Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Manado > Artikel
PENGUCAPAN SYUKUR, Thanksgiving ala Indonesia dari Suku Minahasa (Sulawesi Utara)
Yosep Peniel Batubara
Senin, 27 September 2021   |   11371 kali

Sulawesi Utara bukan hanya memiliki keindahan alam yang menakjubkan, tetapi juga memiliki keragaman seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di dalamnya. Minahasa sebagai salah satu suku yang terbesar di Sulawesi Utara memiliki salah satu kebiasaan atau adat yang mirip dengan Amerika loh.

Pengucapan dulunya merupakan hari sesudah panen besar yang dilakukan oleh etnis-etnis di Minahasa. Mereka merayakannya dengan berbagi hasil panen kepada keluarga atau kerabat terdekat dengan menikmati hasil panen tersebut, namun sekarang Acara Pengucapan dilakukan di gereja dan kemudian dilanjutkan di rumah bersama dengan keluarga dan kerabat.

Apabila ditilik dari sisi sejarah masyarakat Toumbulu maka pengucapan berasal dari tradisi Foso Rummages. Istilah foso memiliki arti sebagai ritual dan rummages merupakan bahasa tua Minahasa yang berasal dari kata rages, yang berarti persembahan yang diberikan dengan ketulusan hati untuk Tuhan atau Dewa (namun ada juga yang diberikan kepada roh-roh leluhur).

Sementara dari masyarakat Toubantik mengenal sistem Poposaden yang berarti gotong royong. Biasanya keluarga atau kerabat dekat akan pergi bersama-sama memanen hasil kebun tersebut, kemudian hasilnya akan dibagi-bagi kepada keluarga maupun kerabat dekat sebagai bentuk syukur kepada Tuhan atas berkat yang melimpah.

Setelah masuknya pengaruh Agama Kristen pada masyarakat Minahasa, maka ritual-ritual sudah tidak lagi dilakukan oleh kebanyakan orang. Namun nilai-nilai ungkapan syukur kepada Tuhan atas hari panen masih melekat, sehingga warga desa akan membawa makanan atau hasil pertanian mereka ke geraja, lalu masyarakat akan duduk dan makan bersama.

Lalu di mana letak uniknya?

Kalau di Amerika Thanksgiving selalu dilaksanakan di hari yang sama, yakni kamis ke-4 pada bulan November, tetapi hari Pengucapan dilaksanakan pada hari yang berbeda-beda di wilayah yang berbeda-beda.

Dikarenakan etnis-etnis tersebut merayakannya dengan mengolah hasil panen dari sawah atau kebun dan ternak mereka, sementara masa menanam etnis-etnis ini berbeda-beda, sehingga masa panennya pun berbeda. Alhasil hari pengucapan syukur di tempat yang satu berbeda dengan tempat yang lain. Dahulu memang kebiasaan adat ini lekat dengan ucapan syukur bersama keluarga ataupun kerabat dekat dalam wilayah yang sama. Namun seiring berjalannya waktu dan perkembangan, setiap kali suatu wilayah mengadakan pengucapan maka keluarga ataupun kerabat yang berada jauh di kabupaten atau kota lainnya tetap diajak untuk datang berkunjung untuk merayakan pengucapan.

Di era sekarang ini, tradisi pengucapan syukur mulai bertransformasi sebagai suatu acara pesta makan yang diadakan di halaman gereja. Berbagai olahanan makanan dari masyarakat disatukan di meja panjang dan kemudian dimakan bersama termasuk juga tamu yang datang dari jauh. Hal ini menjadi simbol penegas agar masyarakat desa selalu berbagi berkatnya dengan orang lain.

Setelah acara di gereja selesai, warga kemudian kembali ke rumah untuk bersiap menjamu keluarga ataupun kerabat. Hal yang lebih spesial lagi adalah para tamu yang bahkan tidak dikenal bisa berkunjung dan mencicipi makanan yang telah disediakan oleh tuan rumah. Acara Pengucapan merupakan suatu kebiasaan adat yang spesial sebab selain hari mengucapkan syukur kepada Tuhan, namun juga menyimpan makna sebagai hari berkumpul dengan keluarga di kampung halaman, seperti budaya mudik di Pulau Jawa.

Hal yang begitu spesial lagi adalah, acara ini merupakan acara yang sudah ada sejak dahulu kala dan masih bertahan melekat kuat di diri tiap-tiap orang Minahasa di seluruh wilayah Sulawesi Utara. Dengan 11 Kabupaten dan 4 Kota, namun budaya dan kekerabatan itu masih terjalin dengan indah dan mesra, menjadi sarana mempererat persatuan warga antar daerah dan antar agama.

Tahukah kamu bahwa tahun 2021 hari pengucapan diadakan pada hari Minggu tanggal 26 September 2021 secara serentak, hal ini dikarenakan HUT Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September. Namun akibat Covid-19, Pengucapan dirayakan dengan suasana yang berbeda, yaitu perayaan secara kecil-kecilan di rumah masing-masing tanpa mengadakan acara besar. Tentunya hal ini memberikan warna tersendiri bagi masyarakat Minahasa, namun adanya teknologi seperti video call tentunya tidak akan menghalangi momen kebersamaan di hari yang spesial kali ini. Mungkin Pengucapan Syukur kali ini merupakan suatu perayaan yang sederhana, namun tetap bermakna.

 

Sumber:

1.       Aprilia Zelika, dkk. (2017). “Persepsi tentang Perayaan Pengucapan Syukur Minahasa: Studi Komunikasi Antar Budaya Pada Mahasiswa Luar Sulawesi Utara di Fispol Unsrat”. Acta Diurna Vol. VI. No. 1  

2.       Muaya, Yves. (2019). Pengucapan Syukur Minahasa: Tradisi dan Ajang Kumpul Keluarga. Diakses pada tanggal 27 September 2021, dari Goroho.id/pengucapan-syukur-minahasa-tradisi-dan-ajang-kumpul-keluarga/

3.       History XYZ (2019). Asal Mula Hari Pengucapan Syukur di Minahasa. Diakses pada tanggal 27 September 2021, dari bertumbuh.xyz/asal-mula-hari-pengucapan-syukur-di-minahasa/

4.       Noor, Ryo (2019). Pengucapan Syukur Tradisi Lama Minahasa Berkembang Mengikuti Zaman. Diakses pada tanggal 27 September 2021, dari manado.tribunnews.com/2019/08/02/pengucapan-syukur-tradisi-lama-minahasa-berkembang-mengikuti-zaman

5.       Kurama, Kharisma (2021). Bupati Minahasa Minta Perayaan Pengucapan Syukur Tanpa Pesta Pora. Diakses pada tangal 27 September 2021, dari manado.tribunnews.com/2021/09/09/bupati-minahasa-minta-perayaan-pengucapan-syukur-tanpa-pesta-pora

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini