Jl. Lapangan Banteng Timur No.2-4, Jakarta Pusat
 1 500-991    ID | EN      Login Pegawai
 
KPKNL Lhokseumawe > Artikel
Milenial dan Investasi (Part II)
Mateus Putra Dinata
Kamis, 31 Maret 2022   |   740 kali

Beberapa waktu yang lalu, jagat media sosial dihebohkan dengan fenomena investasi menggunakan dana yang diperoleh lewat pinjol (pinjaman online). Pasalnya, dana yang diperoleh lewat pinjol tersebut dipercaya akan menghasilkan keuntungan melalui investasi. Namun, bukannya mendapatkan keuntungan, orang tersebut malah mengalami kerugian investasi dan dikejar-kejar utang pinjol.

Tidak berhenti sampai di sana, fenomena berlanjut dengan pemberitaan yang lebih menggemparkan yaitu seorang pemuda yang melakukan tindakan bunuh diri diduga akibat mengalami kerugian pada jual-beli mata uang crypto. Apa yang menyebabkan fenomena tersebut? Mengapa investasi yang harusnya memberikan keuntungan malah berakhir dengan kerugian?

Pada dasarnya, keputusan untuk berinvestasi di sebuah produk investasi adalah keputusan personal. Namun, tidak jarang pula keputusan investasi tersebut dipengaruhi oleh keputusan investasi orang lain, apalagi saat orang berbondong-bondong berinvestasi di sebuah produk investasi tertentu. Saat itu terjadi, maka muncul rasa takut kehabisan barang (FOMO, fear of missing out).

FOMO yang dibarengi dengan kurangnya pengetahuan tentang investasi, serta kurangnya manajemen keuangan merupakan penyebab terjadinya fenomena-fenomena di atas. Khususnya pada investasi yang pergerakan harganya ditentukan oleh pasar, pemahaman tentang pergerakan harga menjadi kebutuhan yang wajib dimiliki. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk meminimalisir risiko kerugian dalam berinvestasi:

Menetapkan ekspektasi

Seorang investor dapat menetapkan ekspektasi dengan benar. Seorang investor tidak boleh mudah terpengaruh oleh keuntungan instan dan tinggi namun melupakan risiko dari produk investasi tertentu. Setiap investasi mengandung risiko, baik risiko tinggi maupun rendah. Biasanya, investasi yang menjanjikan keuntungan tinggi cenderung mengandung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu, sebelum terburu-buru membeli produk investasi dengan iming-iming keuntungan selangit, setiap investor perlu mempertimbangkan risiko dari investasi tersebut.

Manajemen keuangan yang baik

Berinvestasi sebaiknya tidak menggunakan semua aset yang dimiliki. Sebelum berinvestasi, seseorang dapat mengatur keuangan dengan menyediakan dana darurat terlebih dahulu. Dalam hal memulai investasi, seorang investor dapat menggunakan dana dengan nominal yang relatif kecil dan harus terus aktif mempelajari seluk beluk produk investasinya. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko kerugian yang besar akibat kurangnya pengetahuan tentang produk investasi atau akibat analisa yang belum akurat.

Diversifikasi investasi

“Jangan meletakkan semua telur pada satu keranjang”, demikian nasihat dari seorang investor kawakan, Warren Buffett. Risiko dalam investasi dapat diminimalisir melalui diversifikasi produk investasi. Diversifikasi yang dimaksud berarti mengalokasikan sebagian investasi pada produk investasi berisiko rendah, sedang, dan risiko tinggi. Proporsi dari diversifikasi investasi dapat dilakukan sesuai dengan profil risiko masing-masing investor.

Jangan berinvestasi menggunakan utang

Utang sebagai sumber pembiayaan investasi adalah hal yang perlu dihindari. Pasalnya, setiap jenis investasi mengandung unsur ketidakpastian, sekecil apapun itu. Oleh karena itu, menggunakan utang dengan tujuan memperoleh keuntungan yang melebihi persentase bunga utang, dapat menjadi jebakan tersendiri bagi investor.

 Narasi & Foto: Mateus

Disclaimer
Tulisan ini adalah pendapat pribadi dan tidak mencerminkan kebijakan institusi di mana penulis bekerja.
Peta Situs | Email Kemenkeu | Prasyarat | Wise | LPSE | Hubungi Kami | Oppini