kuat dan juga tegas namun tetap tenang dan santai.

Di dalam dunia kerja, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dan harus terus dijaga antar setiap individu. Walaupun begitu, jika komunikasi dilakukan secara agresif, maka kemungkinan besar bisa menyakiti lawan bicara karena lebih mementingkan ego daripada kepentingan umum.

Di lain hal, komunikasi yang dilakukan secara pasif juga dianggap tidak baik, karena hal tersebut akan melemahkan pendapat yang akan diutarakan. Diantara komunikasi agresif dan pasif, komunikasi asertif adalah solusi dalam melakukan komunikasi di dunia kerja, karena penyampaian dilakukan secara tegas namun tetap menjaga rasa hormat kepada lawan bicara mampu menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dengan mempertimbangkan kebutuhan dan juga keinginan orang lain.

Komunikasi asertif merupakan cara paling efektif untuk memecahkan masalah interpersonal (Pipas & Jaradat, 2010). Hal ini didukung oleh Lange et al. (1976) yang menyatakan bahwa asertif melibatkan hak-hak pribadi dan mengungkapkan pikiran, perasaan, dan keyakinan secara langsung, jujur dan tepat, tanpa melanggar hak orang lain. Selain itu, menurut Pipas & Jaradat (2010), keterampilan komunikasi yang asertif mampu menciptakan peluang untuk diskusi terbuka dengan berbagai pendapat, kebutuhan, dan pilihan untuk didengar dan dipertimbangkan dengan hormat untuk mencapai solusi yang saling menguntungkan untuk masalah tertentu. Komunikasi asertif juga dapat memperkuat hubungan, mengurangi stres akibat konflik, dan memberi dukungan sosial saat menghadapi masa-masa sulit. Perilaku asertif dianggap dapat menunjukkan rasa hormat terhadap diri sendiri dan orang lain, mendorong pengungkapan diri, pengendalian diri, dan apresiasi positif terhadap harga diri.

Menurut Fursland & Nathan (2008), dalam Modul Four: How to Behave More Assertively, terdapat enam jenis gaya komunikasi asertif.

1.    Basic Assertion

Basic assertion adalah ketika kita secara jelas mengungkapkan kebutuhan, keinginan, keyakinan, pendapat, atau perasaan kita. Contoh basic assertion, yaitu, “Saya belum pernah memikirkan itu sebelumnya, saya butuh waktu untuk memikirkan idemu.”

2.    Empathic Assertion

Empathic assertion mengandung pengakuan atas perasaan, kebutuhan, atau keinginan orang lain, lalu dilanjutkan dengan pernyataan yang berisi kebutuhan dan keinginan kita. Contoh emphatic assertion, yaitu, “Saya paham bahwa Anda ingin yang terbaik untuk penyelesaian tugas kelompok kita, tetapi kita sudah menyelesaikan itu dan tidak memiliki cukup waktu untuk mengubahnya.

3.    Consequence Assertion

Consequence assertion digunakan dalam situasi ketika seseorang tidak mengikuti peraturan sehingga kita bisa menambahkan konsekuensi atas pelanggaran tersebut untuk mengubah perilaku mereka tanpa menjadi agresif. Contoh consequence assertion, yaitu, “Jika Anda dengan sengaja tidak menghadiri diskusi kita lagi, saya tidak punya pilihan lagi selain tidak mencantumkan nama Anda dalam tugas kelompok kita.

4.    Discrepancy Assertion

Discrepancy assertion menunjukkan perbedaan antara apa yang telah disepakati sebelumnya dengan apa yang terjadi dan digunakan untuk memastikan apakah ada kesalahpahaman antara tindakan dan kata-kata yang dilontarkan sebelumnya. Contoh discrepancy assertion, yaitu, “Sebelumnya kita sudah sepakat untuk menyelesaikan tugas ini sebelum tanggal 1, tapi mengapa kamu belum mengerjakannya sampai sekarang? Apakah kamu bisa menjelaskan alasannya?

5.    Negative Feelings Assertion

Jenis komunikasi asertif ini dilakukan ketika kita memiliki perasaan yang negatif, tetapi ingin mengontrol perasaan kita agar tidak menyinggung perasaan lawan bicara. Strategi ini memungkinkan kita untuk mengatakan apa yang kita rasakan dan membuat lawan bicara mengetahui dampak dari tindakannya. Contoh Negative Feelings Assertion, yaitu, “Saya sangat khawatir karena kamu hilang tanpa kabar. Akan lebih tenang rasanya bila kamu mengabariku agar aku tahu.

6.    Broken Record

Dalam strategi ini, kita mempersiapkan apa yang akan kita katakan dengan cara mengulanginya berkali-kali sehingga lebih siap ketika akan melontarkannya. Cara ini juga dapat membuat kita lebih tenang sebelum berbicara.

Berikut ini beberapa tips untuk menerapkan komunikasi asertif:

1.    Jadilah Seorang Pendengar yang Baik

Cobalah untuk selalu memperhatikan seluruh hal yang dikatakan oleh lawan bicara. Usahakan untuk tidak menyela berbagai pendapatnya. Tunggulah hingga lawan bicara selesai mengungkapkan pendapatnya, baru setelah itu kita bisa mengungkapkan pendapat kita. Saat sedang mendengarkan, cobalah untuk memahami sudut pandang dan juga situasi yang dialami oleh orang tersebut.

2.    Berani Menyampaikan Perbedaan Pendapat

Perbedaan pendapat adalah suatu hal yang sangat lumrah terjadi, namun yang wajib diingat adalah bahwa mengungkapkan pendapat dan memaksakan pendapat adalah dua hal yang berbeda.

3.    Selalu Menghargai Orang Lain

Tetap menghargai orang lain saat ingin mengungkapkan opini, pikiran atau keinginan. Hindari sifat keras kepala dan pastikanlah untuk selalu menyampaikan pendapat dengan tetap menjaga perasaan lawan bicara.

4.    Hindari Merasa Bersalah

Hindari rasa bersalah saat mengatakan tidak pada suatu pendapat ataupun menolak permintaan tertentu. Kita tidak harus selalu menjadi orang yang bisa menyenangkan semua orang. Selama kita bisa menemukan alasan yang masuk akal, jujur, dan tidak menyalahi berbagai aturan, maka kita tidak mempunyai alasan untuk merasa bersalah.

5.    Tetap Tenang Saat Berbicara

Ketika sedang berbicara dengan siapapun, cobalah untuk tetap menatap lawan bicara dengan raut ekspresi wajah yang tenang. Setelah itu, bicaralah dengan nada yang normal dan dengan berbagai kata yang penuh sopan santun.

6.    Hindari Penggunaan Kalimat Agresif

Saat sedang berbicara dengan siapa saja, hindarilah kalimat yang bersifat menyerang lawan bicara dan berpotensi bisa menyakiti hatinya, terlebih lagi bila sedang berada di tengah konflik tertentu.

7.    Posisikan Lawan Bicara Sebagai Teman

Saat sedang berada di dalam suatu konflik tertentu, sebisa mungkin anggaplah lawan bicara sebagai seorang teman, bukan sebagai musuh. Hal ini akan sangat bermanfaat dalam menghasilkan kesepakatan yang saling menghormati antar setiap pihak.


 

Referensi:

Lange, A. J., Jakubowski, P., & McGovern, T. V. (1976), Responsible assertive behavior

Pipas, M. D., & Jaradat, M. (2010), Assertive communication skills

Burgon & Huffner (2002)

Fursland & Nathan (2008), How to Behave More Assertively

https://accurate.id/lifestyle/komunikasi-asertif

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini