If you imagine less, less will be what you undoubtedly
deserve – Debbie Millman
Apa
yang kita bayangkan, itulah yang pantas kita dapatkan. Quote dari Debbie Millman di atas merefleksikan bagaimana sistem keyakinan
kita terhadap kemampuan dan potensi diri kita mendorong perilaku dan juga masa
depan kita. Carol Dweck, Psikolog Stanford menuangkan pemikirannya dalam
bukunya Mindset: The New Psychology of
Success tentang kekuatan mindset, baik
secara sadar maupun tidak sadar, dan bagaimana hanya dengan mengubah mindset dapat memberikan dampak yang
nyata pada segala aspek kehidupan kita.
Dweck
membagi mindset menjadi dua, yaitu fixed mindset dan growth mindset. Dua pola pikir ini, menurut Dweck, membuat kita berkecenderungan
untuk melihat beberapa variabel secara berbeda, di antaranya: menghadapi
tantangan, masalah, usaha, kritik, dan kesuksesan orang lain.
Fixed mindset memandang karakter, kecerdasan, dan kemampuan berkreativitas adalah
pemberian atau given yang tidak dapat
kita ubah dengan segala cara. Mindset tersebut
membuat mereka ingin tampak pintar. Ketika diberi atau berhadapan dengan
tantangan, Fixed mindset cenderung menghindari tantangan tersebut. Begitu pula
ketika menemui masalah atau hambatan, mereka cenderung menyerah dengan mudah. Fixed mindset juga memandang usaha atau effort tidak berguna, sedangkan ketika mereka
dikritik mereka cenderung mengabaikan kritik yang sifatnya negatif walaupun kritik
tersebut berguna. Selain itu,
kita juga cenderung merasa terancam oleh kesuksesan orang lain.
Semua kecenderungan ini disebabkan oleh pemikiran mereka bahwa segala
sesuatunya adalah pemberian dan kegagalan adalah hanya bukti bahwa mereka tidak
pintar dan tidak bertalenta.
Sebagai hasil dari pemikiran Fixed mindset tersebut mereka bisa jadi tidak mendapatkan perubahan apa-apa dan pencapaian mereka kurang dari potensi yang sebenarnya bisa mereka capai (full potensial). Hal ini menegaskan bahwa fixed mindset memandang dunia sebagai sesuatu yang pasti dan statis (deterministic view of the world).
Di sisi lain, growth mindset memandang bahwa kecerdasan dapat dikembangkan. Pemikiran ini menuntun kita untuk ingin terus belajar. Hal ini memberikan kecenderungan yang berbeda dengan fixed mindset dalam melihat variabel-variabel yang sebelumnya sudah dibahas. Ketika dihadapkan dengan tantangan, orang dengan Growth Mindset cenderung menerima dengan antusias (embrace). Begitu pula ketika menemui masalah atau hambatan, mereka cenderung untuk bersikeras menghadapi dan menyelesaikannya supaya mereka tidak mengalami kemunduran. Growth mindset memandang usaha sebagai jalan untuk menguasai atau menjadi ahli dalam suatu hal (the path to mastery). Mereka pun akan memandang kritikan sebagai sarana pembelajaran. Selain hal itu, mereka memandang kesuksesan orang lain sebagai pembelajaran dan inspirasi.
Growth Mindset membuat kita mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi. Cara pandang
ini memberi kita rasa kehendak bebas yang besar, karena kita tidak melihat –
seperti fixed mindset – kemampuan kita sebagai sesuatu yang statis,
melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan. Dua mindset ini menjadi dasar bagaimana kita memandang dan berperilaku
dalam menjalin hubungan, baik dalam konteks profesional maupun personal.
Dalam
konteks personal, fixed mindset akan
terus menerus merasa perlu untuk membuktikan diri mereka bahwa mereka hebat,
mereka mampu, mereka cerdas dan berusaha menutupi kelemahan mereka di mana pun
mereka berada. Jika mereka memiliki masalah dengan pasangan, anak, atau teman,
mereka cenderung akan menyerah dengan mudah dan tidak berusaha menyelesaikan
masalah. Mereka cenderung berpikir buat apa diselesaikan dan berusaha, karena
semua yang terjadi itu begitulah adanya, tidak mungkin berubah.
Berbeda
halnya dengan growth mindset, mereka
cenderung berpikir kenapa harus membuktikan terus menerus betapa hebat dan
cerdasnya kita ketika kita bisa menjadi lebih baik dari saat ini? Kenapa harus
menutupi kekurangan alih-alih memperbaikinya? Kenapa mencari teman atau
pasangan yang hanya akan menopang kita alih-alih mencari yang juga bisa
menantang kita berkembang? Pengalaman akan membuat kita berkembang. Hasrat
untuk berkembang dan bersitahan terhadapnya, bahkan ketika semuanya tidak
berjalan dengan baik adalah tanda kita memiliki growth mindset. Pola pikir ini lah yang memungkinkan kita untuk
berkembang dalam beberapa masa yang paling menantang dalam hidup kita.
Dalam
konteks profesional, kita bekerja dan tergabung dalam suatu organisasi. Pola
pikir yang kita miliki berpengaruh besar terhadap etos kerja dan juga cara kita
menghadapi tantangan, hambatan dan segala ketidakpastian dan perubahan yang
terjadi di dunia kerja. Pergantian rekan kerja, atasan, mutasi, promosi, bahkan
perubahan struktur organisasi bisa menjadi hambatan atau peluang tergantung
bagaimana pola pikir kita. Jika kita memiliki fixed mindset segala perubahan yang terjadi bisa menjadi hambatan
dan kita menjadi gampang menyerah, etos kerja kita menurun sehingga capaian
kinerja kita pun tidak maksimal sesuai dengan potensi kita.
Lain
halnya jika kita memiliki growth mindset.
Kita akan dengan sigap, siap menerima perubahan dan ketidakpastian dengan
antusias. Pola pikir seperti ini memberi kita energi positif. Kita menjadi
berpikiran terbuka, optimis, dan bersemangat karena kita memandang tantangan,
hambatan, dan perubahan sebagai sarana untuk belajar dan membantu kita mencapai
yang lebih baik lagi. Dan jangan salah,
energi yang kita bawa dapat menular ke rekan-rekan kerja kita. Bisa dibayangkan
jika kita pesimis, berpikiran tertutup, suasana kerja akan terasa tidak nyaman.
Sebaliknya jika kita membawa energi positif maka akan menular juga ke
rekan-rekan kerja kita dan membuat suasana kerja menjadi kondusif.
Akhir
kata, seperti yang dikatakan John F Kennedy bahwa the one unchangeable certainty is that nothing is unchangeable or
certain. Kenapa kita harus takut akan perubahan dan ketidakpastian.
Sedangkan kita tahu bahwa perubahan dan ketidakpastian adalah suatu hal yang
pasti. Maka dari itu, kita butuh Growth
Mindset yang membawa kita bisa menerima dan menghadapi perubahan dan ketidakpastian dengan
antusias untuk menjadikan diri kita dan organisasi kita lebih baik.
Let’s change! Let’s grow!
Source: brainpickings.org
Penulis: Lusia
Agasty Prihantika