Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Manado > Artikel
Burn Out? Kenali, Atasi, Sayangi Hidupmu
Yosep Peniel Batubara
Kamis, 30 September 2021   |   496 kali


sumber: freepik (creativeart)

Beralihnya pekerjaan yang dahulu dilakukan secara fisik di kantor menjadi daring di era New Normal ini memberikan konsekuensi yang berbeda pada kehidupan pegawai. Setiap perubahan seringkali seperti satu koin dengan dua sisi yang berbeda, di satu sisi new normal memberikan waktu lebih untuk bertemu dan berkumpul bersama keluarga atau orang terkasih. Namun di satu sisi, banyak pegawai merasa  harus bekerja terus menerus untuk menunjukkan pengabdian dan produktivitas mereka selama di rumah, akibatnya work from home membuat batas yang sehat antara pekerjaan dan waktu pribadi menjadi kabur.

Ditambah lagi hal-hal seperti meeting di luar jam kerja, pekerjaan yang semakin tidak ada habisnya, atasan yang menganggap bekerja di rumah justru lebih santai bagi pegawai, dan alasan-alasan lainnya merupakan hal yang kerap terjadi dan mengakibatkan kejenuhan serta stres berkepanjangan pada pegawai. Pegawai yang memiliki keluarga mungkin akan merasakan dampak stres yang lebih besar karena harus mengurus anaknya juga sambil bekerja, terlebih sejak sekolah dilakukan secara daring.

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Microsoft ditemukan bahwa semenjak beralihnya ke era new normal dan work from home, semakin banyak orang yang lembur dan adanya peningkatan intensitas pegawai yang bekerja di akhir pekan menjadi semakin sering. Studi tersebut juga menemukan bahwa bekerja secara remote membuat tingkat stres yang lebih tinggi dan lebih cepat terjadi kelelahan mental. Hal ini didukung oleh survei yang dilakukan oleh Blind (aplikasi komunitas workplace) mendapatkan 68 persen responden merasakan lebih lelah secara mental saat work from home dibandingkan saat bekerja dari kantor, sementara 18 persen merasa lebih lelah saat bekerja di kantor. Dari faktor jam kerja, sekitar 60 persen responden merasakan jam kerja bertambah saat work from home, 23 persen merasakan tidak ada perbedaan jam kerja, dan 17 persen merasakan jam kerja lebih singkat. Survei Blind menemukan bahwa sekitar 81 persen pegawai Google dan Facebook, merasakan WFH membuat mereka lebih lelah secara mental, ini sama halnya dengan Microsoft sebesar 76 persen dan Amazon 74 persen.  

Definisi Burn Out berdasarkan kamus Merriem Webster adalah kelelahan secara fisik atau emosional atau motivasi, pada umumnya akibat dari stres dan frustasi yang berkepanjangan (terjemahan bebas). Burn out merupakan kumpulan dari gejala-gejala, sehingga apabila seorang mengalami burn out maka seringkali ia merasakan kelelahan yang berlebihan, kurangnya motivasi dalam pekerjaan, lebih mudah marah, atau gelisah, dan akibatnya berpengaruh pada kinerja pegawai. Bahkan untuk beberapa orang, kelelahan emosional ini dapat mengakibatkan sakit kepala, sakit perut, atau insomnia.

Tempat kerja memiliki peran yang substansial dalam meminimalisir burn out yang dialami oleh pegawai. Strategi yang paling penting dalam mengurangi burn out dan meningkatkan keterlibatan pegawai dalam pekerjaan adalah:

  1. Tidak memberikan beban kerja yang berlebihan, melainkan jam kerja yang sesuai dan wajar. Hal ini akan memberikan kesempatan pegawai untuk beristirahat dan meningkatkan kemampuan yang ada serta efektif dalam bekerja
  2. Memberikan penghargaan kepada pegawai, baik secara finansial, secara kelembagaan, atau sosial. Kurangnya penghargaan atau pengakuan dapat meningkatkan kerentanan pegawai terhadap burn out, karena tidak menghargai hasil pekerjaan dan pegawai tersebut.
  3. Komunitas yang baik antar pegawai dapat meningkatkan rasa ketertarikan dan efektifitas pegawai dalam bekerja. Sebaliknya, komunitas kurang yang baik, kurangnya percaya dan support dapat meningkatkan risiko burn out.
  4. Pemberian perlakuan yang adil kepada para pegawai, hal ini karena pegawai yang merasa tempat kerjanya atau atasan yang kurang adil dapat meningkatkan tingkat amarah atau perselisihan.

 Sementara pegawai juga dapat melakukan hal-hal berikut untuk mencegah dan mengatasi burn out yang sedang dialami

Membatasi  diri

Dengan membatasi diri untuk tetap bekerja hanya sesuai jam kerja dan menolak dengan halus apabila rekan atau atasan meminta untuk mengerjakan sesuatu di luar jam kerja. Pegawai dapat berbicara dengan baik-baik kepada atasan dan rekan untuk menjelaskan kondisi pribadinya, memberitahu bahwa e-mail atau panggilan kerja diminimalisir apabila setelah jam kerja, dan berusaha untuk mengerjakan deadline tepat waktu.

Bekerja di tempat yang nyaman

Dengan bekerja di tempat yang nyaman dan tidak terganggu, maka pekerjaan akan menjadi lebih efektif dan lebih cepat selesai, sehingga terdapat waktu yang bisa digunakan untuk istirahat atau berolahraga. Mulai dari mengatur ergonomics dari meja kerja sampai meminta tolong kepada saudara atau pasangan untuk menjaga anak berganti-gantian sehingga memiliki waktu efektif dalam bekerja

Tentukan waktu untuk aktivitas yang menyenangkan

Dengan membuat jadwal untuk beristirahat, melakukan hobi, berhubungan dengan keluarga dan teman-teman. Mempunyai sesuatu yang ditunggu-tunggu dapat membantu pikiran lebih tenang dan bersemangat.

Istirahat yang cukup dan manajemen stress yang baik

Pegawai dapat mempelajari teknik manajemen stress seperti teknik pernafasan, jurnaling, berjalan 10 menit setiap 2 jam bekerja, meditasi, yoga, dan bahkan konseling dengan para ahli. Selain itu, tubuh membutuhkan waktu beristirahat yang cukup, apabila dipaksakan maka tubuh dan pikiran tidak sanggup dan berdampak pada stres dan burn out. Tubuh yang memiliki waktu istirahat yang cukup dapat bekerja secara efektif dan tanggap, sehingga pekerjaan selesai lebih cepat dan bisa beristirahat lebih lama. 

Mengambil cuti

Pegawai yang telah mengambil cuti seringkali merasa segar kembali dan merasa lebih semangat saat mulai bekerja. Penelitian Harvard Business Review menemukan bahwa 1 dari 5 pegawai yang sangat aktif bekerja mengalami kelelahan atau burn out yang tinggi di tempat kerja. Burn out atau stres kronis ini juga berawal dari pegawai yang tidak mengambil cuti kerja yang tepat menuju work life balance.

 Penyebab, Akibat dan Solusi untuk Burn Out

 

Yuk kenali gejala-gejala burn out yang ada dan lakukan penanganan terhadap penyebab-penyebab burn out. Pandemi Covid-19 sudah berjalan dua tahun dan kita belum tahu kapan akan berakhir, jadi mulailah peduli pada diri sendiri. Ingat, Men Sana In Corpore Sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat!

 Ditulis oleh: Pelaksana Seksi Hukum dan Informasi KPKNL Manado

 Sumber:

Vistage Staff, Work Life Balance. https://www.vistage.com/research-center/personal-development/work-life-balance/20210407-burnout/ diakses pada tanggal 29 September 2021

Erlinda Sukmasari, Work From Home yang Bisa Bikin Burnout. https://www.cultura.id/work-from-home-yang-bisa-bikin-burnout diakses pada tanggal 29 September 2021

Alfons Yoshio, Survei Work From Home Picu Jam Kerja Bertambah dan Kelelahan Mental. https://katadata.co.id/ariemega/berita/5fa7cf815a0e8/survei-work-from-home-picu-jam-kerja-bertambah-dan-kelelahan-mental diakses pada tanggal 29 September 2021

Laura M. Giurge, 3 Tips to Avoid WFH Burnout. https://hbr.org/2020/04/3-tips-to-avoid-wfh-burnout diakses pada tanggal 29 September 2021

Mind Staff, Dealing with Burnout when Working from Home. https://www.mind.org.uk/workplace/coronavirus-and-work/dealing-with-burnout-when-working-from-home/ diakses pada tanggal 29 September 2021

Editorial Staff, 6 Important Reasons You Should Always Take Your Paid Vacation Time. https://www.biospace.com/article/car0-6-important-reasons-you-should-always-take-your-paid-vacation-time/ diakses pada tanggal 29 September 2021

https://www.merriam-webster.com/ diakses pada tanggal 29 September 2021

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini